Dokter Dicky masuk ke dalam ruangan Dokter Rizky, kepala rumah sakit. Dia langsung duduk di hadapan Dokter Rizky yang terlihat sudah senior.
"Aku dengar kemarin kau akan menikahi pasien korban pemerkosaan itu, benarkah?" tanya Dokter Rizky.
"Benar Dok!" sahut Dokter Dicky singkat.
"Apa keputusanmu itu sudah bulat? Bukan karena upaya untuk menyelamatkan dia? Apa yang mendasari mu untuk menikahi dia?" tanya Dokter Rizky lagi.
"Entahlah, aku juga tidak tau Dok, mungkin karena rasa belas kasihan, rencana siang ini saya akan membawanya pulang ke rumah!" jawab Dokter Dicky.
"Baiklah, keputusan ada di tanganmu Dokter, aku berharap keputusanmu ini tidak salah!" ucap Dokter Rizky.
"Mudah-mudahan Dok, kalau begitu saya mohon diri!" Dokter Dicky segera beranjak bangkit dan keluar dari ruangan itu.
Sebenarnya Dokter Dicky juga bingung, kenapa dia bisa mengatakan hal seperti itu, entah karena spontanitas atau karena apa, tapi yang jelas, dia ikhlas melakukan semua itu.
"Dokter! Fitri kembali memukul-mukul perutnya, saya sudah berusaha menenangkannya, tapi sepertinya dia sangat membenci janin yang ada dalam rahimnya itu!" kata seorang suster saat Dokter Dicky hendak masuk ke dalam ruang perawatan.
Dokter Dicky dengan cepat masuk ke dalam ruang perawatan itu.
Fitri nampak sedang memukul-mukul perutnya sendiri, terlihat dia kembali menangis, bayangan kejadian tragis itu terus menghantuinya.
"Fitri! Jangan pukul perutmu, kasihan janin yang tidak berdosa itu!" ucap Dicky lembut.
"Aku ingin dia mati! Aku benci dia!" seru Fitri. Dia kembali memukul-mukul perutnya.
"Ssst, siang ini kita pulang ke rumah ya, suasana rumah akan lebih nyaman untukmu!" ucap Dicky sambil merengkuh bahu Fitri.
Fitri mengangkat wajahnya, di tatapnya wajah Dokter yang tampan dan rupawan itu, sampai saat ini dia masih belum percaya, kalau laki-laki di hadapannya itu akan menikahinya.
"Kenapa kau begitu baik padaku Dokter! Kenapa kau membuang energimu hanya untuk mengurusi ku?" tanya Fitri dengan mata yang basah.
"Karena aku perduli padamu, besok kita akan menemui orang tuamu, aku akan melamarmu!" ucap Dicky.
"Aku tidak layak untukmu Dokter!" lirih Fitri. Air matanya kembali mengalir.
"Bukan kau yang menilai layak atau tidak layak, bersiaplah, aku akan membawamu pulang bersamaku!" ucap Dicky sambil mengelus rambut Fitri.
Kemudian Dicky segera keluar dari ruangan itu.
"Suster, tolong bantu Fitri untuk mengemas barang-barangnya, siang ini aku akan membawanya pulang!" titah Dicky.
"Baik Dokter!" jawab sang perawat itu.
Dokter Dicky kemudian berjalan menuju ke ruangannya sendiri.
"Dicky!" panggil seseorang dari belakang.
Dicky menghentikan langkahnya lalu menoleh kebelakang.
Dokter Mia, Dokter spesialis kandungan sudah berdiri sambil menatapnya sendu.
"Dicky, apa keputusanmu untuk menikahi Fitri sudah bulat?" tanya Mia.
"Ya, apa yang sudah aku katakan tidak mungkin aku menariknya lagi!" sahut Dicky.
Dokter Mia terdiam, sesungguhnya sudah sejak lama dia menyimpan rasa pada Dokter Dicky,
Dokter Dicky yang di kenal cuek dan dingin terhadap wanita kini telah mengambil keputusan yang begitu mengejutkan.
"Ta-tapi Dicky, dia itu wanita yang ..." Mia menghentikan ucapannya.
"Tidak akan ada yang mau menikahinya kalau bukan aku, dan aku berharap bahwa keputusanku ini tidak salah!" ucap Dicky yang kembali melanjutkan langkahnya meninggalkan Mia yang masih berdiri menatapnya.
****
Siang itu Dicky membawa Fitri pulang kerumahnya, rumah yang besar dengan taman bunga dan kolam ikan yang terlihat asri.
Perlahan Dicky membimbing Fitri untuk masuk ke dalam rumah besarnya itu.
"Kau akan aman di sini Fitri!" ucap Dicky.
Seorang wanita paruh baya keluar dari arah belakang rumah itu.
"Pak Dokter sudah pulang?" tanya Bi Sumi, seorang asisten rumah tangga.
"Sudah Bi, tolong siapkan kamar tamu untuk Fitri, mulai hari ini dia akan tinggal di sini!" kata Dicky.
Bi Sumi nampak mengerutkan keningnya.
"Tinggal di sini Pak?" tanya Bi Sumi bingung.
"Iya Bi, aku akan segera menikahinya, besok aku akan ke kampung Fitri untuk melamar, tolong layani dia ya Bi!" jawab Dicky.
"Baik Pak!" sahut Bi Sumi patuh.
Fitri kemudian di bawa Bi Sumi menuju ke kamar tamu, Fitri diam saja, pandangannya masih kosong, raut wajahnya masih menyiratkan kesedihan dan keputusasaan.
"Ini kamarnya Mbak, silahkan istirahat dulu, semua sprei dan selimut baru bibi ganti!" ujar Bi Sumi.
"Trimakasih!" sahut Fitri datar.
"Kalau begitu Bibi permisi dulu ya Mbak, mau menyiapkan makan siang!" kata Bi Sumi sambil beranjak meninggalkan kamar itu.
Fitri merebahkan tubuhnya di sebuah tempat tidur besar, kamar itu cukup luas, Fitri masih belum bisa meraba, bagaimana nasib masa depannya, apakah ini hanya mimpi di siang bolong.
"Aaaarrrghh!! tiba-tiba bayangan itu datang lagi.
Fitri berteriak histeris sambil menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.
Dicky yang kaget langsung bergegas ke kamar Fitri. Dia langsung merengkuh bahu wanita itu, berusaha menenangkannya.
"Sssssh, tenanglah! Kau aman bersamaku!" bisik Dicky.
"Pergi kau!! Pergi! Jangan sentuh aku! Jangan dekati aku!!" jerit Fitri.
Bi Sumi yang melihat itu langsung terpana, sebelumnya Dicky tidak pernah membawa wanita manapun, kecuali Ranti, mantan kekasih Dicky yang kini sudah menikah dengan orang lain.
"Fitri, kau tenanglah, di sini tidak akan ada orang yang menjahatimu, kau percaya padaku kan?" bisik Dicky.
Fitri spontan langsung memeluk Dicky, raut wajah ketakutan masih terpampang jelas di wajahnya.
Dicky lalu membimbing Fitri ke tempat tidurnya dan mencoba membaringkan wanita itu.
"Kau istirahatlah Fitri, tenangkan pikiranmu, setelah ini kita akan makan sama-sama, tentunya kau sudah lapar bukan?" tanya Dicky.
Setelah di rasa tenang, Dicky kembali meninggalkan kamar itu.
"Kenapa wanita itu suka berteriak-teriak?" tanya Bi Sumi.
"Ada kejadian yang membuatnya trauma Bi, makanya dia perlu terus di awasi, sehingga dia tidak bertindak yang membahayakan!" jawab Dicky.
Drrrt ... Drrrt ... Drrt
Ponsel Dicky bergetar, dia lalu langsung mengusap layar ponselnya itu.
"Halo!"
"Halo Dokter, pelaku pemerkosaan itu sudah tertangkap, sekarang mereka ada di kantor polisi!" kata seseorang dari sebrang telepon.
"Baik, aku akan kesana, akan aku buat perhitungan pada mereka!" geram Dicky.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Nur Hayati
adakan laki2 di dunia nyata yg mau berkorban kaya dr. Dicky ?????????
2022-07-20
0
RahmaYesi
Sungguh luar biasaaaaaa
2022-05-24
1
Ikah Kartini
semangat ,thor seruuuu
2022-04-22
1