Kilas Balik Beberapa Tahun Silam (3)

"Sore Bi.." ketiga remaja yang baru turun dari mobil langsung menyapa Bi Lastri. Setelah tadi pulang sekolah mereka mencari keberadaan Feli dirumahnya dan mendapat info sekaligus amanat dari Lisiana untuk menyusul Feli yang sedang berada di Lembang disinilah Dea, Nata dan Daniel saat ini, villa keluarga Richard. Mereka ingin tau kenapa Feli yang ceria dan cuek itu tiba-tiba menyendiri ditempat ini, sesuatu yang besar pasti telah terjadi.

"Eh non Dea, non Nata, den Daniel pas banget kalian datang. Non Feli sejak semalam tidak keluar dari kamar, makanan yang bibi bawa sampe siang tadi cuma dicicip sedikit. Bibi khawatir, syukurlah kalian datang, kalian pasti bisa hibur non Feli."

"Emang Feli kenapa Bi?" tanya Daniel.

"Bibi juga gatau den, kemarin datang kesini matanya kayak habis nangis, bibi belum nanya eh udah masuk kamar dan belum keluar-keluar sampai sekarang," jawab Bi Lastri.

"Yaudah kita masuk yaa Bi," ucap Nata sekaligus mengajak kedua temannya. Rasanya mereka tidak sabar untuk segera menemui Feli, bertanya apa yang sudah terjadi.

**

Sudah mengetuk pintu beberapa kali tapi belum ada tanda-tanda pintu akan dibuka.

"Fel, ini kita.. bukain pintunya Fel," Dea mengeluarkan suaranya "lo kenapa Fel?"

"Feliiiiiiiiiiiiiii gak kasian apa pegel nih, nanti betis gue gak seksi lagi kelamaan bediri depan pintu nungguin lo." Nata menimpali.

"Lo ga macem-macem kan Fel didalam?" Daniel satu-satunya pria disitu angkat suara.

"Kok ngomong gitu sih Niel? Gue jadi beneran khawatir gimana kalo Feli emang kenapa-kenapa di dalam." Dea jadi panik, meskipun kalau dilihat Feli bukan orang yang akan buang waktu untuk bertindak macam-macam. Tapi isi hati manusia siapa yang tau, terkadang ada hal tak terduga yang bisa terjadi meski itu bertentangan dengan kebiasaan. Frustasi bisa membuat orang tidak berpikir jernih saat itu dan kemudian menyesal nantinya.

"Apa jangan-jangan dia tidur? Fel....buka pintunya Fel, asli pegel nih mana laper pula gue cuma makan di kantin sekolah tadi." Nata sedikit berteriak agal terdengar oleh Feli.

Mereka terus mengetok sampai akhirnya terdengar suara pintu akan dibuka. Pintu terbuka dan terlihat Feli dengan wajah acak-acakan khas orang bangun tidur.

"Berisik ah kalian, ganggu orang tidur ajah." Feli berkata sambil berjalan kembali ke tempat tidur, lo ngapain disitu Nat?" sambung Feli yang melihati ketiga temannya ikut naik ke tempat tidur.

"Yaa mau dengerin cerita lo Fel, lo sebenernya kenapa? Sampe menyendiri disini, kita kan kepikiran." Jawab Nata.

"Ngapain nanya Nat, liat ajah dia kayaknya ga kenapa-kenapa deh." Daniel yang duduk dikursi kemudian memperhatikan Feli, sampe sepersekian detik kemudian dia menangkap raut wajah Feli yang tadinya khas bangun tidur sekarang berubah menjadi senduh. "Fel lo kenapa?" Daniel mendekat dan bertanya.

"Yeahhh bacot tadi gue nanya lo komplen," ucap Nata yang kemudian dijawab oleh Daniel dengan gerakan mata hingga Nata memperhatikan raut wajah Feli yang senduh.

"Fel, cerita Fel ada apa." Dea menggenggam lengan Feli, seakan berkata kalau Feli bisa berbagi cerita dengan mereka sekedar mengurangi beban yang ada dihati dan pikirannya.

"Iihh ga kenapa-kenapa kok, cuma pengen sendiri," Feli menjawab "tadi katanya lo laper Nat, ngapain lo disini? Sana ambil makanan sama Bi Lastri." Feli teringat dengan suara Nata tadi yang membuat tidurnya terganggu dan akhirnya membukakan pintu untuk mereka.

"Laper gue udah ilang, eh tapi tunggu gue makan makanan ini ajah deh." Nata yang melihat makanan diatas nakas samping tempat tidur Feli pun berubah pikiran untuk menahan lapar, dia pikir lebih baik mendengarkan cerita Feli sambil makan.

Belum juga sempat menyentuh makanan tersebut, tangannya sudah ditepis oleh Daniel, "Apaan sih, udah tau sih Feli belom makan tadi kata Bi Lastri."

"Oohh iyaaa" Nata cengengesan dan kemudian tetap mengambil piring yang berisi makanan tersebut.

"Mau apa lo Nat?" Daniel masih melarang.

"Tenang ajah ini mau gue kasih Feli, ish Niel bilang ajah kalau lo juga laper. Biasanya kan jam segini lo udah ngabisin dua porsi makanan di cafe." Nata yang tau kebiasaan temannya malah menertawakan. Dia tau temannya itu pasti juga sedang lapar.

Feli yang sama mengertinya dengan Nata akhirnya tersenyum kemudian memanggil Bi Lastri dan minta dibawakan makanan buat teman-temannya.

Setelah makan bersama akhirnya Feli menceritakan apa yang terjadi dengannya. Menceritakan tentang kenyataan pahit yang baru saja dia ketahui kemarin. Teman-temannya kaget mendengar cerita Feli, tapi begitulah takdir dan yang bisa mereka lakukan sekarang hanyalah menjadi teman yang baik buat Feli, memberikan pelukan hangat dan meyakinkan Feli bahwa semua baik-baik saja, tidak akan ada yang berubah karena mereka tau betul seberapa sayangnya orang tua Feli terhadap Feli.

"Guys, ternyata hadiah ulang tahun gue kali ini memang surprise deh," ucap Feli ditengah-tengah pelukan mereka. Nata dan Dea semakin mengeratkan pelukan mereka kepada Feli sedangkan Daniel memberikan kekuatan untuk Feli dengan mengusap pundaknya.

"Lo tenang ajah Fel, gaakan ada yang berubah, lo tetap Felisha Claire Richard, lo tetap sahabat kita." Nata menguatkan Feli.

"Iyaa Fel, tetap jalanin hari-hari lo kek biasa, serius gaada yang harus berubah hanya karena lo baru mengetahui semua ini." Ucap Daniel.

"Tapi gue merasa gak pantas gengs, selama ini gue terlalu berlebihan untuk posisi seorang anak angkat. Gue terlalu manja, gue terlalu sesuka hati, gue ga menghormati mereka sebagaimana mestinya. Mereka itu udah ngerawat gue sampe kayak gini, ga sepantasnya gue malah menikmati semua yang mereka punya tanpa berbuat apa-apa."

"Bahkan gue merasa gak pantas bergaul sama kalian, gue malu sama kalian," Feli mulai menangis, ternyata menangis semalaman tidak membuat dia kehabisan stok airmata. Teman-temannya yang kaya raya dan bukan anak angkat membuat dia merasa tidak percaya diri. Dia merasa tidak pantas berada ditengah-tengah mereka.

"Ngomong apa sih Feli, lo tetep sahabat kita. Siapa bilang lo ga pantas?" ucap Dea.

"Iya Fel gue gasuka yaa pikiran lo yang kayak gitu. Udah gue bilang lo tetep Felisha Claire Richard miss arrogant kebanggaan SMA 10." Nata berkata diiringi tawa.

"Kalian tetap jadi sahabat gue?"

"MASIH NANYA!" kompak Nata, Dea dan Daniel mendorong tubuh Feli dan kemudian melemparnya dengan bantal. Mereka bercanda bersama menikmati malam di Lembang.

Menghabiskan akhir pekan di sekitaran Bandung ini pertama kalinya Feli tidak merayakan ulang tahun dengan kedua orang tuanya, tetapi dia tetap memberi kabar kepada Febian dan Lisiana. Surprise yang sudah direncanakan akhirnya dibatalkan tetapi orang tuanya tetap bahagia karena Feli tidak lagi bersedih. Setidaknya dia sedang bersenang-senang dengan teman-temannya.

**

Minggu malam mereka sudah kembali ke Jakarta. Feli masih Feli yang kuat, tetapi mulai saat itu dia berubah menjadi Feli yang sungkan, dia bukan lagi Feli yang akan bergelayut manja kepada kedua orang tuanya. Bukan lagi Feli yang akan merengek untuk mobil baru atau uang jajan yang kurang. Dia masih menerima semua fasilitas dari orang tuanya, hanya sifatnya yang mulai berubah. Febian dan Lisiana merasa bersalah akan perubahan Feli, bahkan hadiah mobil sport terbaru yang mereka berikan ditolak Feli dengan alasan masih menyukai mobil lamanya. Sungguh bukan Feli yang biasanya. Pengeluaran belanja Feli yang menurun drastis, Lisiana bahkan sudah mengajak Feli untuk jalan-jalan berbelanja ke Negeri tetangga tetapi ditolak oleh Feli.

Begitulah Feli menjalani hari-harinya salama setahun lebih. Kemudian mendekati hari kelulusan dia meminta ijin kepada Febian dan Lisiana untuk melanjutkan sekolahnya keluar negeri. Tentu saja ditolak oleh Febian, dia tidak ingin putrinya jauh dari mereka meskipun dia tau bahwa banyak anak-anak rekan bisnisnya yang melanjutkan sekolah diluar negeri, begitupun Febian dan Lisiana yang memang lulusan luar negeri. Tetapi untuk Feli mereka keberatan, apalagi dengan perubahan sikap Feli akhir-akhir ini mereka takut Feli semakin menjauh, mereka takut Feli tidak akan kembali. Mereka berpikir tanpa Feli sekolah keluar negeri saja dia tetap akan menjadi pawaris bisnis keluarga Lisiana.

Tetapi dengan usaha dan permohonan Feli yang tanpa henti, dia berhasil meyakinkan orang tuanya. Mengantongi ijin orang tuanya, Feli akhirnya melanjutkan sekolah keluar negeri sesuai keinginannya. Sesuai rencana yang sudah dia susun sejak di Lembang, Feli hanya akan menjadi Felisha Claire, dia akan berusaha dengan kemampuannya sendiri.

Berat untuk Feli berpisah dengan orang tua dan adiknya. Sepih dan sedih rasanya berpisah dengan teman-temannya yang sebelumnya selalu menghabiskan waktu bersama, teman-teman yang tetap menerima dia apa adanya. Tetapi dia memiliki komitmen yang kuat, dia harus sukses tanpa mengandalkan nama orang tuanya. Dia tidak mau menerima fasilitas apapun dari Febian dan Lisiana, dia memulai hidupnya sendiri, ingin menjadi orang biasa sebagaimana dia seharusnya.

Kilas balik sampai disini guyss, bab selanjutnya kita akan mulai dengan cerita Felisha Claire saat ini yaaaaa♡

Terpopuler

Comments

chocoenako

chocoenako

circle pertemanan feli bagus banget deh

2021-08-22

0

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

🅶🆄🅲🅲🅸♌ᶥⁱᵒⁿ⚔️⃠

buktikan fel kamu bisa 💪🥰

2021-08-01

1

🚨⃟V༄༅⃟𝐐ᵇᵃˢᵉW⃠

🚨⃟V༄༅⃟𝐐ᵇᵃˢᵉW⃠

badaii pastii berLaLuu🤗

2021-08-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!