Telinga Daniel terasa berdengung, hatinya diselimuti kekhawatiran kecil hingga menjalar menjadi takut, namun otaknya menyanggah ketakutan itu, takut untuk apa? Khawatir karena apa? Daniel menatap lekat-lekat wajah Diko, diawal pertemuan mereka di rumah sakit waktu itu, tampilan Diko sangat urakan dan berantakan, bahkan kabar selentingan yang ia dengar Diko berasal dari kampung yang sama dengan Moza, lalu bagaimana bisa saat ini Diko berdiri dengan status pengusaha muda dan yang lebih mengherankan adalah Diko investor terbesar di perusahaannya?
Sial! Diko bahkan membuat semua orang terkejut, bahkan Tiara istri simpanannya ini tampak mengagumi Diko ini.
"Akh iya ... kami pernah ketemu di rumah sakit, tapi belum sempat ngobrol." Diko menjulurkan tangan ingin berjabat tangan dengan Daniel. "Senang bertemu dengan Anda, Pak!" seru Diko setelah Daniel kembali menarik tangannya.
"Saya pikir banyak yang harus kita bahas lagi soal kerja sama ini." Daniel menatap wajah Wira dan Andre, ia geram setengah mati melihat sahabat sekaligus orang kepercayaannya di kantor. "Sudah terlalu banyak informasi yang saya lewatkan." Daniel mengibaskan jasnya dan memutar badan untuk segera memulai acara.
Andre dan Wira meminta maaf atas penyambutan dan sikap yang ditunjukkan Daniel sebelum mereka mulai pertemuan untuk saling mengenal sebelum melakukan kerja sama lebih lanjut.
Acara makan malam diisi dengan obrolan ringan sebatas perkenalan dari setiap wakil yang dikirimkan perusahaan, Diko duduk santai berbaur dengan yang lain sementara Daniel masih berjibaku memikirkan dari mana Diko berasal.
Beberapa saat kemudian, semua orang membubarkan diri karena acara sudah berakhir, mulai besok pembangunan resort di daerah Bali sudah mulai dilakukan, para investor pun antusias dengan kerja sama ini.
"Batalkan kerja sama dengan Diko, dan kembalikan semua saham miliknya!"
Untuk pertama kali Daniel bersikap tidak profesional, ntah mengapa firasatnya mengatakan jika Diko memiliki rencana lain, sengaja masuk ke perusahaannya.
"Nggak bisa, Diko investor terbesar kita, dia sudah menandatangani kontrak kerja sama, kalau kita membatalkan secara sepihak kita bisa kehilangan kepercayaan dari investor yang lain!"
Sebagai orang yang merekrut investor baru, Wira sudah cekatan menjalankan tugasnya, tetapi baru kali ini Daniel tidak puas dengan hasilnya.
"Sudah berapa tahun perusahaannya berdiri?" tanya Daniel. "Aku bahkan masih asing dengan namanya!"
"Dia hanya memiliki cabang kecil di Indonesia yang baru berdiri kurang dari satu tahun, sedangkan perusahaan utamanya ada di Paris." Wira menjelaskan sambil fokus melihat layar laptopnya.
"Paris?" Mendengar Paris membuat perasaan Daniel semakin berkecamuk, sudah lama sekali ia meninggalkan kenangan masa kecilnya di tempat itu termasuk meninggalkan wanita yang sudah melahirkannya.
"Sejak kapan kau jadi bodoh?" Wajah Daniel merah padam. "Kalau dia memiliki perusahaan besar di sana untuk apa dia harus repot-repot bermain saham di sini? Kenapa bukan dia saja yang membeli lahan luas di tempat ini dan mendirikan resory ini sendiri, dengan begitu dia bisa mendapatkan keuntungan lebih besar bukan?"
"Benar juga, bahkan dia tidak ragu menanamkan saham dengan jumlah besar, dia pemilik saham no 2 terbesar setelah kita."
Wira pun mulai bingung dan menyadari kesalahannya, ia terlalu antusias hingga tidak sempat mengechek data diri Diko lebih lanjut.
"Berikan!" Daniel meminta laptop yang dipegang Wira, setelah benda itu di tangannya ia mengetikkan sesuatu di sana.
"Brengs*k!" geram Daniel setelah membaca informasi yang membuat rahangnya mengeras hingga wajahnya terlihat menakutkan. "Apa kalian memintaku untuk menggali kuburanku sendiri, huh!" bentak Daniel kepada Wira dan Andre.
"Daniel tenanglah, seharusnya kau senang Diko menjadi investor kita!" seru Andre. "Kenapa marah?"
Daniel membanting laptop hingga patah menjadi dua bagian. "Lalu kau mau aku apakan anak wanita sial*n yang sudah menghancurkan kebahagiaan keluargaku, huh?" Daniel memaki dan mengebrak meja untunglah hanya ada mereka bertiga di sini jika tidak sikapnya akan menjadi makanan para awak media.
"Sial!!" Wira menjambak rambutnya sendiri mana ia tau kalau ternyata Diko adalah anak istri kedua papa Daniel.
"Ternyata Diko anak wanita itu, dari sekian banyak perusahaan kenapa dia memilih bekerja sama dengan kita?" Andre mulai menerka-nerka.
"Kalian memang bodoh! Aku tidak memaafkan kesalahan ini dan malam ini juga akan aku habisi dia!" Daniel keluar dengan amarah yang harus segera ia tuntaskan dengan Diko.
Masih ingat jelas saat ia masih menginjak usia remaja, Daniel tidak kekurangan kasih sayang dari kedua orang tuanya, keluarganya selalu harmonis sebelum malam tahun baru itu.
Tepat pergantian tahun Ayah yang selama ini ia banggakan membawa wanita asing dengan seorang anak laki-laki seusianya.
"Panggil dia Mama dan ini Mike usianya dua tahun lebih muda darimu!"
Daniel memandang wanita asing dan Mike duduk di sofa yang sama dengan ayahnya, sementara Delia ibunya sudah menangis di sofa yang lain.
"Dia istri dan anak Papa juga, sebenarnya kami sudah lama menikah dan mulai hari ini mereka akan tinggal di rumah ini!"
Bagaikan tersambar petir di tengah gelap gulita tubuh Daniel menegang seketika, Daniel membenci wanita dan Mike karena sudah menghancurkan kebahagiaannya, belum sempat Daniel mengutarakan keberatannya, Remon sudah kembali bicara.
"Dia juga memiliki putra dari suami sebelumnya, anak itu masih tertidur di mobil, papa harap kamu bisa menerima kehadiran mereka sebagai ibu dan saudara laki-lakimu!"
Daniel remaja menendang meja yang terbuat dari kaca hingga hancur dan berserak di lantai, melihat mamanya berlari menapaki anak tangga membuat emosinya memuncak, bahkan kata maaf tidak keluar dari bibir ayahnya.
"Brengs*k! Akan aku bunuh mereka satu persatu karena sudah menyakiti Mamaku! Aku tidak terima pengkhianatan ini!"
Daniel menarik Mike dan memukul wajahnya, ia menghindar ketika Mike melakukan hal yang sama.
"Daniel kendalikan dirimu!" Remon berusaha melerai pertikaian antara dua anak yang baru mau beranjak dewasa itu, namun tenaga Daniel cukup kuat hingga ia sedikit kesulitan menarik tubuh Daniel yang menimpa dan menghajar Mike.
"Lepaskan dia Daniel!" Remon memukul wajah Daniel, untuk pertama kali tangan ini memukul anaknya.
Napas Daniel masih tidak beraturan, ia berdiri tegak sembari menghapus darah segar yang mengalir di sudut bibirnya, matanya merah dan benci melihat papa yang selama ini ia kagumi.
"Hanya karena mereka Papa memukul aku, anak kandung Papa sendiri," ucap Daniel, suaranya pelan namun menyiratkan kekecewaan yang mendalam.
Remon membantu Mike berdiri. "Tapi Mike juga anak kandung Papa ... mengertilah dia adikmu juga!"
"Tapi aku tidak menerima kehadiran mereka di rumah ini!" sentak Daniel berapi-api.
"Kalau begitu keluarlah dari rumah ini!" Remon menunjuk pintu utama yang terbuka lebar, ya! Dia mengusir anak kandungnya.
Daniel meludah dan keluar dari rumah yang ia tempati sedari kecil, di halaman rumah Daniel sempat melihat sekilas anak laki-laki baru keluar dari mobil papanya.
Pantas saja sejak awal mereka bertemu Daniel seperti pernah melihat wajah Diko dan ternyata ssmua terjawab. Malam ini Daniel tau jika Diko adalah anak wanita yang sudah menghancurkan kebahagiannaya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Desty Loey
yang membagongkan kenapa ibunya daniel masih betah tinggal ma suami n madunya??? pdhl jlas2 sakit hati, bukan keluar n tinggal ma daniel....🙄🙄🙄
2022-07-11
0
Rdian
salah ortu nya bukan anaknya
2021-12-25
0
nurul aqidah
daniel 11 12 ma bapak nya suka nyakitin wanita
2021-12-23
0