Bila Moza mengingat kembali di malam pertunangan itu, Daniel dan Tiara sama-sama menghilang, bahkan Tiara tidak kembali lagi ke pestanya, sejak malam itu sifat Tiara berubah drastis, membenci segala sesuatu yang berhubungan dengan Daniel, bahkan pergi dari rumah sampai Daniel berhasil membujuk Tiara kembali sebelum Daniel menghilang.
Sebenarnya apa yang terjadi?
Perasaan cemas, gelisah, menyesal dan sering menyalahkan diri sendiri atas apa yang terjadi di masa lalu membuat emosi Moza sering tidak stabil, terkadang ia murung dan bahagia di waktu yang bersamaan, semua ini terjadi bukan karena kemauannya sendiri, melainkan secara psikologisnya mental Moza memiliki ciri-ciri gangguan depresi yang bisa berakibat fatal pada kejiwaannya.
Pemilik nama pangung Moza mozta ini dikenal sebagai seorang model profesional yang tidak pernah mengenal kata lelah, di mata publik ia selalu tampil sempurna dengan senyuman menawan yang menghiasi wajah cantiknya, namun tidak ada seorang pun yang tahu jika dirinya memiliki kelemahan dan sering kali mengonsumsi obat penenang. Hanya Tiara yang tahu betapa Moza berusaha untuk tetap tenang dan bangkit seperti dulu.
Kini firasat itu datang lagi hingga membuat Moza gelisah tidak menentu, ia takut jika pengalaman pahit itu akan terulang lagi.
"Moza tenang." Andre masih berusaha menenagkan Moza, tetapi sayangnya Moza menjadi semakin histeris, perhatian Andre beralih pada pintu yang sudah terbuka dari luar, ia melepaskan pelukannya ketika melihat Daniel dan Tiara berdiri di sana.
"Kakak ...." Tiara lebih dulu berlari dan memeluk kakaknya. "Aku menepati janjiku, Daniel ada di sini." Tiara menunjuk pintu.
Moza menatap pemilik tubuh tegap itu, Daniel sudah ada di dekatnya, Tiara sudah berhasil membawanya. "Da-Daniel?" Moza tersenyum dan mengulurkan tangannya. "Di-dia datang untukku?" Ia ingin memeluk laki-laki yang selama ini dirindukan.
Daniel mendekat dan duduk di tepi ranjang pasien. "Apa kamu sakit karena memikirkan aku?" Daniel menggenggam tangan Moza. "Aku sudah ada di sini." Daniel merapikan rambut Moza dan membelai pipinya.
Moza membaur ke dalam pelukan Daniel. "Aku kangen, kamu dari mana aja?" tanya Moza dibarengi isakan tangisannya, ia tidak mau melepaskan Daniel apalagi sentuhan lembut di kepalanya semakin membuatnya nyaman.
"Ada beberapa proyek yang harus aku selesaikan dan mungkin karena ini kamu menjadi salah paham," ucap Daniel.
Suara Daniel terdengar lembut, tangannya membelai rambut dan punggung Moza, tetapi matanya menatap wajah Tiara seakan menegaskan jika kakaknya sangat bergantung dengannya.
Tiara memutar bola mata jengah, merasa muak melihat ekting yang dimainkan Daniel.
"Pekerjaan apa? Kamu selingkuh, Daniel!" Moza memukul lengan Daniel.
"Jangan percaya gosip yang nggak jelas, hubungan kami hanya sebatas kerja sama."
Daniel menjelaskan tentang proyek kerja sama antara dirinya dengan Regina, ia meyakinkan Moza kalau masih tetap setia menjaga hati untuk Moza.
"Maaf aku sudah salah sangka," ucap Moza, setelah Daniel memberinya obat. "Tapi kemeja itu?" Moza melihat Tiara. "Kemeja siapa yang ada di lemarimu?"
Tiara tersedak ludahnya sendiri, harusnya ia tidak menyimpan kemeja itu dan sekarang tidak mungkin juga ia berkata jujur, Tiara melirik Daniel yang sama sekali tidak bereaksi, ntah mengapa laki-laki itu masih bisa tetap tenang mengupas kulit jeruk untuk Moza.
"Itu kemeja yang aku pinjamkan untuk menutupi gaun Tiara yang sedikit terbuka."
Bahkan Andre juga ikut berbohong, niat untuk mengungkapkan fakta yang sebenarnya terpaksa ia tunda karena khawatir dengan kondisi Moza.
Semua mata menatap padanya. "Benarkan, Tiara?" Ia memberi kode lewat kedipan mata.
"Iya, kak. Kemeja kak Andre."
Moza masih menelisik wajah Tiara, tetapi untuk sekarang ia hanya ingin menghabiskan waktu berduaan dengan Daniel.
"Ya sudah, kalian bisa keluar ... tinggalkan kami berdua." Moza semakin memeluk Daniel.
***
Tiara dan Andre berjalan berdampingan di lorong rumah sakit.
"Kalian puas'kan? Apa ini yang kalian mau?" Tiara menyalahkan Andre karena memilih diam dan menutup mata atas apa yang sudah terjadi dengannya.
"Semua ini karena perbuatan kakakmu sama Sasa, dia sudah membuat Sasa kehilangan nyawanya!" seru Andre tidak terima jika Tiara menyalahkannya.
"Kecelakaan dan kematian Sasa tidak ada hubungannya dengan kakakku!" sentak Tiara.
"Maksudmu?" Andre menghentikan langkahnya, ia meraih tangan Tiara, tetapi Tiara menepis tangannya.
"Percuma! Sebanyak apapun kami menjelaskan kebenarannya, kalian tidak akan percaya, karena dari awal kalian sudah menanamkan kebencian untuk kami. Jadi lebih baik cari sendiri fakta yang sebenarnya!"
Tiara tidak perduli sebanyak apa Andre memanggil namanya, ia tetap melangkah maju meninggalkan rumah sakit.
Sudah hampir jam 10 malam, Tiara masih duduk di bangku taman kota, matanya memerhatikan beberapa pasangan muda-mudi yang sedang berkencan.
"Semua karena dia salah paham, seandainya dia mau mendengarkan penjelasanku, aku tidak akan berakhir menyedihkan, aku pasti bisa seperti mereka yang menikmati hidup, sekarang laki-laki mana yang mau denganku? Aku bahkan sudah menjadi seorang simpanan."
Tiara menumpu dagunya, ingatannya kembali pada kejadian beberapa tahun silam, saat itu Moza kembali ke kampung dalam keadaan yang kacau.
"Sasa kecelakaan, dia meninggal karena aku, aku yang sudah membunuh Sasa, aku Tiara! Aku pelakunya!"
Tiara yang tidak mengerti apapun mencoba menenangkan Moza. Mana dia tau siapa Sasa dan kecelakaan yang dia alami.
"Seorang model mengalami kecelakaan tunggal yang mengakibatkan ia kehilangan nyawanya, Sasa dinyatakan meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit."
"Sasa pergi dalam keadaan kacau, dia pikir aku sengaja menggoda tunangannya agar kembali lagi denganku padahal dari awal dia yang sudah merebutnya dariku, dalam keadaan marah dia mengemudikan mobilnya dan mengalami kecelakan itu, semua salahku!"
"Tenanglah kak ... semua yang terjadi sudah takdir dari Tuhan, kakak tidak boleh menyalahkan diri sendiri."
Mekipun belum pernah bertemu dengan Sasa secara langsung, tetapi Tiara bisa mengenalinya di beberapa media cetak dan elektronik, sejak saat itu Moza selalu menyalahkan dirinya sendiri, ia gelisah dan tidak bisa tidur, sampai akhirnya harus mengonsumsi obat penenang.
Konsultasi dan semua bentuk terapi pengobatan sudah dijalani, tetapi hasilnya tetap sama, Moza masih menyalahkan dirinya sendiri.
Bunyi klekson dari mobil yang melintasi jalan raya membuyarkan lamunan Tiara, ia memerhatikan sekelilingnya yang sudah sunyi, hanya tersisa dirinya di bangku taman.
"Daniel ... kau pasti akan menyesal kalau tau seperti apa kejadian yang sebenarnya, dan aku harap saat itu kau belum terlambat untuk minta maaf."
Tiara memutuskan untuk kembali ke rumah, ia yakin kalau Daniel pasti menjaga kakaknya di rumah sakit, di tengah gelapnya malam ia menapaki jalan sepetak sengaja memilih rute yang paling dekat menuju rumahnya, namun tiga orang asing menghalangi jalannya.
"Mau ke mana, anak manis?"
"Woah ada mangsa baru!"
"Temani kita bersebang-senang!"
Bau minuman keras begitu menyengat dari laki-laki yang mengelilingi Tiara, belum sempat ia menghindar tangannya sudah dicekal dari belakang.
"Lepaskan, aku!" teriak Tiara, perempuan kecil melawan tiga laki-laki, apa ia bisa menang? Melawan satu Daniel saja sudah menguras tenaganya.
...🐣🐣🐣...
Sudah naik turun emosinya? Nikmati alur, kritik dan saran dipersilahkan, untuk typo nanti direvisi. Semoga betah, jangan lupa tekan jempol dan terima kasih sudah mendukung sampai sejauh ini, dukungan dari readers yang buat author bertahan dan enggan berpaling dari lapak biru hihihi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 106 Episodes
Comments
Siti Fatonah
bagusss thorr gak bosenin cerita mu blm aku skipp
2025-01-31
0
Becky D'lafonte
nunggu daniel nyesel
2022-09-12
0
Dewi Kijang
thoor but kasus sasa terbokar lah cepet'' tara nya kasian lanjut
2022-01-05
0