Tidak terhitung berapa kali Daniel menelan salivanya, godaan di depan mata semakin membuat hasratnya menggebu, matanya masih fokus mengikuti setiap gerakan yang dilakukan Tiara, satu persatu potongan kain yang melekat di tubuh Tiara sudah jatuh di bawah kaki mulus wanita kecil ini, selama 28 tahun Daniel hidup baru sekarang ia tersihir dan terpesona melihat lekuk tubuh seorang wanita yang biasa saja, namun tercetak begitu sempurna, jika malam itu ia tidak terlalu memerhatikan kulit putih mulus Tiara, maka mulai hari ini ia puas memandangnya.
Sial! Ntah pesona apa yang diberikan Tiara, hingga Daniel tidak bisa berpaling darinya seakan selalu ingin menyentuhnya lagi dan lagi. Daniel lelaki normal yang biasa dikelilingi wanita-wanita cantik dan sexy, namun Daniel tidak pernah memiliki hasrat untuk bermain-main seperti sekarang dan ia juga tidak mengerti mengapa dulu tidak pernah tergoda seperti ia tergila-gila dengan tubuh Tiara. Hanya tubuhnya!
Bahkan Moza pemilik body bak gitar spanyol pun tidak mampu merayunya. Apa karena Tiara adalah wanita pertama yang memberikan sensasi luar biasa itu?
Sementara Tiara sadar jika ini adalah hal yang paling memalukan dalam sejarah hidupnya, mempertontonkan tubuh polosnya di depan laki-laki yang tidak pernah ia pikirkan sebelumnya, tangan Tiara menutupi apa yang bisa ia lindungi meskipun ia tau sudah tidak ada yang bisa disembunyikannya dari Daniel.
Masih tetap dalam posisi duduk, Daniel menarik pinggang Tiara, hingga wanita yang terkadang memiliki sifat dan sikap lincah seperti rubah ini jatuh di pangkuannya, ada sensasi lain saat kulit keduanya saling bersentuhan.
Jantung Tiara berpacu lebih cepat, ketika tangan Daniel menyingkap rambut yang hampir menutupi sebagian wajahnya, hingga hembusan napas Daniel berhasil membuatnya merinding.
"Kau takut?" Daniel tau jika sebenarnya Tiara masih mengalami trauma, semua terlukis jelas dari gerak-gerik tubuh dan sorot mata Tiara, melihat Tiara hanya diam saja membuat jiwa petualang yang sempat tertidur kembali bangkit dan Daniel enggan membuang waktu lagi. Dalam sekejap mata Tiara sudah berada di bawah kungkuhannya.
Meskipun bukan pertama kali Daniel menguasai tubuhnya Tiara tetap merasa takut Daniel menyakitinya, tetapi hari ini rasanya lain karena Daniel melakukannya dengan lembut, keningnya, matanya, hidungnya, pipinya dan seluruh wajahnya, Daniel berulang kali menciumnya hingga ia merasakan terbang ke tempat tertinggi.
Beberapa saat kemudian Daniel melepaskan dirinya, ia menarik selimut dan menutupi tubuh polos mereka. "Kenapa melihatku seperti itu?" Daniel merapikan rambut Tiara, ia puas melihat Tiara kelelahan.
"Kita ke rumah sakit sekarang?" Tiara meraih tangan Daniel yang masih menggeranyangi tubuhnya.
"Kau masih saja memikirkan dia!" Daniel kesal karena disaat seperti ini Tiara masih saja memikirkan cara untuk lepas darinya, apa Tiara tidak terkesan dengan kemampuannya?
Wanita seperti apa istri simpanannya ini?
"Tepati, janjimu," rengek Tiara. "Oh ya, tadi apa yang mau kau tanyakan?" tanya Tiara ia teringat pembicaraan di telephone tadi, masih berusaha membuat Daniel fokus dengan partanyaannya agar laki-laki ini tidak menyerangnya lagi.
Tidak mau punya anak tetapi sangat buas di atas ranjang, itu yang ada di pikiran Tiara.
"Nggak jadi, aku lupa!" Daniel yang terlanjur kesal berbalik badan memunggungi Tiara.
'Kenapa dia?' Tiara turun dari tempat tidur dan memungut satu persatu pakaiannya, ia tidak bisa melangkah sebab tiba-tiba pinggangnya sudah dipeluk dari belakang.
"Kau mau ke mana? Apa aku sudah mengusirmu?" Daniel menyandar di punggung Tiara. "Jangan ke Resto lagi, aku akan memenuhi semua kebutuhanmu walaupun statatusmu cuma sebagai istri simpanan!" terang Daniel sesekali mencium punggung Tiara.
Hembusan napas Daniel membuat Tiara kembali meremang dan merinding, namun ia tetap diam dan memeluk pakaiannya.
"Kau dengar, 'kan? Awas saja kalau kau masih berani datang ke tempat itu lagi."
Di dalam hati Daniel merutuki dirinya sendiri, kenapa rasanya sulit melepaskan dirinya dari Tiara? Bahkan tangan ini bergerak sendiri semakin memeluk pinggang ramping nan lembut ini.
"Tapi orang-orang bisa curiga melihat seorang pengangguran punya banyak uang." Tiara berusaha melepaskan diri dari cengkraman Daniel, pelan-pelan dibukanya jemari tangan Daniel, namun percuma Daniel semakin memeluknya.
'Ada apa denganmu, Daniel? Kenapa bisa baik dan semanis ini?' batin Tiara menerka-nerka.
Daniel memutar tubuh Tiara menjadi menghadapnya yang masih duduk di tepi tempat tidur.
"Bilang aja kalau kau mau ketemu sama Wira! Kau bangga ya disukai banyak laki-laki di luar sana?" Daniel memainkan **** tiara, tetapi Tiara menepis tangannya.
"Jangan bicara sembarangan, kau pikir aku ini perempuan apa? Lagi pula kau nggak punya hak untuk mengatur perasaanku dan jangan salahkan mereka suka sama aku karena nggak ada yang tau kalau aku sudah menikah!"
"Kau mau membalasku, ya? Aku bisa sesuka hatiku dekat sama Moza atau perempuan manapun, makanya kau menyombongkan diri!" Daniel melepaskan Tiara.
'Kenapa marah?' batin Tiara, padahal memang kewajibannya untuk menemui kakaknya.
Tiara meraih selimut dan melilit tubuhnya, perih yang masih terasa membuat ia harus tertatih menuju kamar mandi.
"Aku ini kenapa sih?" Daniel semakin gusar dan berpikir keras kenapa dia bisa semarah ini bila mengingat Tiara disukai laki-laki lain?
"Sial!" Melihat cara berjalan Tiara membuat Daniel tidak sabar, ia melangkah dan menggendong Tiara.
"Daniel aku bisa jalan sendiri!" pekik Tiara.
"Diam!"
Di dalam kamar mandi, Daniel mengatur suhu air hangat untuk membersihkan dirinya, setelah dirasa cukup ia berdiri di bawah kucuran air yang mengalir deras, sementara Tiara masih berdiri di samping buthup.
"Apa kau mau jadi patung kamar mandi?" Daniel memang tidak tau malu, di depan Tiara ia membasuh tubuhnya. "Dasar lamban, buka selimut itu, cepat mandi!"
"Di sini? Denganmu? Aku keluar saja!" Tiara memegang handle pintu, tetapi tiba-tiba selimut itu lepas dari tubuhnya.
"Memangnya apa yang mau kau sembunyikan? Aku sudah melihat semuanya!" Daniel menjatuhkan selimut lalu menarik Tiara dan menahannya di dinding agar air shower bisa sepenuhnya membasahi Tiara.
Tiara tidak lagi menghindar karena merasakan nyaman saat air hangat itu menyentuh kulitnya, tanpa sadar ia menengadah dan memejamkan mata seakan mengijinkan air itu mengguyur wajahnya.
Daniel tersenyum simpul mengamati wajah polos Tiara, membuat ia ingin lagi mengulangi pergumulan yang baru beberapa saat lalu mereka akhiri. Hingga detik itu juga kamar mandi di isi suara-suara nyaring dari bibir Tiara dan Daniel.
Otak dan hati Tiara menolak, tetapi tubuhnya berkhianat hingga menerima sentuhan yang diberikan Daniel.
***
Sementara di rumah sakit, masih terdapat kain kasa di lengan Diko, ia sengaja bermalam di rumah sakit berharap Tiara datang untuk menemuinya, namun sayangnya sampai tengah hari Tiara belum juga menampakkan diri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
mentari
apa sih? 4 huruf? pipi?
2022-03-06
0
Lini Andi
nah loh
jangan " ayah tirinya papanya daniel
2021-12-10
0
Yani Lestari
kasian tiara dan diko yah
2021-10-09
0