"Kenapa kau tidak bisa mendidik anakmu itu, huh! Apa dia sudah menganggap aku mati? Bisa-bisanya Daniel melangsungkan pertunangan tanpa restu dariku! Siapa perempuan itu?" teriak Remon ayah kandung Daniel.
Mendengar kabar pertunangan Daniel dengan wanita yang berprofesi sebagai model, membuat ia meradang, selama Remon menetap di luar negri ia menutup akses komunikasi dengan Daniel. Hubungan Remon dengan Daniel tidak berjalan baik seperti selayaknya ayah dan anak, semua bermula ketika Remon membawa istri ke dua beserta anak mereka tinggal satu atap di rumah utama, Daniel yang tidak terima hadirnya orang ketiga di hubungan orang tuanya memilih kembali ke Indonesia.
"Dia anakmu juga, kenapa tidak menghubungi Daniel secara langsung?"
Delia mengumpulkan beberapa foto pertunangan Daniel yang berserak di lantai, sudah berulang kali ia mencoba mendamaikan Daniel dengan suaminya, namun hasilnya sia-sia karena ayah dan anak itu sama-sama keras kepala.
"Jangan menasehati aku! Cepat hubungi dan bawa dia ke sini, kalau tidak ... akan aku hancurkan perusahaan yang sudah dia bangun sendiri!"
Remon membanting pintu kamar dan pergi membawa emosi yang belum padam dari dirinya.
"Mike!" teriak Remon di ruang keluarga, ia duduk di sofa tunggal menunggu Mike anak dari istri ke duanya yang hanya terpaut usia dua tahun dengan Daniel.
"Papa memanggilku?" Mike buru-buru menuruni anak tangga dan duduk di sofa yang sudah ditunjuk Remon, kini mereka sudah duduk berhadapan.
"Kau siapkan semuanya seperti yang sudah Papa perintahkan sebelumnya, Papa tidak mau tau bagaimana caranya yang pasti kau harus menghancurkan perusahaan Daniel!"
Remon tidak pernah main-main dengan ucapannya, ia sudah lelah menunggu Daniel datang dan meminta maaf padanya, sepertinya semua itu tidak akan pernah terjadi mengingat gen yang mengalir deras di tubuh Daniel, menuruni sikapnya angkuh, keras kepala dan tidak mau mengalah.
"Kita bisa mulai dengan bermain saham, Pa!" Mike tidak akan menyiakan kesempatan untuk menghancurkan Daniel.
"Kau atur semuanya!" Remon menepuk pundak Mike dan kembali masuk ke ruang kerjanya.
'Bersiaplah Daniel!' gumam Mike, genderang perang sudah ditabuh, selama ini Mike hanya diam dan menutup telinga mendengarkan orang-orang memuji nama Daniel yang sudah berhasil membangun perusahaannya sendiri, sedangkan Mike harus berada di bawah ketiak Remon.
***
"Istrahatlah, seharian ini kita habiskan waktu hanya untuk membahas hal-hal yang nggak penting." Daniel menarik selimut bercorak khas rumah sakit hingga menutupi setengah badan Moza.
"Menurutmu pernikahan kita nggak penting?" Moza menggenggam tangan Daniel, kini kondisinya sudah lebih baik karena hampir seharian Daniel menemaninya di rumah sakit.
Daniel terdiam dan berpikir keras, bagaimana bisa dua kakak beradik ini memiliki sifat yang jauh berbeda? Cara bicara Moza selalu manja dan lemah lembut berbanding jauh dengan sikap Tiara, kapan Tiara bisa bersikap manis seperti ini?
"Daniel ... kenapa diam?" rengek Moza lagi, wajahnya cemberut sebab Daniel tidak meresponnya, bahkan sedari tadi hanya ia yang antusias membahas tanggal pernikahan.
"Kau bilang apa?" Daniel menarik tangannya dan merapikan rambut Moza, sebenarnya ia sudah tidak betah di sini.
"Ya sudahlah, aku mau tidur. Kamu jangan pergi lagi ya?" Moza meraih tangan Daniel lagi dan menciumnya. "Aku takut kamu hilang lagi, aku nggak bisa jauh dari kamu, temani aku ya...."
"Nggak bisa ... kita belum menikah dan nggak pantas berada di dalam satu ruangan yang sama. Kamu ditemani suster aja, ya?"
"Tapi besok kamu datang lagi,'kan?" tanya Moza setengah berat melepaskan Daniel pergi. "Daniel ... aku cinta sama kamu."
Daniel hanya mengangguk, baginya tidak ada cinta sejati sama seperti kisah cinta kedua orang tuanya yang perlahan terkikis karena hadirnya orang ketiga.
Pernah Daniel mulai mencoba mencintai satu wanita yaitu Sasa sahabatnya sendiri, Daniel rela melakukan apapun untuk kebahagiaan Sasa, termasuk membiarkan Sasa memilih cintanya sendiri, namun sayang kecelakaan itu merenggut nyawanya. Moza adalah penyebabnya.
Tidak ada seorangpun yang tau, dibalik sikap dinginnya, tersimpan cerita yang menyakitkan dalam hidupnya.
"Karena Tiara aku tertahan di sini mendengar kata cinta yang memuakkan!" gumum Daniel di depan pintu yang baru ia tutup rapat.
Daniel menyusuri lorong rumah sakit, tiba-tiba perhatiannya teralihkan pada dua orang yang ada di ruangan yang dilapisi jendela kaca transparan.
"Aku mengabulkan permintaanmu, terkurung seharian di sini agar kau bisa mempersiapkan diri untuk menyambutku, tapi kau malah berduaan dengan laki-laki lain?"
Daniel geram melihat Tiara tertawa di depan laki-laki asing, bagaimana bisa rubah itu bersikap manis saat tidak bersamanya?
"Tunggu hukuman dariku, Tiara!" Kepalan tangan itu terasa panas, urat-urat kecil yang menonjol pun terlihat membiru, matanya merah melihat Tiara dibalut jaket boomber khas seorang pria, ada sesuatu yang aneh di dalam dirinya, tapi ia sendiri tidak tahu perasaan apa ini.
Sementara Tiara hampir sakit perut mendengarkan lelucon Diko, laki-laki ini mendapatkan lima jahitan di lengannya, tetapi sedari tadi tidak berhenti membuat Tiara tertawa.
"Aku masih nggak nyangka, gadis cilik yang dulu ingusan sekarang sudah menjelma menjadi bidadari cantik." Diko dan Tiara duduk berdampingan di tempat tidur pasien.
"Sebentar lagi Bidadari ini jadi istriku,'kan?"
Tiara menjadi gugup jika ia berkata jujur pun belum tentu Diko mau menerimanya.
"Tiara!" Tanpa basa-basi Daniel masuk ke kamar yang hanya ada Tiara dan pria asing dalamnya.
Tiara sontak berdiri. "Daniel ... ka-kakak di sini?" Tiara merasakan ruangan ini menjadi dingin sebab Daniel selalu memasang wajah tidak bersahabat.
Daniel mendekati Tiara . "Aku menjaga kakakmu dan kau berduaan dengan LAKI-LAKI LAIN di sini?" Daniel menekankan kalimatnya agar Tiara peka dengan posisinya.
"Tunggu ... Dia tunangan Moza,'kan?" tebak Diko.
"Iya, kak Moza dirawat di sin---
Belum selesai Tiara bicara, Daniel memungkas ucapannya. "Kita pulang!" Daniel hanya fokus menatap wajah Tiara. "Atau ... kau mau KITA tetap di sini?"
Tiara menggeleng cepat, Daniel adalah laki-laki yang tidak tau malu dan dia bisa melakukan apapun termasuk menyentuhnya sesuka hati, tidak ada yang boleh tau rahasia mereka.
"Kak Diko, udah malam jadi aku harus pulang." Tiara membuka jaket yang tadi dipakaikan Diko untuknya.
"Jangan dibuka," cegah Diko. "Bajumu rusak karena aku,'kan? Jadi kamu pakai saja, terima kasih untuk semuanya Tiara," ucap Diko seraya mengembangkan senyuman tampannya.
Daniel semakin panas, pikirannya pun bercabang ntah ke mana membayangkan apa yang sudah dilakukan Tiara pada laki-laki ini hingga mengucapkan terima kasih.
"Ak-aku yang seharusnya berterima kasih, kak...."
"Pulang!" Daniel menarik tangan Tiara tanpa permisi dan membawanya ke luar dari rumah sakit.
"Masuk!" Daniel memaksa Tiara, kemudian ia mengitari mobil dan duduk di bangku kemudi.
Tiara tidak berani bicara karena merasa kalau saat ini Daniel tampak lebih menyeramkan dari sebelumnya.
"Buka!" seru Daniel. "Buka jaket itu aku mau tau apa yang kalian lakukan tadi!"
"Tapi Daniel, aku---
Melihat Tiara yang lamban Daniel melakukannya sendiri lalu membuang jaket itu ke luar jendela, dilihatnya baju Tiara kotor dan robek yang cukup lebar.
"Beraninya kau, Tiara!!" bentak Daniel, seperti orang kesurupan ia pun semakin merobek baju Tiara.
***
Daniel cemburu, cinta bilang bos!!!
😤 : Kenapa Tiara terlalu lemah?
✌ :Nanti kita buat Tiara kuat, ya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Sri Wahyuni
lanjut Thor bikin Tiara kuat ngadepi makhluk berhati iblis seperti Daniel itu
2022-02-03
0
Juan Sastra
sama moza bilang ggak pantes berduaan satu ruangan ,,giliran sama tiara aja maksa maksa
2022-01-28
1
Pia Palinrungi
lanjut thor...
2022-01-01
0