Harapan

Jenewa, Swiss

Meninggalkan masa lalu dan belajar untuk menjadi lebih baik tanpa melupakan darimana kita berasal, seharusnya seperti itulah yang dilakukan manusia ketika memilih untuk melangkah kedepan. Tetapi sedikit membingungkan tentunya untuk seorang Felisha, jika berbicara untuk tidak melupakan darimana dia berasal, dia sendiri bahkan tidak tau darimana dia berasal selain kenyataan yang terkuak bahwa dia seorang anak angkat di keluarga Richard.

“Semangat Feli, sebentar lagi!” Feli menyemangati dirinya ketika tiba dikampus, sekarang ini memang dia disibukan dengan berbagai tugas kuliah di semester akhir dengan tidak melupakan berbagai pekerjaan yang dia  akukan.

“Fel, nanti ke perpustakaan kota yuk, temani aku cari bahan,” Gabriel yang baru saja tiba disamping Feli mengajaknya, “referensi-referensi disini rasanya masih belum cukup.”

“Aku harus mengajar les bahasa nanti sore, dan malamnya aku akan ke hotel.” Tolak Feli.

“Memangnya kamu tidak punya tugas yang harus diselesaikan?”

“Ada, aku akan mengerjakannya sebelum ke hotel, dan melanjutkannya ketika pulang dari sana.”

“Fel..” Gabriel menatap serius ke arah Feli, “sudah saatnya kamu mengurangi pekerjaan sambilan itu, kamu harus fokus dengan kuliahmu,” sebagai teman dekat Feli saat ini dia tau tanpa meninggalkan pekerjaan itu juga nilai akademis dan kemampuan Feli tidak diraguhkan lagi, tetepi Feli tentu saja butuh istirahat. “Aku yang hanya kerja part time di resto saja sudah sangat kehabisan waktu, rasanya sungguh lelah, apalagi kamu.”

“Aku bisa Briel, kamu tenang saja,” Feli tersenyum menjawab, senyum yang jarang dia tunjukan. Ada teman yang begitu perhatian tentu dia harus merasa sangat bersyukur.

“Iya aku tau kamu bisa Feli, tetapi tubuhmu juga butuh istirahat.” Gabriel yang memiliki perawakan blasteran dengan rambut coklat itu sungguh tidak habis pikir dengan temannya yang bekerja tanpa henti.

“Iya iya kamu selalu saja berisik, kedepan aku memang berencana untuk tidak mengajar bahasa lagi, tetapi tidak dengan pengantaran susu, aku menyukai itu, rasanya seperti berolahraga setiap pagi” jawab Feli yang memang sudah berencana seperti itu. Dia hanya akan fokus untuk tetap bekerja sambil belajar di hotel sebelum akhirnya dia akan melamar sebagai karyawan tetap ketika lulus nanti, mungkin juga dia akan mencari peruntungan untuk bekerja di hotel lain, entahlah dia masih bingung.

“Terserah padamu, dan jangan lagi mengambil pekerjaan lain ketika kamu merasa memiliki waktu luang, gunakan itu untuk istirahat,” saran Gabriel, “aku yakin kamu tidak akan susah hanya untuk mencari pekerjaan yang jauh lebih baik setelah menyelesaikan kuliah nanti.”

“Iya siap miss Gabriel,” jawab Feli dengan gaya khas patuh, ya dengan Gabriel dia mulai sedikit ceria, tetapi tidak berlaku untuk orang lain.

“Bagus, awas saja jika kedepan kamu masih begitu sibuk,”

“Tentu saja aku tetap akan sibuk, bahkan aku masih bekerja di hotel,” Feli tertawa, “menejer hotel sebenarnya menawarkanku untuk segera memasukan aplikasi untuk calon karyawan baru, bukan part time lagi.”

“Itu sesuatu yang bagus Feli, berarti menejer di Four Seasons memiliki penilaian yang tepat.” Gabriel terlihat bersemangat.

“Aku sedang memikirkannya, masih tersisah beberapa bulan untuk kita berkuliah Briel,”

“Iya kau benar, tetapi setidaknya itu sudah menjadi jaminan untukmu, sangat susah bagi mahasiswa luar seperti kita untuk mendapatkan pekerjaan disini Fel dan kau sudah mengantongi itu, aku bahkan tidak yakin dengan diriku sendiri.”

“Hey kenapa kau tiba-tiba harus pesimis tentu kau juga akan sukses." Feli memberi dukungan,"hmmm.. sebenarnya,” lanjut Feli ragu.

“Sebenarnya apa?” Gabriel menatap serius.

“Tidak ada, aku hanya masih mempertimbangkan untuk melanjutkan pendidikanku selain bekerja.”

“Kau bisa melanjutkannya dan tetap bekerja disana, dengan pendapatan yang lebih baik tentunya,”

“Aku sempat berniat untuk melanjutkannya di kota lain Briel, meskipun aku sudah nyaman dan sedikit terbiasa dengan Swiss tetapi mencari pengalaman di tempat lain rasanya bukan hal yang salah,”

“Apa kita akan berpisah? Katakan kemana kau berencana untuk pergi, mungkin kita bisa tetap bersama-sama.” Ada raut kesedihan diwajah Gabriel.

“Itu baru rencana Briel, bahkan kemungkinan besar aku akan tetap berada disini jika ternyata penghasilanku disini bertambah,” jawab Feli, “memangnya kau bersedia meninggalkan Natan dan ikut denganku?” Feli tertawa melihat wajah Gabriel yang terlihat cemberut bercampur kesal.

“Kau berkata seolah kau akan menggantikan Natan melamarku,” Gabriel mengedipkan matanya.

“Yaampun, menjijikan Gabriellllllllll,” dan mereka tertawa bersama.

**

Jakarta, Indonesia

Febian yang baru pulang dari perjalanan bisnis sedang duduk bersantai dengan istrinya, Lisiana di balkon kamar mereka.

“Sayang, kemarin aku menghubungi Feli,” Ucap Lisiana dalam dekapan suaminya.

“Apa tidak diangkat lagi?” tanya Febian dan lisiana menggeleng.

“Kami berbicara lumayan lama, bahkan dia menitipkan salam untukmu.” Lisiana tersenyum sedikit hambar.

Febian tersenyum, “Syukurlah, aku harap Feli sudah cukup dengan waktunya selama ini, bahkan sudah beberapa tahun  berlalu,” batin Febian. “Tetapi kenapa kamu terlihat bersedih sayang? Bukannya kamu senang bisa menghubungi Feli?” tanyanya.

“Aku sudah sangat merindukan Feli.” Kata Lisiana.

“Apa kita perlu menelponnya lagi?” tanya Febian.

“Jangan, tidak perlu, aku tau anak kita tidak menyukainya, bahkan dia berjanji kalau dia yang akan menghubungi kita.

“Kalau begitu kita harus bersabar, bukankah Feli akan segera menyelesaikan kuliahnya? Kita hanya perlu menunggu sebentar lagi dan dia akan kembali.”

“Tapi kenapa aku tidak yakin kalau dia akan kembali, aku tau Feli dia keras kepala sangat kecil kemungkinan untuk dia kembali pulang.”

“Dia akan pulang, kita akan menjemputnya setelah dia selesai kuliah.” Febian meyakinkan.

“Rumah ini rasanya begitu sepih, Farrel juga sebentar lagi harus melanjutkan pendidikannya, memikirkannya saja aku sudah merasa kesepian.”

“Apa kau sedang menggodaku untuk menambah adik untuk Feli dan Farrel sayang?” Febian sedikit menggoda untuk mengalihkan kesedihan istrinya.

“Ish kau ini, tidak ingat umur,” Lisiana mencubit pinggang suaminya dengan gemas.

“Hey aku masih begitu muda, membuat sepasang seperti anak kita juga aku masih sanggup sayang,” Febian terus menggoda dengan tawanya membuat Lisiana tersipuh malu. Sudah pulhan tahun pernikahan mereka tetapi mereka masih seperti anak muda.

“Ish sudahlah,” mengalihan pembicaraan, “oh ya, bagaimana dengan hotel dan resort kita?” Lisiana teringat dengan hotel dan resort yang mereka sepakati untuk dibangun guna menunjang apa yang Feli pelajari saat ini, berharap ketika Feli kembali dia akan senang menerima hadiah itu.

“Semuanya lancar, satu tahun terakhir pariwisata disana semakin meningkat, aku yakin Feli akan menyukai itu.” Jelas Febian setelah mengakhiri tawanya, syukurlah kesedihan istrinya sudah berkurang.

“Semoga saja apa yang dia inginkan ada disini,” sepasang suami istri itu tersenyum dengan penuh harap. Mereka telah sepakat memberikan Feli waktu dan kesempatan untuk keluar dari rumah dan belajar di luar negeri, tentu mereka harus bersabar untuk menunggunya pulang, mereka harus terus percaya sejauh apapun putrinya melangkah dia akan tetap kembali pulang.

 

 

Terpopuler

Comments

𝐑𝐚𝐤𝐚'ᵃˡ 🇧 🇮 🇷  🇺

𝐑𝐚𝐤𝐚'ᵃˡ 🇧 🇮 🇷  🇺

MENINGGALKAN MASA LALU BUKAN BERARTI KITA BISA MELUPAKAN MASA LALU FELI
SEMANGAT👍

2021-12-13

0

MA⏤͟͟͞RGIE💖💞

MA⏤͟͟͞RGIE💖💞

pergi untuk kembali ya feli.. 😊

2021-07-30

2

🍇Ungu

🍇Ungu

next thor

2021-07-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!