"Abang..." Panggil Zahrana sambil menggamit lengan Ajis.
"Hmm... Kenapa, Adik?" Tanya Ajis yang sudah tidak lagi merasa asing dengan sikap manja Zahrana setiap kali memanggil dirinya. Dia tahu, istrinya begitu karena kurang dapat perhatian darinya. Dia sangat sibuk di kios, hingga untuk mengabari saja jarang sekali.
Namun beruntungnya Ajis masih bisa menyempatkan diri untuk makan siang di rumah bersama Zahrana.
"Biasanya kan setelah menikah, orang-orang akan punya anak. Tapi sudah dua tahun lebih usia pernikahan kita, kenapa kita belum punya anak ya, Bang?" Tanya Zahrana hati-hati. Perasaannya yang keras ingin memiliki keturunan, mendorongnya untuk bertanya kepada suaminya itu, meski sebenarnya dia ragu dan malu.
"Adik, menyesal?" Tanya Ajis merasa bersalah.
"Tidak, Abang... Bukan begitu... Zahra pengen sekali jadi ibu, bukan hanya sekedar ibunya Faiz dan Faiza saja... Mereka kan anaknya Kak Nur. Memangnya Abang tidak mau jadi Ayah, hmm?" Zahrana merasa terpojok sendiri ulah pertanyaannya.
"Mau, Adik... Abang sangat mau sekali. Adik sabar ya... Nanti kalau abang free, kita pergi Periksa ke dokter. Mungkin ada yang salah sama abang. Secara, umur Abang sudah tiga puluh dua tahun." Tutur Ajis merendah diri.
"Mungkin juga pada Zahra, Abang..." Timpal Zahrana tidak mau membiarkan suaminya itu dipenuhi rasa bersalah.
"Biar jelas, nanti kita pergi periksa ya... Daripada kita main salah-salahan begini..." Ujar Ajis.
Zahrana mengangguk, lalu ia merebahkan kepalanya ke bahu Ajis.
"Gimana kios Abang tadi? Ramai?." Tanya Zahrana mengalihkan topik pembicaraan mereka malam itu.
"Alhamdulillah, semua berkat doa Bidadari Abang yang cantik ini..." Sahut Ajis sembari mengelus pucuk kepala Zahrana.
"Alhamdulillah..."
"Besok kita kirimi ibu dan ayah uang ya... Abang juga mau bayar semester Maira..."
"Iya, Abang..."
"Sekalian juga kirimi tambahan uang saku buat Hidayat... Adik nggak repot, kan?"
"Nggak kok, Abang... Cuma tinggal ke warung depan saja, ngapain repot..." Ujar Zahrana semakin mempererat dekapannya ke lengan Ajis.
"Terima kasih, Adik..." Ucap Ajis.
"Cium dulu..." Pinta Zahrana seraya mendongakkan dahinya ke hadapan Ajis. Dia bahkan sudah memejamkan kedua matanya itu.
Cup.
Satu kecupan mendarat di dahi Zahrana yang lebar.
"Sama-sama, Abang..." Ucapnya menyahuti ucapan terima kasih Ajis tadi.
*****
Sudah sebulan lebih sejak Zahrana mengirimkan novelnya ke platform online. Dia terus menekuni kegiatannya itu, sebab banyak pembaca yang menggemari tulisannya.
Selain kisah yang ditulisnya menarik, tulisannya juga rapi dan dapat dimengerti oleh kalangan pembaca. Zahrana semakin bersemangat ketika membaca komentar orang-orang yang menyemangati dirinya dan terus menunggu karyanya untuk di upload lagi.
Sebelumnya, Zahrana juga iseng-iseng mengajukan kontrak ke pihak applikasi novel online tempat ia menulis. Hasilnya, ia lulus dari tahap awal sampai akhir. Dia pun memiliki penghasilan sendiri semenjak itu. Namun penghasilannya tidak membuat ia lupa akan kuadratnya sebagai seorang istri.
Statistika penghasilannya semakin naik, ditambah lagi pencapaian reward yang ia dapat, membuat pendapatannya melebihi batas maksimal. Zahrana memberitahukan itu kepada Ajis, suaminya. Dengan girangnya ia bergelayut di lengan suaminya itu menceritakan pencapaiannya di aplikasi menulis novel online.
"Wah... Selamat ya, Adik... Tapi shalatnya jangan sampai telat waktu, terus dhuha juga jangan sampai ketinggalan ya. Abang juga senang mendengar keberhasilan Adik..." Ujar Ajis mengingati.
"Iya, Abang... Insya Allah... Bagaimana Zahra bisa membuat suami Zahra tersiksa nantinya dengan kelalaian yang Zahra perbuat di dunia? Bukannya Abang tahu, Zahra ini kan bidadarinya Abang. Zahra ingin pernikahan kita bersambung hingga syurga loh..." Tutur Zahrana.
"Terima kasih, Adik... Dari situ, Abang bisa melihat betapa sayangnya Adik kepada Abang..." Ucap Ajis sembari mengecup pipi Zahrana.
"Iya, Zahra kan sayang Abang... Sayang, sayang, sayaaaang sekali..." Ucap Zahrana begitu manja.
"Oh ya... Abang kapan sih nggak sibuknya? Zahra sudah nggak sabar loh buat periksa ke dokter. Jika memang ada yang salah di antara kita, kita bisa langsung berobat untuk mengatasinya..." Ujar Zahrana kembali menagih janji suaminya beberapa waktu lalu.
"Insya Allah, minggu besok ya... Abang lusa ada pengiriman barang, dan setelah itu barang baru juga masuk. Insya Allah minggu besok Abang bisa luangin waktu. Abang bakal tunda dulu permintaan pelanggan untuk minggu besok, biar kita bisa pergi periksa..." Ikrar Ajis.
"Ok, abang... Tapi ngomong-ngomong, kenapa Abang tidak nambah karyawan saja? Kan Abang tidak terlalu sibuk jadinya." Tanya Zahrana.
"Sebenarnya Abang mau sekali nambah, Dik... Tapi tanggungan Abang masih banyak... Adik kan tahu, uang semester Maira sama kebutuhan ayah dan ibu, Abang yang nanggung. Jadi, Abang belum bisa nambah pengeluaran lagi. Tenaga karyawan harus dibayar sesuai dengan keringat yang mereka keluarkan, dan tidak boleh menunggu keringat mereka sampai kering dulu." Tutur Ajis merasa tidak enak hati.
"Maafin Zahra ya, Abang... Padahal, Abang juga ngirimi orang tua Zahra dan Hidayat uang belanja. Tapi, Zahra malah masih sibuk merengek..." Ucap Zahrana merasa bersalah.
"Tidak, Adik... Itu hak mereka yang harus Abang keluarkan. Dan Abang senang melakukannya. Abang saja yang belum bisa membahagiakan Adik..." Bantah Ajis.
"Zahra bahagia kok, Bang... Hidup bersama Abang sudah membuat Zahra berada di atas bahagia." Ucap Zahrana dengan menampakkan sedikit senyumannya. Dia tidak mau jika membuat suaminya itu semakin merasa bersalah terhadap dirinya.
"Abang juga bahagia hidup bersama Adik, istri shalehah Abang..." Ucap Ajis sembari mengecup kembali pipi Zahrana.
.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Salmia
masya Allah,,,, makin senang bacax,
2023-11-07
0
Jafisa98
Maasyaa Allah. ngerti banget ilmu syar'inya bang ajis😃
2022-05-29
1
Jafisa98
Hm semoga aku yg masih single ini tetap istiqomah dg prinsip "saat menikah,hamil segera ataupun tidak. tidak menjadi beban"🌷
karena type yg gk peduli dg omongan org lain juga
2022-05-29
1