"Abang?? Ngapain Abang kesini??". Zia berjalan mendekat, berdiri di samping suaminya dengan bergelayut pada lengan pria itu.
"Bukannya di suruh masuk dulu, gak sopan kamu dek". Rafa mengomel.
Zia tertawa, menyeret lengan sang suami agar menyingkir dari depan pintu dan memberi jalan pada sang Abang. "Maaf-maaf, ambekan ih, yang lagi hamil tuh mba Rea, kenapa jadi Abang yang sensitif??".
Rafa membuka mulutnya untuk menjawab, namun suara cempreng dari arah belakangnya menghentikannya.
"Auntyyyy".
"Nara". Zia tertawa bahagia, menyambut kedatangan sang keponakan dengan merentangkan tangannya agar bocah itu memeluknya.
"Aunty aku kangen, sekarang aunty sombong, jarang main ke rumah". Nara mengerucutkan bibirnya, memprotes pada sang Tante karena mereka jarang bertemu.
"Maaf sayang, aunty sibuk".
"Aunty kamu sibuk sayang, jangan di marahin terus." Rea yang muncul dari belakang sang putri tampak membawa beberapa paper bag yang entah apa isinya.
"Mba Rea? Aku kira mba gak ikut". Zia menyalami sang kakak ipar kemudian mengecup pipi kanan dan kirinya. "Aku kangen tau mba, kangen curhat". Zia terkikik
"Mana bisa mba kamu jauh dari Abang, katanya takut Abang ada yang gondol". Rafa yang tengah duduk di sofa menimpali.
Rea mencebikan bibirnya, tanpa mau menyangkal karena itu memang kenyataannya. Sebenarnya, Rea merasa curiga dengan hubungan Zia dan Nathan yang menurutnya sedikit aneh, Rea memang sangat peka terhadap orang-orang di sekelilingnya, terutama keluarganya sendiri. Untuk itulah Rea memaksa Rafa untuk berkunjung ke apartement sang adik. Namun sepertinya dugaannya salah, mereka terlihat baik-baik saja, terbukti dari sikap keduanya yang tak mau saling berjauhan.
Zia mempersilahkan Rea duduk, kemudian mengecup pipi sang keponakan sebelum ia berlalu ke dapur untuk menyiapkan minuman juga cemilan untuk menemani perbincangan mereka.
"Mama sama papa gak ikut bang?". Nathan bertanya.
"Enggak, katanya mau kesini pas nganter kalian ke Bandara."
"Bandara? Emang ngapain kita ke bandara?". Zia yang baru saja meletakan minuman juga beberapa camilan di atas meja bertanya, sepertinya gadis itu lupa jika beberapa hari yang lalu kedua kakaknya itu memberikan tiket bulan madu untuknya dan Nathan.
"Kalian ini bener-bener yah!! Pantesan aja gak ada kabar lagi, kamu lupa ya dek Abang nyuruh kamu sama Nathan bulan madu?".
Zia tergagap, menyikut lengan sang suami yang duduk di sebelahnya agar mau membantunya mencarikan alasan. Namun saat Zia menoleh, Nathan terlihat mengangkat kedua bahunya dengan acuh.
"Awas kamu mas". Zia berbisik, yang justru membuat Nathan meleletkan lidahnnya.
Rafa yang merasa geram bertanya, "Kenapa kalian bisik-bisik? Abang kasih kalian waktu sampe besok, kalo kalian gak pergi juga, Abang laporin kalian ke mama sama papa".
"Abang kok gitu?? Mba..." Zia menoleh pada Rea, namun wanita itu pun melakukan hal yang sama dengan Nathan. "Kalian sekongkol ih". Zia mendelik kesal.
"Aunty gak boleh marah-marah, nanti cepet keriput loh".
"Aaahhh Nara, kamu juga di pihak mereka".
💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜
Setelah perdebatan kecil itu, Zia mengajak mereka makan malam bersama, karena kebetulan Zia masak sedikit banyak maka mereka tak menolak.
Zia mengusap perut Rea yang masih datar, gadis itu terlihat antusias. Dalam hatinya ia berharap, jika suatu saat nanti ia pun akan mendapatkan anugerah yang sama dengan sang kakak ipar, yakni buah cintanya dengan Nathan, suaminya.
Namun raut sendu terlihat saat gadis itu kembali pada kenyataan dimana sang suami yang belum juga menyelesaikan masalahnya dengan Zeny, dan sampai masalah itu tak selesai, maka sampai saat itu juga Zia tak akan membiarkan Nathan menyentuhnya lebih dari sekedar ciuman saja.
"Kenapa? Kok bengong?". Rea menyentuh lengan sang adik ipar, yang mana membuat gadis itu menoleh, ingin rasanya ia menceritakan segalanya pada Rea, namun ia juga tak mau jika masalah rumah tangganya membebani wanita yang tengah hamil muda itu.
"Gak papa mba, aku cuma mau kaya mba, punya Dede bayi di dalam sini". Zia mengusap perutnya sendiri.
"Makanya kalian bulan madu dong, kenapa tiket yang mba kasih di anggurin sih?".
Zia tersenyum, kemudian mengangguk mengiyakan keinginan pasangan penomenal itu. "Iya aku sama suami aku pasti pergi mba".
Rea tersenyum, menoel dagu sang adik seraya berkata. "Nah gitu dong sayang, mba seneng dengernya".
Percakapan kedua wanita cantik itu membuat bibir seorang pria terangkat membentuk senyuman bahagia, dialah Nathan, pria yang teramat mencintai istrinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
RyuuHae
kapan nathan menyelesaikan masalah ny dgn zeny
2022-03-27
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
Zia Jngn nyerahin dulu keperawanan kamu sama Nathan kl Nathan blm selesaikan urusannya sama zeny
2021-11-30
0
Dewi Zahra
lanjut Mak
2021-10-07
0