"Tapi, urusan kita belum selesai, kenapa aku harus pergi." Regina menghentakkan kaki, wajahnya tampak kesal karena Daniel mengusirnya hanya karena gadis kecil yang tidak lebih cantik dari dirinya.
"Besok kita selesaikan," ucap Daniel dingin, ia memberikan chek berisi sejumlah uang kepada Regina. "Ini untukmu, anggap saja sebagai ganti rugi karena aku sudah menyita waktumu."
Tiara tidak mengerti ada urusan apa antara Daniel dan Regina, ia menebak kalau uang itu pasti sebagai bayaran untuk Regina karena sudah menemani Daniel, benar-benar buaya darat ini pasti sudah membawa Regina ke atas ranjangnya.
"Sangat tidak tau malu," cibir Tiara ketika Regina mengambil chek tersebut.
"Kau bilang apa?" tanya Regina, di depan Tiara ia membenarkan pakaiannya yang sudah sedikit berantakan, kalau saja Tiara tidak datang mengganggunya sudah pasti hari ini ia dan Daniel akan mengukir sejarah baru.
"Tidak tau malu, kau puas?" Terang Tiara lagi.
"Kau yang tidak tau malu karena sudah mengganggu kesenanganku, apa di rumahmu tidak ada cermin? Kau mengataiku sementara kau datang ke sini untuk menggoda Daniel juga, kau bukan tidak tau malu tetapi tidak punya harga diri," sentak Regina.
Tira mengepalkan tangan, apa pentingnya Daniel sampai harus digoda, tetapi ucapan Regina ada benarnya juga, di depan Daniel ia sudah tidak punya harga diri.
Daniel mengamati wajah murung Tiara, sepertinya Tiara sudah masuk ke dalam permainannya, Daniel memang sengaja mendiamkan Moza supaya tunangannya itu frustasi dan tidak bisa tidur nyenyak, dengan begitu Tiara pasti datang mencarinya.
Daniel membuka resort di daerah wisata dan menunjuk Regina yang merupakan rival Moza untuk menjadi iklan guna mempromosikan tempat tersebut, tetapi sepertinya infotaiment salah menafsirkan hubungan mereka, hingga membuat Moza dan Tiara salah sangka.
"Kau keluarlah." Daniel melirik Regina, raut wajahnya yang sudah kembali datar membuat Regina takut, akhirnya wanita ini pergi dari ruang Daniel.
"Kau puas mengganggu kesenanganku?" Daniel menegakkan punggungnya di sandaran kuris lalu menatap Tiara dengan mata elangnya, ah ia benar-benar sudah sangat ingin menguliti Tiara sekarang juga.
"Kalau kau tidak mau diganggu sebaiknya selesaikan dulu urusanmu dengan kakakku, lepaskan dia dan pergilah dari kehidupannya!"
Daniel tertawa mengejek Tiara. "Sudah satu mingu ini aku meninggalkan dia, dan kau sendiri yang datang ke sini." Daniel menegakkan duduknya. "Jangan buang waktuku dengan leluconmu!" seru Daniel serius.
Bibir Tiara terasa keluh untuk bicara, tenggorokannya mengering bagaikan di gurun pasir, ia mencoba tenang dan berusaha meredam emosi yang selalu membara bila berhadapan dengan Daniel.
"Kau datang ke sini untuk memintaku meninggalkan Moza, begitu?"
Tiara menggeleng cepat. "Bu-bukan, kakakku sakit karena kau menghilang tanpa jejak berita panasmu dengan perempuan itu semakin membuat kak Moza depresi, aku mohon datang dan temui kak Moza, dia merindukanmu, Daniel!"
Tiara memelas, apapun akan ia lakukan demi kesembuhan dan kebahagiaan Moza, lupakan harga diri dan dengan siapa dia berhadapan, Daniel adalah orang pertama yang ingin ia bunuh, tetapi di sisi lain Moza sudah sangat ketergantungan dengan Daniel, mau tidak mau Tiara harus merendahkan dirinya.
"Jadi ... kau datang ke sini mau bernegosiasi denganku?" semirik kemenangan sudah ia tunjukkan, rubah kecilnya yang galak kini berubah menjadi kelinci imut yang menggemaskan. "Tapi aku tidak suka bisnis yang tidak menguntungkan," imbuhnya lagi.
Tiara mengernyit bingung. "Tapi kita tidak sedang berbisnis."
'Apa aku harus memukul kepalamu itu, Daniel'
Tiara sudah mulai geram, sebab Daniel terkesan mengulur waktu.
"Aku hanya mengikuti kemauanmu, kau mau aku melepaskan kakakmu dan aku sudah melakukannya."
Tiara mendekat dan tanpa sadar meraih tangan Daniel. "Jangan Daniel, aku mohon jangan tinggalkan kakakku." Wajah Tiara semakin menjadi pias, ia harus bisa membawa Daniel ke rumah sakit.
"Keuntungan apa yang bisa kau berikan?"
Daniel berusaha menahan gejolak dirinya, ntah maghnet apa yang ada di tubuh Tiara hingga membuat inti tubuhnya selalu bereaksi bila di dekat Tiara, karena rasa penasaran ini lah ia memilih untuk mencoba pemanasan dengan Regina, tetapi nyatanya tubuahnya biasa saja, ia hanya menginginkan Tiara. Sial!!!
"Tapi aku tidak punya apapun," jawab Tiara, "Saham, perusahaan semua yang kau miliki sudah banyak, dan aku tidak punya itu." Tiara menarik tangannya.
Daniel mengekori penampilan Tiara dari ujung rambut sampai ke ujung kuku kaku kaki, jelas itu yang diinginkannya.
"Kau punya tubuhmu yang bisa kau berikan sebagai jaminankan?" Daniel tersenyum penuh dengan kemenangan.
"Kau sudah gila?" Tiara menggebrak meja. "Aku tidak pernah mau kau sentuh dan tidak akan pernah suka rela menyerahkannya untukmu."
"Kalau gitu kau pun tidak akan pernah suka rela datang dan menemui kakakmu, jadi ke luar dari ruanganku!" Daniel menunjuk pintu. "Kau tidak punya waktu untuk berpikir lagi."
Darah Tiara semakin panas, untuk kesekian kalinya Daniel sudah berhasil merendahkan harga dirinya, kali ini Tiara sudah tidak punya nyali untuk berdebat, semua hanya karena kakaknya yang terbaring di rumah sakit.
"Ba-baiklah ... ap-apa maumu?" ucap Tiara dengan suara gemetar.
Daniel menahan senyumannya. "Serahkan dirimu dan jadilah simpananku."
Dunia Tiara runtuh bersamaan dengan cairan bening yang lolos dari kelopak matanya. "Apa tidak ada cara lain?"
"Keluarlah! Aku tidak suka melihat air matamu itu!"
Tiar menghapus air matanya. "Ti-tidak, maafkan aku ... aku nggak akan nangis lagi."
"Jadi apa keputusanmu? Aku akan datang ke rumah sakit setelah mendengar jawabanmu."
"Kau janji akan membahagiakan kakakku? Menuruti semua keinginannya? Kau tau kakakku pernah depresi jadi aku mohon jangan pernah tinggalkaan dia, hanya itu yang aku minta!"
"Banyak sekali permintaanmu!" Daniel menghembuskan napas berat sebab selama ini ia tidak pernah benar-benar mencintai Moza.
"Tergantung jawaban yang akan kau berikan! Dan aku tidak memaksamu jadi jangan pernah menangis di depanku!"
Tiara merunduk. "Ak-aku mau jadi sim-simpananmu, Daniel ...." Sekujur tubuh Tiara gemetaran, ini keputusan terbodoh yang pernah ia ambil.
"Bagus ... kau mengambil keputusan yang tepat." Daniel tertawa penuh dengan kemenangan, seperti biasa semua wanita akan bertekuk lutut dengannya meskipun cara ia mendapatkan Tiara tergolong pemaksaan, tetapi Daniel tidak perduli.
Daniel menepuk pahanya. "Duduklah di pangkuanku, Tiara!"
Tiara mengangkat kepala, kini wajah Daniel menjadi pusat perhatiannya. "Kau bilang apa?"
"Kau mau membantah? Apa kau sudah berubah pikiran? Simpananku, kau tau artinya'kan?"
Tiara mengangguk, tidak punya pilihan
Daniel menjentitkan jari telunjuknya. "Kemarilah!"
Tiara melangkah penuh dengan keraguan sampai berhenti tepat di depan Daniel.
"Duduk!"
'Daniel sialan!' Tiara hanya bisa membatin sembari mendudukkan boko*ngnya di paha Daniel.
"Bukan begitu, aku mau kau duduk menghadapku seperti Regina tadi!"
"Jangan samakan aku dengan dia!" Tiara bangkit dan mengubah posisinya. "Kau mau yang seperti ini?"
'Posisi yang salah' Daniel sejenak memejamkan mata, ternyata benar inti tubuhnya hanya bereaksi dengan Tiara. 'Astaga adik kecil'
"Cium, aku!" Daniel mengeluarkan titahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Enung Samsiah
si danil luknut kasih kopi campur sianida aja tiara,,, biar mmpusss
2024-01-23
0
Efvi Ulyaniek
pingin ta pites aja si daniel
2022-12-12
0
Pia Palinrungi
yah thor, aq cm nggak mau antar saudara salin benci...daniel knp harus tiara sihhh
2022-01-01
0