"Cantik ya..." Puji perempuan paruh baya yang merupakan tetangga dekat Azis di perumahan itu.
Zahrana tampak tersenyum, wajahnya merona seketika.
"Nak Ajis pintar sekali ya mencari istri..." Puji beliau lagi.
"Alhamdulillah, Bu Yanti. Saya tidak mencari Dik Zahra, tapi Allah yang telah mempertemukan kami melalui keluarga-keluarga kami, Bu." Ujar Ajis menjelaskan yang sebenarnya.
"Jadi kalian tidak pernah pacaran?" Bu Yanti, perempuan paruh baya itu terkesima mendengar penuturan Ajis.
"Tidak, Bu..." Geleng Ajis meyakinkan bu Yanti.
"Benar begitu, Nak Zahra?" tanya beliau masih tampak tak percaya.
"Benar, Bu..." Angguk Zahrana membenarkan ucapan suaminya.
Ya, kami tidak pacaran. Tapi dengan pernikahan ini, hubungan kami terasa lebih indah. tidak ada dosa dalam keegoisan Yang Namanya Cinta, semoga pernikahan kami bersambung hingga Jannah... Aamiin Yaa Rabbal 'Alamiin...
*****
Falshback
"Apa Bu? Ada yang datang untuk Zahra?" Tanya Zahra tak percaya. Bukan sekedar itu, wajahnya pun tampak kecewa dengan berita yang disampaikan oleh ibunya. Dia kesal, kenapa orang tuanya tidak langsung menolak saja? Sedangkam matanya saja masih terlihat sembab saat itu.
"Benar, Nak... Sekarang pemuda itu bersama keluarganya sedang menunggu dirimu di luar, mereka ditemani ayahmu, Nak..." jawab Bu Zainab merasa bersalah.
"Maaf Bu, Zahra tidak bisa... Ibu kan tahu..."
"Ibu tahu, Nak..." Potong bu Zainab cepat. "Ibu tahu kamu belum bisa melupakan masa lalu kamu. Tapi Ibu mohon, mereka tamu kita... Setidaknya, bantu ibu untuk menghormati tamu yang datang. Terima atau tidaknya, itu terserah kamu nantinya. Patah hati yang kamu rasakan, bukan berarti harus membuat kamu terpuruk dan jatuh serendah-rendahnya, bukan?" Ujar bu Zainab tampak memohon. Beliau bahkan sampai menggenggam jemari putrinya itu.
"Tapi, Bu..." Zahrana masih terlihat enggan untuk memenuhi permintaan ibunya. Dia malah kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur sambil memeluk guling yang sedari tadi menopang dadanya.
"Ibu mohon, Nak... Ayah pasti juga akan merasa kecewa nanti, jika kamu tidak keluar menemui mereka." Pinta Bu Zainab semakin memelas.
"Ujung-ujungnya mereka juga akan kecewa, Bu... Jadi untuk apa dipaksakan Zahra menemui mereka?" Ketus Zahra masih bersikekeh pada pendiriannya.
"Apa pun keputusan kamu nantinya, mereka tidak akan kecewa, Nak... Mereka orang baik-baik. Setidaknya, dengan kamu keluar menemui mereka, mereka tidak akan pulang dengan kehampaan dan kepenasaranan. Jangan biarkan orang lain tahu permasalahan kita, berpikir dan menduga-duga tentang kita, yang kita sendiri bakal malu karenanya." Tutur bu Zainab masih ingin membuat Zahrana mengerti dan luluh pada akhirnya.
"Ya sudah, Bu... Zahra keluar, tapi Ibu jangan kecewa ya nantinya dengan keputusan Zahra..." Zahra menurut juga. Tampak binar-binar kebahagiaan di wajah bu Zainab mendengar penuturan putrinya.
Bu Zainab menggeleng cepat. "Tidak, Sayang... Ibu percaya, Allah Maha pembolak-balik hati manusia... Dan Ibu berdoa untuk kebahagiaan putra-putri Ibu, siapa pun yang menjadi jodoh kamu, Nak..." Ujar Bu Zainan.
"Kalau gitu, Zahra siap-siap dulu ya, Bu..." Ucapnya seraya bangkit kembali.
"Iya, Ibu juga keluar dulu menemui mereka..."
Zahra mengangguk, lalu bangkit dari tempat tidurnya untuk bersiap-siap memenuhi permintaan ibunya itu.
Suara gelak tawa terdengar memenuhi ruang tamu di rumah Zahrana. Namun telinganya dapat menangkap suar pemuda itu. Entah mengapa, suhu tubuhnya tiba-tiba serasa menurun seketika. Zahrana merasa tangannya begitu dingin, dan jantungnya berdegup kencang tidak karuan.
Aduh... Kenapa tiba-tiba jadi gugup begini ya? Padahal aku sama sekali belum melihat dirinya? Siapa dia?
Zahrana bersandar di dinding pembatas ruang tamu dengan ruangan tempat dirinya saat itu bergeming mendengar obrolan orang tua mereka.
"Loh, Bu... Kok Zahra kita lama sekali keluarnya ya? Dia tidak tidur lagi kan, sepeninggal Ibu tadi?"
Terdengar oleh Zahra suara ayahnya menanyai dirinya.
"Bismillahirrahmanirrahiim..." Ucap Zahrana pelan dengan telapak tangan bersidekap ke dada dan sambil memejamkan mata, lalu keluar dari persembunyiannya sebelum ibunya kebingungan menjawab pertanyaan dari ayahnya.
"Assalamu'alaikum..." Ucapnya ketika memasuki ruang tamu tempat dua keluarga itu saling berbincang.
"Wa'alaikumussalam..." Sahut mereka secara bersamaan.
Srrrrr
Darah Zahrana mengalir cepat, jantungnya semakin berdegup kencang ketika pandangan matanya tidak sengaja bertemu dengan wajah pemuda yang disebutkan ibunya tadi. Ya, dialah Muhammad Ajis Andika.
Sejenak, mereka bersitatap dalam keterpanaan. Namun suara orang tua mereka dengan cepat menyadarkan mereka kembali, sehingga mereka sama-sama menundukan pandangan dengan cepat.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Jafisa98
oh jadi segala kebaikan ini sebab dari " The power of bismillah"
2022-05-29
0
Jafisa98
Aamiin❤❤❤
2022-05-29
0
Qiza Khumaeroh
zahra ptah hti knp
2021-12-11
0