“Clara, aku tidak suka dengan ucapan kamu. Apa maksudnya Feli bukan siapa-siapa, jelas dia anakku. Jangan pernah berbicara seperti itu bagaimana jika Feli mendengarnya, aku tidak suka.” Febian ternyata masih tidak terima dengan perkataan kakaknya.
“Aku cuma berbicara yang sebenarnya, memang dia bukan siapa-siapa.” Ucap Clara dengan tenang.
“Jaga ucapan kamu Clara!” Febian terpancing emosi, dia sedikit berteriak tidak suka kalau keluarganya mengungkit kebenaran tentang Feli, karena dia dan Lisiana menanggap Feli layaknya anak kandung, tidak pernah membedahkan baik Feli maupun Farrel.
“Memang kenyataan dia cuma anak angkat kan, sudalah kak Febian juga tidak usah terlalu membelanya. Dan kak Clara juga tidak usah membahasnya lagi.” Ferando Richard yang sedari tadi diam akhirnya angkat suara. Putra bungsu Carter ini sebenarnya bukan tidak suka dengan Feli, tetapi dia memang tipikal orang yang dingin dan cuek, malas mendengarkan perdebatan mereka. Tapi siapa sangkah perkataannya itu justru membuat seseorang yang baru saja tiba di cafe menjadi sangat terkejut.
Yaa, Feli baru saja tiba saat dia mendengar kalimat tersebut keluar dari mulut Ferando. Ferando om yang sudah dia anggap seperti kakaknya sendiri karena perbedaan usia mereka yang tidak terlalu jauh sudah mengungkapkan kebenaran yang membuat dunia Feli seakan runtuh.
"Apa maksudnya ini?" Feli masih mencoba baik-baik saja. "Pih.. Mih.. apa yang baru aku dengar?" Feli mendesak, sedangkan semua orang dewasa yang ada disana sudah diam terkejut melihat Feli yang sudah ada disitu.
Lisiana bergegas berdiri. "Feli, kesayangan mami kamu sudah sampai? Dari tadi mami telfon kok ga nyambung?" berusaha mengalihkan perhatian putrinya, berharap putrinya tidak mendengar apa-apa.
"Mih, jangan alihkan pembahasan cuma karena aku udah ada disini" Feli masih mendesak.
"Cepat kasih tau aku mih, apa semua perkataan kak Ando itu benar? Apa aku memang bukan anak kandung mami dan papi? Jawab miihh..." Suara Feli sudah mulai bergetar, rasanya dia belum percaya tapi pikirannya tidak bisa membiarkan itu dilewatkan begitu saja.
"Sayang, kamu ngomong apa hah kamu itu jelas anak kami, kesayangan mami, papi dan Farrel." Febian yang menjawab, sedangkan istrinya masih kaget dengan pertanyaan itu. Hal yang sudah mereka tutup selama lebih dari 15 tahun akhirnya diketahui putri mereka hanya dengan cara seperti ini.
"Papi, ngomong jujur sama aku pih!" suara Feli meninggi, sedih dan kecewa entah apa yang dominan pada perasaannya sekarang. Bisa jadi dia marah tapi kepada siapa dia harus marah?
"Engga sayang hal konyol macam apa itu, kamu itu anak mami dan papi, jangan dengarkan Ando dan aunty kamu." Tegas Febian. Tetapi Feli yang mengerti dengan diamnya keluarganya paham bahwa apa yang diucapkan papinya hanya semata untuk menghibur dan tidak membuat dia kecewa.
"Pih, aku memang selalu sesuka hati tapi aku ga bodoh pih, aku bisa paham dengan situasi seperti ini." ucap Feli, matanya sudah berkaca-kaca tetapi dia masih Feli yang kuat didepan mereka saat itu.
"Feli, duduklah sayang." Kali ini Carter yang angkat bicara. Clara dan Ferando hanya diam. Kemudian sang nenek Finanda menghampiri Feli hendak menuntun Feli untuk duduk tetapi ditepis oleh Feli.
"Udah begini masih ajah ga sopan." Clara bergumam yang masih bisa didengar oleh yang lain. Febian segera beranjak, memberi isyarat kepada Lisiana untuk pulang dengan niat akan menjelaskan semuanya kepada Feli dirumah nanti.
Feli yang memilih ikut beranjak, berjalan ke parkiran dan segera masuk kedalam mobilnya. Febian dan Lisiana tidak tinggal diam, mereka tidak boleh membiarkan Feli menyetir sendiri dalam keadaannya yang begitu kacau. Tetapi membujuk Feli pun rasanya percuma, Feli yang memang manja dan keras kepala rasanya sulit untuk mendengarkan mereka apalagi dalam keadaan seperti ini.
"Sayang, mami ikut kamu yaa.."
"Iya Feli biar mami ikut kamu atau supir yang bawa mobil kamu, kita bareng nanti papi yang nyetir." Febian yang khawatir ikut meyakinkan Feli.
"Gak mih, pih, Feli mau sendiri." ucap Feli yang langsung melajukan mobilnya. Berkendara dengan kecepatan tinggi dan tanpa tujuan, itulah yang dilakukan Feli saat ini. Pikirannya sulit untuk menerima kenyataan yang sangat menyakitkan ini. Terlintas kembali masa-masa indah dia dan keluarganya, mami papi dan adiknya Farrel. Terlintas kembali dia yang keras kepala selalu saja punya permintaan yang besar, dia yang selalu berpikir apa saja bisa dia dapatkan karena orang tuanya mampu. Sudah tiga jam dia berkendara, bahkan Feli tidak sadar dia sudah tiba di Bandung. Feli memutuskan untuk menginap di villa keluarganya. Ya, dia bukan lari dari kenyataan, bukan ingin pergi dari keluarga itu, dia hanya butuh waktu untuk sendiri menenangkan diri.
**
"Selamat malam neng Feli, sendirian?" Bibi Lastri yang menjaga villa tersebut bersama suaminya segera keluar ketika tadi mendengar suara mesin mobil mendekat ke arah villa.
"Malam, iya aku sendirian bi, aku mau istirahat kamarnya bersih kan?" tanpa menunggu jawaban Feli segera bergegas ke kamar yang biasa dia gunakan ketika menginap di villa itu.
Bi Lastri yang heran dengan anak majikannya itu yang datang sendirian dengan mata sembab habis menangis langsung mengabari majikannya. Febian yang menerima kabar segera menitip pesan kepada Bi Lastri agar menjaga Feli dengan baik disana. Mungkin Feli memang butuh waktu untuk sendiri. Satu dua hari pasti dia akan pulang, jika lebih dari itu Febian akan langsung menjemputnya.
**
Feli menatap langit-langit kamarnya dengan senduh, air mata masih menghiasi mata indahnya turun ke pipi tanpa henti seakan stoknya tidak terbatas. Bertanya kepada Tuhan kenapa semuanya seperti ini. Dia bahkan sedikit sombong dengan statusnya sebagai keluarga Richard. Disekolah Feli tidak suka bergaul dengan orang lain, mereka sang primadona sekolah yang selain cantik dan tampan juga tajir melintir memang jarang berbaur dan terlihat sedikit sombong.
"Ini mimpi kan?" lirih Feli.
"Tidak Feli ini semua kenyataan." Menjawab pertanyaannya sendiri, Feli kembali termenung.
Feli banyak berpikir malam itu, ternyata kali ini dia memang mendapatkan surprise yang luar biasa dalam hidupnya. Tapi dia berusaha berpikiran terbuka, dia berpikir takdir sudah benar berjalan sebagaimana mestinya. Dia merasa paham apa yang seharusnya dia lakukan sekarang, memantapkan apa yang akan dia lakukan kedepannya, apalagi kalau bukan berterimakasih pada orang tua yang sudah sangat menyayanginya dengan versinya. Akhirnya Feli tertidur dengan mata yang bengkak setelah menghabiskan waktu berjam-jam untuk berpikir, bahkan makan malam yang disiapkan Bi Lastri belum tersentuh.
**
Di Jakarta keesokan harinya, teman-teman Feli sedang bingung dengan Feli yang tidak ada kabar. Ponselnya tidak bisa dihubungi sejak meninggalkan cafe kemarin dan dia tidak masuk sekolah hari ini. Mereka memutuskan akan mampir ke rumah Feli sepulang dari sekolah.
...🍓🍓🍓🍓🍓...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
chocoenako
huaaaaa rahasia terbesar keluarganya terbongkar
2021-08-22
0
Mommy Gyo
3 like hadir thor mampir di karyaku cantik tapi berbahaya
2021-08-11
1
канف
ternyata feli anak angkat ya, kasihan jg ya setelah tau identitas nya
2021-08-05
1