Tak terasa, Angel tertidur hingga menjelang maghrib di ranjang empuk kamarnya, setelah Bibi Ella dan Paman Fajar pulang tadi.
Diam-diam, Malik sudah berada di dalam kamar apartemen kekasihnya itu. Ia duduk di tepi ranjang menyandarkan sedikit tubuhnya di dinding tempat tidur itu sambil menunggu Angel bangun. Namun, Angel tak kunjung bangun.
Malik mengangkat tangannya untuk menyentuh pipi Angel dan membangunkannya. Namun, setelah kulitnya menyentuh pipi mulus itu, kulit Malik terasa panas.
“Bee, kamu sakit?” Tanya Panik Malik.
“Bee.” Tangan Malik terus menepuk pipi Angel dengan lembut.
Angel menggeliat dan berusaha membuka matanya yang berat.
“Kak. Kok kamu di sini?”
“Kamu demam, Bee. Badanmu panas. Kamu kecapean.” Ucap Malik.
“Hmm.. Dari kemarin rasanya memang sudah ngga enak.” Angel berusaha bangun dan Malik membantu kekasihnya untuk duduk.
Angel menyandarkan dirinya pada dinding tempat tidur itu.
“Aku sudah belikan makanan. Sebentar aku siapkan.” Malik langsung berlari ke dapur.
Ia menuang nasi goreng seafood kesukaan Angel ke piring dan kembali ke kamar untuk memberikan makanannya pada Angel.
“Tara.. aku membeli ini, di tempat yang kamu sukai.”
Angel tersenyum. Dari awal bertemu Malik, ia memang perhatian walau terkadang pria ini cuek, jika fokus bekerja.
“Aaa..” Ucap Malik yang siap menyuapi kekasihnya.
Angel membuka mulutnya dan menerima suapan Malik. Ia mengunyah makanan itu pelan.
“Hmm.. pedas, Kak.”
“Masa, sih? Aku bilang ngga pedas kok.” Kata Malik yang menyuap satu sendok ke mulutnya.
“Hmm.. Iya pedas. Ini pedas sekali. Gimana sih, padahal aku sudah bilang ngga pedas juga.” Kesal Malik.
“Kamu kalau pesan, ngomongnya yang keras, karena si bapak yang jual itu pendengaranya agak terganggu.”
“Oh, ya ampun.”
“Oh, iya. Aku juga beli dimsum. Sebentar.” Malik kembali berlari ke dapur. Ia memang membeli makanan yang biasa Angel sering pesan.
“Ayo, makan dulu ini. Sekarang aku keluar dulu untuk mencarikanmu bubur ayam dan obat penurun demam.”
“Ngga usah kak, aku ga apa-apa. Habis makan terus istirahat yang cukup, besoknya juga udah sehat lagi.” Jawab Angel santai, sambil meneguk air mineral yang di bawakan juga oleh kekasihnya tadi.
“No, Bee. Sakit itu jangan di anggap sepele.”
Lalu, Malik mengecup kening Angel. “Aku tinggal sebentar, ngga lama kok.”
Angel mengangguk.
“Oh, iya. Aku balik, dimsumnya harus sudah habis.”
“Siap, Pak.” Angel tersenyum lemah.
Malik masih melihat ke arah kekasihnya yang terlihat lemah, rasanya ia tak ingin meninggalkan Angel walau hanya sebentar.
Dengan cepat, Malik mencari bubur ayam di sekitar apartemen. Ia terus berkeliling, karena di daerah sekitar apartemen itu tidak ada yang berjualan bubur ayam di sore hari. Malik pun menepikan mobilnya di sebuah apotek untuk membeli obat. Setelah berputar setengah jam, akhirnya Malik menemukan pedagang bubur ayam.
“Bang, bisa cepat sedikit. Saya buru-buru nih, ninggalin pacar saya yang lagi sakit.” Kata Malik pada pedagang bubur ayam itu, yang terlihat ramai pembeli.
“Sabar ya, Mas.” Jawab si pedagang bubur.
“Udah, Pak. Mas ini aja duluan. Pacarnya lagi sakit.” Kata pengunjung wanita yang sedang di layani.
“Uuh, so sweet banget sih, mau donk jadi pacarnya.” Ledek teman pengunjung wanita yang berdiri tak jauh dari tempat Malik berdiri.
Malik hanya menanggapi dengan cuek. Lagi, lagi Malik melihat jam di tangan kanannya. Ia sudah meninggalkan Angel sendirian lebih dari empat puluh menit.
“Udah ganteng, perhatian banget lagi.” Ucap pengunjung wanita itu lagi.
Malik mengacuhkan perhatian mereka dan merogoh ponsel di sakunya.
“Bee, Kamu baik-baik saja kan? Aku nyari tukang bubur, sekalinya ada antre banget.” Malik mengirim pesan whatsapp pada Angel.
“Iya, Kak. Ga apa-apa kok. Aku masih istirahat di kamar. kepalaku pusing banget, jadi masih di tempat tidur aja.” Angel langsung membalas pesan itu.
“Ya udah, tunggu sebentar lagi ya.” Malik membalas lagi.
“Iya, sayang. Terima kasih.” Angel pun langsung membalas dengan emot hati di akhir kalimatnya..
Malik tersenyum.
“Ini, Mas.” Si pedagang bubur memberikan satu kantong plastik dengan kemasan sterofom putih.
“Terima kasih.” Malik menerima makanan dan meneroma kembalian uang yang sebelumnya sudah ia berikan.
“Yah, pergi. Ngga ada pemandangan indah lagi deh.” Ledek wanita yang tadi meminta si pedagang untuk melayani Malik terlebih dulu.
Mereka pun tertawa, tapi Malik malah menggelengkan kepalanya dan meluyur pergi.
Tak lama kemudian, Malik sampai di apartemen Angel dan langsung masuk ke kamar kekasihnya yang terbaring lemah di atas ranjang.
“Huft.” Ia membantingkan dirinya di samping Angel.
“Aku bilang, ga usah repot-repot cari bubur kalau ga ada.”
“Masalahnya bukan karena nyari tukang bubur, Bee. Ketemu Abege ganjen itu yang males.”
“Kamu di godain anak abege?” Angel tertawa. Apalagi melihat ekspresi Malik yang kesal dan menekukkan wajahnya.
“Masih kecil udah ganjen, gimana udah gedenya nanti.”
“Aku juga ganjen, suka godain kamu.” Celetuk Angel, membuat kedua mata mereka beradu.
“Kalau kamu yang ngegodain, aku suka.” Malik memeluk tubuh Angel yang masih demam.
“Bee, makin panas badannya. Langsung minum obat ya? Aku sudah belikan. Dimsumnya sudah habis kan?” Tanya Malik bertubi-tubi.
“Udah, Bapak.” Jawab Angel tersenyum.
“Sekali lagi, manggil aku bapak, aku makan kamu.”
Angel mengerucutkan bibirnya.
“Sayang malam ini kamu lagi sakit, kalau engga aku makan beneran.” Ucap Malik.
“Kalau gitu jauh-jauh.” Angel mendorong pelan Malik yang berbaring di sampingnya.
“Iya, ngga. Kamu ketakutan banget.” Malik tertawa.
Di malam harinya, Malik tetap menjaga kekasihnya dengan telaten. Ia juga menyiapkan segala keperluan Angel, hingga Angel tak beranjak dari tempat tidur itu.
“Kak, kamu ngga pulang?” Tanya Angel lirih.
Malik menggeleng. “Aku jagain kamu sampe sembuh.”
Angel tersenyum.
Di tengah malam, demam Angel semakin tinggi, padahal ia telah meminum obat penurun panas yang Malik beli di apotek. Malik semakin panik, karena Angel pun memuntahkan setiap makanan atau minuman yang masuk ke mulutnya saat itu.
“Bee. Aku panggil dokter ya.”
“Ngga usah. Aku ga apa-apa.”
“Ga apa-apa gimana? Demam kamu tinggi banget nih.” Malik menunjukkan suhu badan Angel dengan angka 4,0.
“Kalau ngerebus telur di badan kamu, bisa mateng ini.” Kata Malik.
“Masa’ sih. Lebay.” Jawab Angel.
Lalu, Malik meraih ponselnya dan menyambungkan ke nomor sahabatnya yang seorang dokter.
“Cepetan ya, Jo.” Ucap Malik di ponselnya dan langsung mematikan ponsel itu.
“Kamu jadi panggil dokter?” Tanya Angel yang kembali berbaring, setelah ia memuntahkan minuman manis yang baru saja di buatkan Malik.
Malik mengangguk.
Beberapa menit kemudian, Jonathan sahabat Malik pun datang.
“Pacar lu, Bro?” Tanya Jo yang baru melihat sahabatnya memiliki pacar.
“Yoi, cantik kan?”
Jonathan tersenyum. “Palingan lu maksa.”
“Sial** lu.” Jawab Malik berbisik.
Lalu, Jo hendak menempelkan alat stetoskop itu, dengan cepat Angel membuka sedikit kancing di bagian dadanya, tapi dengan cepat pula Malik menahan tangan Angel.
“Ngga usah di buka, Bee. Dia bisa periksa dari luar pakaian kok.”
Jonathan membulatkan bola matanya. “Eh gue dokter ya, ga mesum kaya lu.”
“Sapa tau, lu ntar naksir pacar gue.” Jawab Malik.
Jonathan hanya menggelengkan kepalanya, begitu pun Angel.
“Ini gejala thyfus. Kamu harus istirahat selama satu minggu kedepan, dan ini saya buatkan resepnya.” Kata Jo pada Angel.
Lalu, Jo menyerahkan selembar kertas resep itu pada Angel. Baru saja Angel akan menerima kertas itu, tapi dengan cepat Malik mengambilnya.
“Gue yang beli ini resep, kenapa juga lu kasih ke pacar gue.”
“Oon, kan yang sakit pacar lu.”
“Udah sih, dari tadi berantem terus.” Kata Angel menengahkan.
“Masalahnya dia itu ga bisa liat bening dikit, Bee.” Jawab Malik pada Angel.
“Tapi gue masih waras, On.”
“Ngga percaya gue, udah sono pulang.” Malik mengusir sahabatnya sejak kecil itu.
Jonathan adalah tetangga sebelah rumah Malik sewaktu ia tinggal bersama orang tuanya yang masih lengkap. Mereka pun satu sekolah sejak Taman kanak-kanak hingga SMA. Walau Malik tak lagi menjadi tetangganya paska kedua orang tua Malik bercerai, mereka tetap berkomunikasi. Malik tidak mempunyai banyak teman, karena sikapnya yang tertutup. Jo adalah satu-satunya teman yang berada di dekat Malik dalam keadaan apapun dan hanya dia orang yang sangat mengerti Malik.
“Kurang ajar lu. Udah gangguin istirahat orang tengah malam juga, sambutannya malah begini." Protes Jo, sambil melangkahkan kakinya hendak keluar dari apartemen itu.
“Itulah resikonya jadi dokter.” Ledek Malik.
“Eh iya, jangan lupa transfernya lebihin.” Kata Jo lagi sebelum ia benar-benar keluar.
“Iya.” Jawab Malik, kemudian langsung menutup pintu itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Tiwik Wiyono
Ya Allah kasian Angel
2025-02-17
0
Kurnia Dewi
kalo lagi perhatian emg sweet yaa malik😍
2022-05-17
0
Riska Wulandari
perhatian bener si Malik..cuma g mau nikahin...
2022-01-16
0