Siang ini karena di rasa tubuhnya sudah enakan, Dicky berniat kembali bekerja di rumah sakit.
"Kau sungguh sudah bisa mulai bekerja lagi Dokter?" tanya Fitri.
"Kalau aku melihat anak-anak, tiba-tiba tubuhku begitu sehat kembali, semua penyakit seolah lenyap seketika!" ujar Dicky.
"Ah kau bisa saja Dokter!" sahut Fitri.
"Ini sungguhan lho, nanti aku akan mengajakmu ke sebuah tempat, di mana aku merasa aku tidak akan sakit lagi berada di tempat ini!" ujar Dicky.
"Oya? Masa sih? Tempat apa itu?" tanya Fitri ingin tau.
"Kau bersabarlah sebentar lagi Fit, Oya, bagaimana kondisi perutmu? Apakah kau ingin makan sesuatu atau menginginkan hal yang lain?" tanya Dicky sambil pandangannya di arahkan ke perut Fitri.
"Tidak Dokter, aku tidak menginginkan apapun!" tukas Fitri.
"Benarkah? Kau jangan sungkan padaku! Apapun yang kau inginkan aku akan berusaha memenuhinya!" bisik Dicky.
"Terimakasih Dokter!" ucap Fitri.
Setelah mereka selesai makan, Dicky bersiap hendak berangkat ke rumah sakit. Fitri mengantarkannya Sampai ke gerbang depan.
"Aku berangkat dulu ya Fit, jaga dirimu!" ucap Dicky. Dia hendak masuk ke dalam mobilnya.
"Dokter!" panggil Fitri.
Dicky menghentikan langkahnya, dia menoleh ke arah Fitri.
"Ya Fit?"
"Bo-Bolehkah aku mencium tangan Dokter? Sama seperti seorang istri yang mencium tangan suaminya!" ucap Fitri.
Dicky tertegun beberapa saat lamanya, selama ini dia memang tidak pernah memperlakukan Fitri seperti istri, perkataan Fitri kali ini mengusik nuraninya.
"Maaf Dokter, kalau Dokter keberatan lupakan saja!" sergah Fitri.
"Oh, tidak, tentu saja aku tidak keberatan!" Dicky mengulurkan tangannya ke arah Fitri.
Dengan penuh khidmad dan takzim Fitri mencium tangan suaminya itu dengan lembut.
Ada getaran aneh yang di rasakan keduanya, namun Dicky cepat-cepat melepaskan tangannya dan segera masuk ke dalam Mobil.
"Terimakasih Dokter!" ucap Fitri senang.
Dokter Dicky tersenyum sambil menganggukan kepalanya lalu segera melajukan mobilnya menuju ke luar gerbang rumahnya.
"Mbak Fitri kelihatannya bahagia betul!" kata bi Sumi yang tiba-tiba sudah berdiri di samping Fitri.
"Eh Bi Sumi, bahagia kenapa Bi? Semua itu sudah sewajarnya kan di lakukan pada hubungan suami istri?" jawab Fitri.
"Iya sih Mbak, cuma kan Pak Dokter itu orangnya pemalu juga dan kurang inisiatif menurut bibi!" ujar Bi Sumi.
"Kurang inisiatif bagaimana Bi?" tanya Fitri.
"Ya gitulah Mbak, sejak putus sama Ranti, Pak Dokter jadi agak pendiam, padahal dulu sangat ceria dan penyayang sekali, tapi ya namanya jodoh, kita memang tidak pernah tau!" ungkap Bi Sumi.
"Berarti, Ranti itu sangat istimewa sekali ya dalam hatinya Dokter!" kata Fitri.
"Tapi sekarang kan pak Dokter sudah punya Mbak Fitri, istri sahnya, walau bagaimana istri sah itu lebih kuat lho kedudukannya!" ujar Bi Sumi.
"Iya Bi, aku memang istri sahnya, tapi apakah aku bisa menggantikan tempat spesial hatinya Dokter atau tidak aku juga tidak tau!" ucap Fitri.
"Mbak Fitri sabar saja dulu, segala sesuatu kan butuh proses, apalagi pak Dokter itu orangnya baik sekali!"
"Mudah-mudahan Bi, Dokter bisa membuka hatinya untuk aku ya Bi, aku mulai nyaman ada bersama dengan dokter, dia bagaikan malaikat yang di kirim Tuhan untukku, apakah salah aku diam-diam memperhatikannya?" tanya Fitri.
"Tidak salah Mbak, itu malah bagus, ada kemajuan, Dokter juga pasti akan dengan senang hati membuka hatinya untuk Mbak Fitri!" ucap Bi Sumi.
"Tapi, aku ini kotor Bi, aku tidak pantas mendampingi Dokter, aku kotor dan hina!" tiba-tiba Fitri kembali menangis.
Bi Sumi segera merengkuh Fitri.
"Lho Mbak Fitri tidak boleh bilang seperti itu, orang lain yang menilai diri kita pantas atau tidak, jadi kita tidak boleh menghakimi diri sendiri!" ujar Bi Sumi.
"Iya Bi, tapi ...."
"Sudah Mbak, sebaiknya kita masuk yuk, istirahat lagi, nanti sore Pak Dokter pulang kan Mbak Fitri sudah rapi, dia pasti sedih kalau melihat Mbak Fitri murung begini!" kata Bi Sumi sambil menggandeng tangan Fitri beranjak masuk ke dalam rumah besar itu.
****
Ting ... Tong ....
Fitri berlari-lari kecil menyambut kepulangan suaminya itu, dia sudah mandi dan wangi, dia sengaja memang menuggu Dicky pulang, agar dia yang membukakan pintu untuk suaminya itu.
"Fitri, kau sudah cantik rupanya!" sapa Dicky.
Fitri langsung menyambar tas suaminya itu dan bergegas membawakannya.
"Air hangat aku sudah siapkan untukmu Dokter!" kata Fitri.
"Oya, bahagia sekali hatiku, pulang-pulang di siapkan air hangat, terimakasih ya Fit!" ucap Dicky sambil mengelus rambut Fitri.
"Iya Dokter!" sahut Fitri.
Fitri bahagia sudah membuat suaminya itu bahagia. Dia mulai menyiapkan pakaian untuk suaminya itu, lengkap dengan pakaian dalamnya juga.
Setelah selesai mandi, Dicky terperangah saat melihat apa yang di siapkan istrinya itu.
"Fit, kok kau tau sih pakaian dalamku, jangan-jangan selama ini kamu yang selalu mencuci baju-baju kotorku ya?!" tebak Dicky.
"Iya Dokter, anggap saja ini salah satu bentuk pelayananku untuk Dokter!" ucap Fitri.
"Tapi kau bukan pelayan Fit, kau adalah istriku!" kata Dicky.
"Wajar bukan seorang istri mengurusi pakaian suaminya?" tanya Fitri.
Dicky tersenyum. Kemudian dia segera maju dan memeluk Fitri dengan erat.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Mamah Tasya
sudah ada kemajuan fit..dokter dicky udh mulai nyaman dgn mu..trs semangat fit💪💪💪
2022-12-18
1
Maria Agustina Bungalay
dimulai dari memberi perhatian walau sekecil apapun
2022-04-20
0
Astri Sulastri
semangat fiftri..pasti akan indah pd waktunya...
2022-01-11
2