Tiara dengan malas dan terpaksa harus duduk di samping Daniel, ia memilih duduk paling pinggir agar tidak terlalu dekat dengan Daniel.
"Sudah?" Daniel meliriknya sekilas lalu memasangkan sabuk pengaman Tiara, ia sengaja memperlambat gerakannya sebab ingin berlama-lama melihat wajah Tiara dari jarak yang begitu dekat.
Tiara menjadi gugup aroma parfum maskulin yang dipakai Daniel menyeruak memenuhi rongga hidungnya, tetapi ia tidak mau terlihat lemah di depan Daniel. "Heran, kenapa kak Moza bisa suka sama laki-laki model begini," cibir Tiara, ia memasang senjata agar Daniel tidak lagi menciumnya.
Daniel kembali duduk tegak, ucapan Tiara selalu membuat kepercayaan dirinya hilang, karena sejauh ini hanya Tiara yang tidak tertarik dengannya.
"Itu karena aku terlalu tampan dan aku pastikan kau pun bisa jatuh cinta padaku." Daniel menarik kopling dan siap melajukan mobilnya.
"Andai di dunia ini tersisa satu laki-laki dan itu kamu, lebih baik aku jadi perawan tua dari pada hidup berdampingan denganmu," sinis Tiara.
Bukannya marah, Daniel justru tertawa. "Kenyataanya akulah laki-laki yang sudah merenggutnya darimu. Apa kau mau kita ulangi lagi?" ancam Daniel.
Tiara mendelik dan memilih diam, sebab ia tahu kalau Daniel tidak pernah main-main dengan ucapannya.
Setelah satu jam perjalanan, mobil Daniel memasuki pekarangan rumah yang cukup asri. Tiara menatap takjub pada bangunan megah persis seperti istana di negri dongeng, ini untuk yang pertama kali Tiara datang ke rumah Daniel. Bangunan ini cukup jauh dari rumah penduduk yang lain, hanya ada satu rumah yang menjulang tinggi yaitu rumah Daniel.
Beberapa laki-laki berbadan kekar terlihat berjaga di sekitar rumah, dua orang berdiri di depan pintu, mereka semua tunduk saat Daniel lewat di depan mereka, bahkan tidak ada satu kata pun yang diucapkan Daniel saat para penjaga menyapanya. Tiara cuma bisa berjalan tergesa-gesa mengikuti langkah kaki panjang Daniel.
"Mana ponselnya?" Suara Tiara lebih dulu memecahkan kesunyian di ruang tamu, ia tidak perduli dengan beberapa pelayan di sekitar mereka.
Daniel sudah duduk tenang sembari mengirim pesan untuk Andre.
"Kenapa buru-buru sekali? Aku sudah meminta pelayan untuk menyiapkan makan malam kita, jadi tunggulah sebentar."
"Jangan mengulur waktu, Daniel. Aku nggak mau berlama-lama di rumah ini." Tiara sudah hampir kehabisan kesabaran, kalau bukan demi ponsel itu sudah tentu ia tidak akan mau masuk ke perangkap Daniel.
"Kau mau atau tidak, tetap aku yang menentukan." Daniel beranjak dari duduknya. "Aku lupa kalau ponsel itu tertinggal di hotel, aku akan mengambilnya untukmu, jadi kau tunggulah di sini."
Tiara mengepalkan tangannya, ia sudah hampir mencekik leher Daniel, tetapi beberapa pelayan menariknya.
"Lepaskan!" Tiara memberontak, ia benar-benar ingin mencakar wajah Daniel agar tidak bisa lagi menertawakannya. Daniel memerintahkan pelayan agar melepaskan Tiara.
"Sebenarnya apa maumu, Daniel!" teriak Tiara, ia mencengkram kerah kemeja Tiara.
Daniel tetap tenang, Moza dan Tiara sudah berada digenggamannya, ini saatnya untuk membalas sakit hati yang pernah dirasakan Sasa.
Daniel menyunggingkan senyuman. "Jadilah simpananku, Tiara," ucap Daniel pelan, tetapi suaranya terkesan dingin dan serius.
"Ap-apa?"
Tangan Tiara mengendur, perlahan melepaskan cengkamannya, ia yang salah dengar atau Daniel yang salah bicara, Tiara mengepalkan tangannya saat Daniel berbisik di telinganya.
"Jadilah simpananku, Tiara," lirih Daniel.
Tiara kembali menampar Daniel, bahkan di depan para pelayan yang selama ini menghormati Daniel.
"Kau menjijikan, Daniel! Memang kau orang pertama yang menyentuhku, tetapi bukan berarti kau bisa memperlakukan aku seperti ini!" teraik Tiara, untuk kesekian kalinya Daniel merendahkan harga dirinya.
Mendengar penolakan Tiara membuat Daniel marah, ia mengusap pipinya yang masih terasa panas, lalu memberi kode agar pelayan mengurung Tiara.
"Lepaskan aku, Daniel!" Tiara berusaha melepaskan diri, tetapi sayangnya tenaganya tidak sebanding dengan tiga wanita yang membawanya. "Aku akan membunuhmu, Daniel!"
Tiara menangis ketika dikunci di dalam kamar yang ukurannya lebih luas dari kamar hotel dimana Daniel sudah merenggut kehormatannya.
"Daniel, kau tidak bisa melakukan ini!" Tiara ketakutan membayangkan apa yang akan dilakukan Daniel terhadapnya.
***
Sudah hampir tengah malam, tetapi Daniel masih ada di Bar, sebelumnya setelah memastikan Tiara terkurung di kamarnya, ia memilih pergi menenangkan diri di bar bersama dengan Andre.
"Lepaskan Tiara, dia nggak salah," ucap Andre menasehati Daniel yang sejak tadi meresapi minumannya.
"Aku tidak bisa," jawab Daniel.
Sungguh ia tidak bisa melepaskan Tiara yang sudah membuatnya merasa candu, aroma tubuh itu, hembusan napas Tiara, bibir mungil yang selalu memakinya, dan tubuh yang sudah pernah ia sentuh, Daniel tidak bisa melepaskannya.
Disaat itu dua wanita berpakaian minim mendekati dan mencoba merayu Daniel, tetapi Daniel tidak bereaksi sedikitpun, justru hanya bayangan wajah Tiara yang melintas dipikirannya. Daniel melemparkan gelas sampai pecah lalu ke luar dari bar.
Daniel masih bisa menjaga keseimbangannya, dalam keadaan sadar ia kembali pulang ke rumahnya.
"Di mana dia?" tanya Daniel pada seorang yang berjaga di pintu kamar Tiara.
"Ada di dalam, Tuan. Sepertinya sudah tidur," jawabnya memberi laporan kepada Daniel.
"Pergilah!" titah Daniel, lalu ia membuka pintu, dilihatnya Tiara tidur di atas ranjangnya, perlahan Daniel duduk di bibir ranjang dan memerhatikan wajah Tiara yang tertidur pulas.
"Kau yang memintaku melakukan ini, Tiara!" Daniel mengecup kening Tiara lalu ikut berbaring di samping Tiara.
Pagi sudah datang lagi, Tiara membuka kelopak mata yang membengkak akibat hampir menangis semalaman, ia terkejut ketika ada tangan kokoh melingkari pinggangnya.
"Daniel?" Tiara tercekat, ia membodohi dirinya sendiri, bagaimana bisa ia tidak tau kalau Daniel tidur di sampingnya? Tiara melepaskan tangan Daniel, tetapi semakin ia bergerak maka Daniel semakin memeluknya.
"Daniel, bangun!"
Suara Tiara membangunkan Daniel, kini mata itu sudah terbuka lebar menatapnya.
"Kau sudah bangun?" Daniel semakin mendekati Tiara, aroma tubuh Tiara membuatnya betah dalam posisi seperti ini.
Tiara semakin takut, ia khawatir jika Daniel kembali menyentuhnya.
"Aku tidak mengerti kenapa jadi seperti ini? Aku mengenalmu sebagai orang baik, tetapi kenapa sekarang kau menjadi menakutkan dan menjijikan? Kau sudah menghancurkan hidupku, aku mohon jangan lagi, aku mohon lepaskan, aku!"
Daniel merenggangkan tangannya, ia meraih kepala Tiara hingga menjadikan pandangan mereka bertemu.
"Aku tidak akan melepaskanmu, sebelum kau setuju untuk menjadi simpananku," ucap Daniel lirih sepanjang malam ia tidak bisa tidur menahan diri untuk tidak menyentuh Tiara.
"Tidak ... aku tidak mau." Tiara berpaling muka, tetapi Daniel menyatukan kening mereka.
"Jadilah simpananku, atau kau akan terkurung selamanya di tempat ini!" Suara Daniel bergetar, ia masih enggan melepaskan Tiara, bahkan hidung mereka saling bersentuhan.
"Hanya di dalam mimpimu, Daniel!"
Cukup sudah, kesabaran Daniel sudah habis, ia kembali menyatukan bibir mereka.
***
Jangan lupa Like^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Leoni Gandadjaja
sepertinya aku pernah baca akur cerita spt ini.....tp lanjut saja
2022-02-08
0
Pia Palinrungi
aduhh thor lanjut dechhh ..
2022-01-01
0
Nuraini
ganas2 gimana gitu si Daniel 😉😂
2021-12-29
0