Fajar memberikan surat lamaran Angel pada seorang temannya di Jakarta, seperti yang sebelumnya ia katakan.
Dret.. Dret.. Dret..
Ponsel Angel berbunyi dengan panggilan video call, tertera di sana nama ‘Bibi Ella’
“Hallo, Bi. Assalamualaikum.” Wajah Bi Ella dan Angel pun sudah terlihat di layar ponsel itu.
“Apa kabar, Ngel?” Tanya Ella.
“Baik, Bi.”
“Enin dan Aa hendra juga gimana kabarnya? Sehatkan?”
“Alhamdulillah semua sehat.”
“Alhamdulillah.” Ucap Ella di sana.
“Oh, iya. Mang Fajar mau ngomong nih, katanya kamu di minta interview di perusahaan temannya si Aa.”
“Oh, ya?” Tanya Angel dengan Mata berbinar.
Tiba-tiba Ella mengubah wajahnya ke arah Fajar.
“Benar, Ngel. Kamu di minta datang untuk interview. Kamu langsung di jadikan sekretaris bos besar perusahaan teman Amang, dia orang bule, orang Inggris katanya. Kamu mahir bahasa Inggris kan?”
Angel mengangguk. “Iya, Mang. Bisa.”
“Angel, beri ponselmu pada Aa Hendra. Biar Bibi sama Amang yang memina izin supaya kamu di bolehkan kerja di sini.”
Angel mengangguk senang. Sungguh hatinya sangat senang, walau saat ini ia belum di nyatakan di terima di perusahaan orang Inggris itu.
Kemudian, Angel menyerahkan ponselnya pada sang ayah. Lama, Hendra berbincang dengan Ella dan Fajar sambil melirik ke arah putrinya. Sesekali Hendra pun menunduk. Lalu, percakapan melalui video call itu pun berakhir.
Hendra berjalan menghampiri puterinya dan menyerahkan ponsel miliknya itu.
“Ini.”
Angel menerima ponsel yang tadi di pakai sang ayah.
“Bagaimana, Yah? Boleh?” Tanya Angel lirih.
Nenek Angel pun menyaksikan raut wajah tak rela dari Hendra.
“Hmm.. Kamu mau ke Jakarta?” Hendra balik bertanya.
Angel mengangguk pelan. “Tapi kalau ayah tidak izinkan. Tidak apa, Yah. Angel bekerja di sini saja.”
Hendra terdiam. Ia tersenyum karena puterinya begitu patuh dan mengutamakannya.
“Mengapa kamu mau kerja di sana, Ngel?” Tanya Hendra lagi.
“Hmm.. Hanya ingin mengeksplore diri, Yah. mencari pengalaman bekerja di ibukota.”
Hendra kembali terdiam.
“Ayah akan jarang melihatmu. Apa kamu tidak kangen?”
“Hendra, teknologi sekrang semakin canggih. Kamu lihat ella tadi, kita bisa melihat wajahnya dan bagaimana keadaannya di dalam ponsel itu.” Jawab Enin.
Angel tersenyum dan mengangguk.
“Hmm.. Baiklah, pergilah, Nak. Kepakan sayapmu agar dapat terbang tinggi, setelah lelah kembalilah pulang. Ayah akan selalu menunggumu di sini.”
“Terima kasih, Ayah.” Angel langsung memeluk pria paruh baya yang masih terlihat muda itu. Kemudian, ia beralih pada sang nenek dan memeluknya.
“Terima kasih, Nin.”
“Iya, Sayang.” Nenek membalas pelukan itu dan menepouk punggung Angel.
“Kapan kamu berangkat, nak?” Tanya Hendra lagi.
“Lusa, Yah.”
****
Hari ini, Hendra bersiap mengantar puterinya ke rumah Ella, sekaligus ia dan sang ibu berkunjung ke rumah sang adik.
Jarak jakarta Bandung memang tidak terlalu jauh, jika lancar dan tidak macet dalam waktu tiga jam bisa sampai ke sana. Hendra mengendarai sendiri mobilnya. Ia memang seorang enterpreneur, ia membuka usaha kuliner di beberapa kota Bandung.
Hendra tiba di depan rumah Ella dan langsung di sambut oleh sang adik beserta adik iparnya.
“Aa.. Mamah..” Teriak Ella dari dalam rumahnya.
Ia melihat ibu, kakak, dan keponakannnya yang keluar dari mobil.
“Ella.” Enin pun memeluk anaknya.
“Aunty.” Angel pun memeluk bibi nya.
“Halah, biasa juga Bibi, kenapa sekarang jadi aunty? Mentang-mentang mau jadi sekretaris orang bule.” Ucap Ella.
“Latihan, Bi.” Jawab Angel nyengir.
Setelah lama di rumah Ella. Angel pun di lepas oleh sang ayah.
“Cepat atau lambat, memang ini harus terjadi dan memang sudah waktunya kamu mandiri, mengerjakan segala sesuatu tanpa ayah.”
Angel memeluk sang ayah dan menangis.
“Ayah.”
“Janji pada ayah, kalau kamu bisa menjaga dirimu sendiri.” Kata Hendra menampilkan jri kelingkingnya.
“Angel janji ayah.” Angel pun menyatukan jari kelingkingnya pada jari kelingking sang ayah.
Hendra tersenyum.
“Jangan pernah meninggalkan kewajibanmu untuk selalu bersyukur padaNya!” Kata Enin.
Angel mengangguk lagi.
Enin mengelus rambut Angel. “Enin pasti akan sangat merindukanmu.”
“Ayah juga.” Sahut Hendra.
“Angel juga pasti akan selalu merindukan ayah dan Enin.” Angel mengecup pipi kedua orang yang selalu ada di sisinya sejak kecil.
Hendra kembali menepuk punggung putrinya, lalu melepasnya, setelah lama berpelukan.
“Ayah dan Enin, pulang dulu ya.” Ucap Hendra.
Angel, Ella, dan Fajar pun mengangguk.
Mereka kembali ke dalam rumah, setelah mobil Hendra tak lagi terlihat dari pandangan.
“Ngel, istirahat gih sana. supaya besok pagi fresh.” Kata Fajar dan di angguki Ella.
Angel pun mengangguk. Lalu, memasuki kamar yang sudah di siapkan oleh paman dan bibinya itu.
****
Pagi ini, Angel sudah siap dengan pakaian kerjanya. Ia tampak cantik dengan hiasan natural dan bibir berwarna merah muda. Tubuh Angel ramping dan proporsional. Ia tak gemuk juga tak terlihat kurus. Ia cukup memiliki buah dada dan bokong yang padat, tapi tidak besar. Kini, ia juga tak lagi menggunakan kawat gigi dan kacamata. Minus di mata Angel berkurang karena ia rajin meminum jus wortel dan membeli alat terapi mata yang iklannya selalu ada di homeshopping. Ternyta ia cocok menggunakan alat tersebut, hingga minusnya di matanya tinggal 0,25 saja.
“Wah ponakan Bibi udah cantik banget.” Kata Ella yang melihat Angel keluar dari kamarnya menggunakan blouse lengan panjang dan rok sepan selutut berwarna biru dongker.
Angel membiarkan rambutnya terurai, tapi ia menjepit bagian depannya saja agar terlihat rapih.
“Jangan pakai ini!” Kata Ella lagi, sambil melepas jepitan rambut di poni Angel.
Lalu, Ella merapihkan rambut Angel dan sedikit membuat bagian bawahnya bergelombang.
“Nah, seperti ini jadi lebih cantik.” Kata Ella lagi.
“Kamu sudah punya pacar, Ngel?” Tanya Fajar tiba-tiba, sambil menarik kursi di meja makan itu.
“Mana boleh sama ayah.” Jawab Angel yang ikut duduk di hadapan kakak iparnya.
“Tapi, pasti ada donk yang suka sama kamu.”
“Mungkin.” Angel mengerdikkan bahunya.
“Dia tuh, sombong jadi cewek, A. Sama kaya aku dulu.” Sahut Ella yang membuat semuanya tertawa.
“Hmm.. Percaya.” Jawab Fajar.
“Hmm.. kamu emang harus percaya.” Rengek Ella sambil menggelitiki suaminya.
“Iya, percaya. Sayang.”
“Haduh.. sepertinya Angel sudah kenyang.” Angel pun berdiri dan pergi meninggalkan kedua orang yang tenga bermesraan itu.
“Angel makan dulu.” Teriak Ella.
“Ngga ah, nanti takut ngiri ngeliat Amang sama Bibi.” Jawab Angel yang sudah jauh di luar.
“Kamu sih, Angel tuh jomblo.” Ella memukul lengan suaminya.
“Biarin, biar dia ngga jomblo lagi.” Jawab Fajar.
Empat puluh menit, Angel sampai di kantor yang Fajar beri tahu. Agar tidak terlambat, Angel masih menggunakan ojek online, mungkin pulangnya ia akan mencoba menaiki angkutan umum.
Lalu, Bruk
Tiba-tiba Angel bertubrukan dengan pria berbadan tinggi tegap dan berparas tampan. Ada sedikit bulu-bulu halus yang menghiasi bagian dagunya. Pria itu terlihat putih bersih.
“Maaf, Pak. Maaf.” Angel berusaha mengambil kertas yang berserakan di lantai.
“Hey, kalau jalan matanya di pasang. Jangan bengong!” Kata pria itu dengan suara dingin.
“Maaf, Pak. Sekali lagi maaf.” Kata Angel, sambil membungkukkan sebagian tubuhnya.
Pria itu adalah Malik, asisten sekaligus kaki tangan andalan bos besar yang berkewarganegaraan Inggris bernama David. Malik menatap Angel dari kepala hingga kaki. Ia menyipitkan matanya. Ia seperti pernah melihat wajah itu, tapi kapan dan di mana, ia pun lupa.
“Cantik juga.” Gumam Malik dalam hati.
Lalu, Malik merampas kertas yang ada di tangan Angel.
“Sini.”
Ia pun pergi meninggalkan Angel yang masih berdiri.
“Ish, dasar pria sombong.” Gumam Angel dan kembali melangkahkan kakinya ke dalam. Ia pun bertanya pada resepsionis di sana.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Tiwik Wiyono
Dasar jual mahal si Malik tu
2025-02-17
0
Dewa Rana
kok kakak ipar
2024-09-20
0
Marhaban ya Nur17
selalu di awali ama bertubrukan atau menbrak klo awal ketemu 😉😁
2023-09-10
0