Harap Bijak Menyikapi Bacaan🚨
"Daniel, cukup!" Tiara menyilangkan tangannya di depan dada berusaha menutupi aset berharga miliknya yang sudah terpampang nyata karena bajunya sudah dilempar Daniel ke jok belakang.
Daniel tidak perduli apapun tangannya menyentuh permukaan kulit punggung dan leher Tiara mencari sesuatu yang mungkin ditinggalkan laki-laki asing itu, namun nihil apa yang dicari tidak ia temukan.
"Siapa dia?" Mata Daniel masih memerah, suaranya terkesan dingin dan menyeramkan, sementara Tiara masih merunduk sembari memeluk tubuhnya sendiri. "Aku tanya siapa dia, Tiara!" bentak Daniel sembari memukul strir di depannya. Daniel tidak suka kepunyaannya disentuh orang lain.
Tiara mengangkat kepala dan melihatnya. "Dia calon suamiku, apa kau puas?" Tiara semakin menaikkan intonasi suaranya, dadanya naik turun menahan sesak karena sikap Daniel yang selalu seenaknya.
Tangan Daniel semakin mengepal kuat, rasaanya ingin sekali ia meninju calon suami yang selama ini ditunggu Tiara. Daniel menatap lurus kedepan.
"Kau sadar dengan apa yang barusan kau ucapkan?" lirih Daniel. "Kau tau di mana posisimu sekarang? Bisanya kau bilang dia calon suamimu!" Daniel menghembuskan napas panjang.
"Apa salahnya? Dia memang calon suamiku jauh sebelum kau menghancurkan hidupku!"
Rahang Daniel semakin mengeras, gemertak giginya pun terdengar jelas, ia membungkuk dan meraih dagu Tiara.
"Selama kau masih menjadi simpananku ... aku melarangmu berhubungan dengan laki-laki manapun!"
Manik mata Daniel mengunci pandangan mata Tiara.
"Hanya sebatas simpanan, bukan? Kau bisa menguasai tubuhku ... tapi tidak dengan hatiku!"
Daniel semakin geram, tanpa ampun ia mencium Tiara, meresapi bibir yang tadi tersenyum untuk laki-laki lain, tetapi selalu mengeluarkan kata-kata pedas bila bicara dengannya.
Satu tangan Daniel mengunci tangan Tiara dibalik punggungnya, ciu man Daniel turun hingga ia meninggalkan beberapa jejak merah di leher Tiara.
"Daniel ...!" Tiara berusaha menghindar, tetapi tubuhnya seolah lemah tidak berdaya. Daniel sudah hampir lepas kendali, tangannya semakin menggeranyangi permukaan kulit Tiara.
"Kumohon hargai aku sedikit saja...." Tiara menahan air matanya, ia berusaha menahan tangisannya di depan Daniel yang selalu emosian.
Daniel menghentikan aksinya, ia melihat wajah Tiara yang sudah berubah sendu seperti awan hitam yang siap menumpahkan air hujan.
"Bisa,'kan? Terlepas dari dendammu karena Sasa, bisakan kau menghargai aku? Sedikit saja ... bahkan hanya seujung kukumu pun sudah berharga untukku ...."
Daniel melepaskan cekalan tangan Tiara, untuk pertama kali setelah malam itu Tiara bicara lembut dengannya, ia kembali menegakkan punggung dan menatap lurus ke depan. Perasaan apa ini? Melihat mata sayu itu mebuat hatinya berdebar.
Hening! Hanya keheningan yang tercipta, Tiara kembali merunduk dan memeluk tubuhnya sendiri, malam semakin gelap dibarengi angin yang semakin berhembus kencang membuat Tiara semakin kedinginan ditambah lagi AC mobil hampir membekukan tubuhnya.
Daniel menghela napas panjang guna meredam bara hasrat yang sempat menggelora, ia membuka satu persatu kancing hingga kemeja itu tanggal dari tubuhnya, tanpa bicara apapun lagi ia menutupi tubuh polos Tiara dengan kemejanya.
Tiara mencengkram kuat ujung kemeja yang baru dipakaikan Daniel, ia membuang arah pandangannya menatap nanar ke luar jendela, sementara Daniel sudah melajukan mobilnya.
Hampir tengah malam mobil Daniel berhenti tepat di rumahnya, Tiara sudah tertidur dengan kepala menyandar di kaca jendela, dengan hati-hati Daniel menggendong Tiara membawanya masuk ke rumah.
Bu Hilda membukakan pintu utama. "Mau disiapkan air panas, Tuan?" tawarnya ketika Daniel sudah menapaki satu persatu anak tangga, dilihatnya majikanya tanpa memakai baju dan menggendong Tiara perempuan yang kemarin menampar Daniel di rumah ini.
"Tidak, istrahatlah!"
Daniel kembali melanjutkan langkahnya, pelan-pelan ia mendorong pintu kamar sampai terbuka lebar lalu merebahkan Tiara di atas kasurnya.
"Kau mau dihargai? Tanpa diminta pun ... dari dulu aku melakukannya, bukan?" Daniel menarik selimut untuk menutupi tubuh Tiara.
***
Tiara menggeliat dengan kedua mata yang masih terpejam, suara gemercik air dari kamar mandi mengganggu tidurnya, tubuhnya terasa lengket sebab sudah semalaman belum tersentuh air, kelopak mata indah itu sudah terbuka lebar barulah ia sadar jika pagi sudah datang dan kamar ini bukan miliknya, Tiara menjadi tidak semangat mengingat orang yang membawanya ke sini.
"Non, Tiara sudah bangun?" Bu Hilda keluar dari kamar mandi, ia baru saja menyiapkan air hangat untuk Tiara sesuai apa yang sudah diperintahkan Daniel beberapa jam yang lalu.
Tiara menyingkap selimut dan memeriksa tubuhnya, ia lega karena yakin malam tadi Daniel tidak menyentuhnya.
"Aku mau pulang, Bu...." Tiara turun dari tempat tidur dan berjalan menuju pintu, namun bu Hilda mencegahnya sebelum berhasil menjangkau pintu.
"Tuan Daniel berpesan agar saya membantu Nona bersiap sebelum acara di mulai," ucap Bu Hilda, ia mengambil ponsel dan menghubungi Daniel.
"Acara apa?" Tiara kebingungan sendiri, Daniel terlalu banyak menyimpan misteri, tidak mengatakan apapun malah menyuruhnya bersiap.
"Tuan mau bicara." Bu Hilda menyerahkan handphone yang sudah terhubung dengan Daniel. "Bicaralah, jangan buat Tuan menunggu," imbuhnya lagi.
Tiara berdecih semua penghuni rumah ini aneh dan suka memaksa. "Apa, Daniel?" Tiara selalu emosi jika berhubungan dengan Daniel. "Kau bilang apa?" pekik Tiara setelah Daniel mengatakan sesuatu. "Ulangi lagi, Daniel!" Tiara mengitari tempat tidur dan fokus mendengarkan Daniel bicara.
"Ka-kau bercanda?" tanya Tiara lirih. "Kita akan menikah hari ini?" Tiara memijit pangkal hidungnya.
Di tempat lain.
"Apa Daniel?"
Daniel menjauhkan benda pipih itu dari telinganya. "Haish cerewetnya!" Ia berdehem dan kembali bicara di telephone. "Bersiaplah, hari ini kita menikah!" Daniel menggenggam sepasang cincin yang baru ia beli di toko perhiasan ternama.
"Menikah, Tiara! Aku nggak bercanda! Waktumu kurang dari dua jam dari sekarang!"
Daniel mengakhiri panggilan tersebut dan memerintahkan beberapa orang untuk membawa kebutuhan Tiara yang baru dibelinya. Pakaian, perhiasan, alat-alat make up dan kebutuhan yang lain.
Malam tadi Daniel sudah memikirkan semuanya, bahkan kepalanya hampir pecah mengingat calon suami Tiara sudah kembali ntah dari mana asalnya, Daniel merasa seperti pernah melihatnya, tapi di mana?
Tidak ada yang boleh mengambil Tiara darinya, jalan satu-satunya adalah menikahi Tiara meskipun harus secara siri dan sembunyi-sembunyi.
Daniel menghubungi Tiara melalui handphone bu Hilda.
"Panggilkan Tiara!"
"Apa! Ini aku!"
'Rubah ini' batin Daniel. "Kau sudah siap? Ada yang mau aku tanyakan!"
"Apa? Jangan basa-basi!"
"Kau bisa diajak bicara baik-baik,'kan?" Daniel menaikkan intonasi suaranya lagi. "Tunggu aku di rumah!" Dia mengakhiri panggilan sebelum mencapai kesepakatan.
Daniel menyimpan kotak cincin beludru warna merah di saku celananya, kemudian fokus menyetir dengan penampilan yang sudah pas, mantap, ganteng maksimal menuju rumahnya.
***
"Meskipun menikah secara siri, tetapi tidak boleh dilakukan dalam keadaan terpaksa."
Tiara menatap pantulan dirinya di cermin, sudah cantik meskipun tanpa kebaya.
"Jadi ... kau merasa terpaksa?" Daniel sudah di ambang pintu kamar
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
ennona bee
krennnn thor novel mu
2022-02-20
1
💜bucinnya taehyung💜
kenapa g resmi aja nikah nya tp dirahasiakan kan bisa nil klo siri diserobot orang baru tau rasa lu...
2021-12-20
1
Juliezaskia
nikah..
2021-12-11
0