Mata Zahrana masih terlihat sembab dan memerah, karena tadi ia sempat bertangis-tangisan dengan kedua orang tua dan kedua adik lelakinya sebelum berangkat ke rumah Ajis yang baru beberapa bulan itu dibeli.
Mencari pasangan hidup membuat Ajis harus menyiapkan segala kebutuhan calon istrinya dari jauh-jauh hari. Dia siapkan segalanya agar istrinya dapat merasakan rumah mereka itu adalah surga, karena yang diinginkannya itu adalah seorang bidadari. Dan Bidadari tidak hidup di neraka, bukan?
Memang rumahnya tampak sederhana, tapi bersih, rapi dan nyaman nya tidak bisa diragukan. Tanaman hias yang berjejer di pekarangan depan rumah itu bahkan terlihat seolah menanti kedatangan mereka, si pengantin baru.
Zahrana menatap lekat penuh kekaguman pada bangunan mini di hadapannya.
"Ayo, Adik... Kita, masuk..." ajak Ajis lembut.
Zahrana mengangguk, lalu menurut mengikuti langkah kaki suaminya ke dalam rumah. Matanya masih celingak-celingukan kesana kemari memerhatikan setiap sisi pekarangan yang terlihat asri dan begitu indah.
"Sementara menunggu kedatangan mobil angkutan yang membawa barang-barang kita, Adik istirahat dulu saja ya. Adik pasti lelah..." ucap Ajis Seraya menuntun Zahrana ke kamar yang akan mereka huni bersama nantinya.
"Nah, ini kamar kita. Apa adik menyukainya?" tanya Ajis tampak berharap istrinya itu akan senang dengan kamar yang sebenarnya dia sendiri yang mendekorasi ketika rumah itu baru dibelinya beberapa bulan lalu.
"Zahra sangat suka kok, Bang. Kamarnya luas, sepertinya juga sejuk. Dan warna cat dindingnya Zahra suka." Sahut Zahrana dengan suara terdengar benar-benar senang. Wajahnya memancarkan ketakjuban atas apa yang dilihatnya saat itu.
"Adik suka warna krem?" tanya Ajis tak mampu menyembunyikan rasa bahagianya tatkala mendengar penuturan istrinya itu memuji hasil kerjanya.
"Sebenarnya lebih dominan ke warna mustardnya sih, Bang... Tempat tidur, lemari, kaca rias, sama gordennya yang berwarna mustard. Jadi, krem di dinding membuat suasana kamar ini serasa hidup. Kalau malam pasti lebih indah lagi... Sepertinya Zahra akan betah, terima kasih Abang..." Ucapnya benar-benar terlihat seperti dirinya sendiri, banyak bicara dan ceria. Dan dia bahkan tidak menyadarinya saat itu, bahwa dirinya yang sempat hilang, perlahan-lahan kembali.
Ajis terperangah. Baru kali itu dia mendengar istrinya bicara banyak kepadanya. Dia seakan-akan melihat istrinya itu tengah menari-nari di hadapannya sambil bernyanyi, padahal Zahrana tengah berkeliling menikmati keindahan kamar mereka sambil menjelaskan mengapa dia menyukai kamar itu.
"Se-seharusnya Abang yang berterima kasih, Adik... Terima kasih sudah menghargai upaya Abang. Sebenarnya warna seperti ini juga membuat Abang lebih nyaman, dan Abang tidak menyangka bahwa Adik akan menyukainya juga." Ucap Ajis begitu bahagia telah membuat bidadarinya itu tampak ceria.
Tiga hari bersama sejak pernikahan mereka, membuat Zahrana terbiasa selalu berdua dengan suaminya itu. Dia lebih sering curi-curi pandang ke wajah Ajis. Matanya merasa betah dan nyaman melihat suaminya yang berkulit sawo matang dan berhidung mancung. Zahrana diam-diam tersenyum menikmati betapa indahnya ciptaan Tuhan yang berada di sisi-nya sepanjang hari.
Mobil yang membawa barang-barang mereka telah sampai beberapa jam setelah itu. Mereka lalu membereskannya secara bersama-sama, merapikan pakaiannya ke dalam lemari dan menyimpan persediaan makanan yang dibungkus kan Ibu Zainab untuk mereka beberapa hari ke depan, ke dalam kulkas.
"Alhamdulillah, selesai..." Ucap Ajis seraya duduk di kursi ruang makan.
"Abang mau Zahra buatkan kopi?" Tawar Zahrana sedikit malu-malu.
"Emmm, boleh..." Sahut Ajis.
"Kalau gitu, Abang tunggu sebentar ya... Zahra panaskan dulu airnya." Ajis mengangguk, lalu Zahrana berjalan ke dapur yang hanya berbatasan setengah dinding dengan meja makan tempat suaminya itu bersantai.
"Besok Abang ke kios, Adik tidak apa-apa sendirian di rumah ini?" tanya Ajis ketika Zahrana meletakkan minuman panas di hadapannya.
Zahrana ikut duduk di kursi samping suaminya itu. "Tidak apa-apa, Abang..." Ucapnya baru menyahuti.
"Nanti sore, Abang mau mengajak Adik pergi bersilaturahmi ke rumah tetangga dekat-dekat sini, terutama tetangga Sebelah. Nama beliau bu yanti, beliau orang yang sangat ramah dan baik. Selama Abang di sini, beliau yang selalu ngebantu. Dan, besok kalau ada apa-apa, Adik juga bisa minta bantuan kepada beliau." Tutur Ajis.
"Iya, Abang... Zahra senang kalau bisa dengan cepat mengenal orang-orang dekat sini." Ucap Zahrana menyahuti penuturan suaminya.
.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments
Jafisa98
Maasyaa Allah. semoga aku dipertemukan jodoh yg pengertian sesuai tuntunan agama islam rahmatan lil'alamin🌷
2022-05-29
1
Qiza Khumaeroh
lanjuutt
2021-12-11
0
🎯™SuhaedahE𝆯⃟🚀 ⍣⃝కꫝ🎸
benar2 menceritakan keluarga yang sederhana...
2021-10-17
1