TIBA DI JEPANG

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih memakan waktu delapan jam lamanya, kini mereka telah tiba di Negeri sakura, Jepang.

Karena kebetulan tengah musim dingin, salju pun bertebaran di mana-mana. Jika sebagian orang memilih mengunjungi Negara ini di musim semi untuk melihat mekarnya bunga sakura, maka tidak dengan pasangan ini, Nathan sengaja memilih Jepang karena ia tau jika di Jepang tengah musim dingin, untuk memaksimalkan usaha, begitu katanya.

Nathan menggandeng tangan sang istri memasuki sebuah hotel mewah yang sebelumnya telah sang Abang persiapkan untuk mereka. Zia tampak sedikit menggigil, gadis itu kedinginan.

"Dingin ya sayang? Sini deketan sama aku". Modus Nathan pun berhasil, Zia merapat pada sang suami bahkan memeluk pinggang pria itu.

Sampai di depan pintu kamar yang resepsionis tadi sebutkan, Nathan membuka kamar tersebut dengan sebuah kartu yang telah ia dapatkan dari sang resepsionis.

Pintu terbuka, harum semerbak bunga tercium pada indera penciuman keduanya. Mereka terperangah menatap kamar luas nan mewah yang sudah di siapkan khusus untuk mereka.

Terlihat indah dengan hiasan lilin yang mengeluarkan wangi khas yang membuat Nathan dan Zia merasa relaks.

Zia mengedarkan pandangannya, kamar itu lebih terlihat seperti apartemen mewah. Bedanya, tidak terdapat dapur disana.

Di sana terdapat sofa lengkap dengan televisi untuk sekedar bersantai, di sudut ruangan yang lain terdapat perapian untuk menghangatkan tubuh mereka, walau suhu di ruangan itu sudah lengkap dengan penghangat ruangan, tapi keberadaan perapian itu menambah kesan romantis untuk pasangan baru itu.

Ranjang king size bernuansa serba putih juga terlihat elegan dengan sofa santai di ujung ranjangnya. Di sana juga terdapat kamar mandi yang tak kalah mencengangkan, bath up yang mengarah langsung pada jendela kaca besar yang menampilkan pemandangan Negeri sakura yang tentunya sangat terlihat menakjubkan.

💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

Rasa lelah menuntun Zia untuk berselonjor kaki di sofa ujung ranjang, gadis itu terlihat meregangkan otot-otot nya yang terasa kaku akibat lamanya perjalanan.

"Mandi dulu sayang, baru istirahat".

Nathan yang melihat Zia membaringkan tubuhnya memberi saran.

"Kamu dulu aja, kaki aku masih pegel-pegel".

Nathan mengangguk, kemudian membuka kopernya untuk mengambil pakaian gantinya, dahinya mengernyit saat menemukan bungkusan di dalam kopernya. Dan ia pun bertanya pada sang istri.

"Sayang, ini apa?".

Nathan bertanya seraya mengangkat bungkusan yang ia temukan.

Zia menoleh, gadis itu mengernyitkan kepalanya sama tak tahunya dengan sang suami, kemudian senyumnya terbit saat mengingat perkataan sang kakak ipar yang memasukan hadiah pada koper mereka.

"Itu dari mba Zia deh kayanya mas".

Nathan ber Oh ria kemudian melanjutkan niatnya untuk membersihkan dirinya.

Nathan menggosok rambut basahnya, tersenyum kecil saat mendapati sang istri tertidur meringkuk di atas sofa.

Pria itu mengambil ponselnya, sekedar mencari tahu makanan apa saja yang terdapat di hotel itu dan bisa ia pesan untuk mereka makan malam.

💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

Zia menggeliat, gadis itu mengerjakan matanya saat silau cahaya lampu menusuk netranya. Zia mengedarkan pandangannya, mencari pria tampan sang penguasa hatinya.

"Mas".

"Kamu dimana??".

Zia membangkitkan dirinya, mencari sang suami yang tak nampak batang hidungnya. "Mas".

"Aku di sini sayang". Nathan menyembul dari balik pintu dengan membawa dorongan yang di atasnya terdapat berbagai makanan yang telah pria itu pesan sebelumnya.

"Dari mana??" Zia bertanya dengan suara parau khas bangun tidurnya.

"Abis ngambil makanan ini dari luar, kamu laper gak?? Makan yuk".

Zia mengangguk, namun gadis itu tampak berpikir, kemudian berucap. "Aku mandi dulu deh, badan aku udah gak enak, kamu makan duluan aja".

Nathan mengangguk, pria itu mengambil ponselnya dari saku kemudian memainkannya, sekedar mengusir bosan selagi menunggu sang istri membersihkan dirinya.

***Karya ini telah kontrak dengan NovelToon, dilarang membajak karya seperti mencetak ulang tanpa izin.***

***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***