Rencana

Hari demi hari berlalu tak terasa sudah dua bulan sejak pertemuan Alther dan Febian yang berlanjut ke lokasi proyek. Pembangunan di Bali sudah ditangani dengan baik dan Alther mempercayakan semua kepada FR Corp. sebelum kemudian dia kembali ke negaranya dan menerima laporan via email juga sesekali via telpon.

Alther terus berkutat dengan kesibukannya sebagai orang nomor satu, belakangan ingatan tentang seorang wanita di Swiss tidak lagi muncul dipikiran Alther. Dia fokus dengan pekerjaannya yang setiap hari tidak ada habisnya.

**

Sore hari dikota Jenewa, Felisha sedang berada di sebuah cafe sederhana tetapi begitu nyaman dan tenang, berkutat dengan laptopnya menyelesaikan tugas akhir dan revisi-revisi yang harus dia selesaikan ditemani segelas lime mojito.

Beberapa waktu yang lalu dia sudah mengambil keputusan untuk tetap tinggal di kota yang dia tempati saat ini, dia akan melanjutkan pendidikannya disana. Tawaran pekerjaan di hotel tempat dia bekerja sekarang belum dia ambil, dia juga berhenti untuk pekerjaan paruh waktu disitu, Feli ingin fokus dengan skripsinya yang harus selesai dalam beberapa hari kedepan.

“Feli, kamu sendiri?” Leon yang kebetulan melewati daerah itu kemudian mampir setelah melihat sosok wanita yang dikaguminya ada disana. Belakangan dia sudah jarang ke kampus, dia sudah menyelesaikan tesis dan tinggal menunggu hari kelulusan, jadi dia sangat jarang bertemu dengan Feli.

“Ah, Leon.. iya aku sendiri” jawab Feli yang memang sedikit terkejut dengan kehadiran Leon.

“Sedang apa? Apa aku bisa bergabung disini?” tanya Leon.

Feli sebenarnya keberatan, tetapi setelah dipertimbangkan tidak ada salahnya untuk sedikit mengobrol dengan Leon.

“Baiklah, silahkan, aku hanya sedang mengecek skripsiku,” ucap Feli.

“Ohh mengerjakan skripsi? Apa masih banyak perbaikan?”

“Sedikit dan aku sudah mengerjakannya, tinggal liat kedepan apakah dosen akan menerimanya atau aku perlu memperbaikinya lagi,” Feli berkata sambil tersenyum, senyum yang sangat-sangat jarang terlihat apalagi oleh seorang Leon.

“Pasti akan lancar untuk seorang mahasiswa cerdas sepertimu,” Leon sedikit menyemangati karena dia juga memang tau kemampuan dari seorang Felisha Claire.

“Aku akan menganggap itu sebagai pujian senior,” dan mereka berdua terkekeh bersama, melanjutkan obrolan-obrolan ringan tentang Leon yang dengan pengalamannya dalam menyelesaikan skripsi bahkan tentang negara itu sendiri, Feli sedikit antusias, dia suka dengan pembahasan-pembahasan berfaedah seperti ini dengan lawan bicara seperti Leon yang selain mahasiswa tetapi juga seorang pengusaha muda.

“Sudah aku duga, kau pasti disini,” suara seorang wanita yang tiba-tiba bergabung dengan mereka siapa lagi kalau bukan Gabriel.

“Wawwww perubahan yang nyata,” Gabriel yang baru sadar jika Feli tidak sendiri tentu saja segera menunjukan ekspresi terkejutnya, tidak biasanya seorang Feli bisa akrab dengan orang lain selain ditempat dia bekerja, tetapi ini yang dia liat pria tampan yang merupakan senior mereka dikampus sedang duduk menikmati minuman berdua.

“Kau itu,” Feli hanya menggeleng tidak ingin meladeni temannya karena dia yakin pasti dia hanya akan menerima godaan-godaan tidak berarti.

“Ok girls, aku permisi dulu terlalu asik mengobrol aku sampai lupa dengan kerjaan, aku punya janji makan malam dengan kolegaku,” pamit Leon yang sebelumnya mendapat telpon dan harus segera meninggalkan tempat itu.

“Baiklah Leon, sampai jumpa lagi,”

“Wah ternyata berhenti dari pekerjaan paruh waktu membuat temanku ini berubah sedikit menikmati kehidupan,” Gabriel mulai menggoda.

“Berubah berubah, apanya yang berubah sih?”

“KAU FELISHA, kau sudah mulai bersosialisai hahahaha,” Gabriel tertawa.

“Berhentilah menggodaku. Tadi dia kebetulan lewat dan kami sedikit membahas tentang skirpsi dan juga peluang kerja di Swiss, hanya itu” jelas Feli yang tidak ingin temannya salah paham.

“Ahh aku pikir kalian memang janjian disini,” Gabriel sedikit lemas, “tetapi tidak masalah tetap saja dimulai dengan kebetulan kemudian akan menjadi kebiasaan,” lanjutnya.

"Ya yaaaa terserah padamu Gabriel," Feli berusaha mengabaikan dan kembali membuka laptopnya.

"Leon itu tampan loh dan juga mapan,"

"Kau terlihat sedikit malu," Gabriel masih belum diam, namun tatapan tajam khas Felisha akhirnya membuat dia menyerah untuk menggodanya, dia tau Feli memang sedang mencari informasi pekerjaan, pantas saja dia sedikit membuka diri dengan Leon dan itu hanya karena pemhahasannya.

"Baiklah aku akan berhenti, bagaimana dengan revisimu apakah sudah tuntas?" dan akhirnya mereka melanjutkan obrolan seputar tugas-tugas akhir mereka.

**

Sementara di Indonesia, Febian sudah tidak sabar untuk mengunjungi putrinya, setelah dirasa pekerjaan bisa ditinggal agak lama akhirnya dia menjadwalkan keberangkatannya ke Swiss.

Semakin kesini dia semakin yakin bahwa dia harus kesana untuk meyakinkan putrinya bahwa sudah saatnya dia harus pulang. Dia paham putrinya itu tidak suka dengan tindakannya, tetapi dia juga tau bahwa putrinya tidak akan setegah itu untuk tidak bertemu dengannya. Untuk saat ini dia hanya akan pergi sendiri, dia memilih merahasiakan ini dari Lisiana, dia takut istrinya itu akan kecewa dan sangat sedih kalau yang terjadi disana tidak sesuai dengan harapan mereka.

"Sayang, minggu depan aku harus ke Eropa." ucap Febian saat mereka sedang bersantai di ruang keluarga.

"Jerman? Apa ada masalah dengan pekerjaanmu disana?"

"Iya, tidak ada masalah sayang aku hanya akan mengecek saja," Febian memang punya kerjasama penanaman modal di Jerman mungkin dia akan mampir dengan alasan itu.

"Kebetulan sekali ke Jerman aku juga akan ikut, setelah itu kita akan mengunjungi Feli," Lisiana terlihat bahagia sedangkan Febian bingung memberikan jawaban.

"Apa kita akan mengunjungi kakak?" Farrel yang baru saja tiba mendudukan dirinya dengan manja disamping Lisiana.

"Mami maunya seperti itu sayang, apa kau ingin ikut?" tanya Lisiana.

"Tentu saja, aku sudah begitu rindu dengan kakak dia bahkan tidak menghubungiku. Ehm kapan kita akan kesana?" Farrel yang sudah berbaring dipangkuan Lisiana terlihat antusias.

"Minggu depan sayang, papi sekalian ada kerjaan di Jerman dan mami ingin ikut."

"Ahhh aku pikir menunggu liburan, tiga minggu lagi Farrel harus ujian mih banyak persiapan akhir-akhir ini," anak lelaki itu terlihat sedikit kecewa sedangkan Febian menarik nafas legah.

"Yaampun mami hampir lupa kau harus ujian," ujar Lisiana membelai rambut anaknya yang tidak panjang itu, "sayang, apa itu bisa ditunda?" lanjutnya bertanya kepada suaminya.

"Begini saja, minggu depan biar papi saja yang kesana, bukankah pekerjaan kamu juga banyak?" Febian memberi solusi, "kita akan kesana bersama saat Feli wisuda, toh tidak lama lagi."

"Itu ide yang bagus pih, aku juga mungkin sudah liburan saat itu," Farrel setujuh.

"Baiklah, mami juga tidak mungkin meninggalkan anak ganteng ini disaat dia sedang ujian, dan yaa pekerjaan dikantor memang sedang banyak," Lisiana tersenyum ikut sepakat.

"Aku tidak sabar bertemu kakakku yang manjaahhhh itu, aku akan memarahinya habis-habisan secara langsung, tegah sekali dia selalu mengabaikan adiknya yang ganteng ini," ucap Farrel yang hanya dijawab dengan tawa dari orang tuanya.

**

Terpopuler

Comments

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

beruntungnya Feli mskpn hanya anak angkat tapi Febian dan Lusiana bgt sayang dan tdk membedakan antara Feli dan farrel

2021-08-07

1

𝕬𝖎𝖓i🍷

𝕬𝖎𝖓i🍷

thor alther buat aku aja , feli smaa leon aja..biar adill...hahhahaa

2021-06-20

1

ᴷᵒᵖⁱᴿᵉᶜᵉᴴ

ᴷᵒᵖⁱᴿᵉᶜᵉᴴ

aku loh pertama , biar dapat giveaway 🤭

2021-06-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!