"Pasien selanjutnya anak Mikayla!" panggil seorang suster.
Sepasang suami istri dengan seorang bayi dalam gendongan sang istri masuk ke dalam ruang praktek dokter Dicky siang itu.
"Selamat siang om Dokter, aku mau konsultasi nih!" ujar sang Ayah.
"Sudahlah Pak Kevin, kau jangan basa-basi, antrian masih panjang, ada keluhan apa dengan Mikayla cantik?" tanya Dicky.
"Tiap malam nafasnya selalu berbunyi Dok, bahkan dia cenderung sulit bernafas, apa mungkin putri kami terkena flu?" tanya Tania ibunya.
"Sebentar ya di periksa dulu, yuk di baringkan di sana!" kata Dicky dan menunjuk sebuah ranjang pasien anak-anak.
Bayi mungil itupun segera di baringkan, dan Dicky mulai memeriksa kondisi sang bayi dengan seksama.
"Hmm, seperti nya bayi kalian alergi sesuatu, mungkin alergi selimut berbulu, atau bisa juga alergi susu!" ucap Dicky.
"Tapi bayi kami full Asi lho Dok, masa iya alergi susu!" sanggah Tania.
"Kalau begitu mungkin alergi benda berbulu seperti selimut, sprei atau pakaian bayi, coba kalian mulai memilah, karena bayi kalian tidak ada indikasi flu!" jelas Dicky.
"Mungkin juga Dok, selama ini kami selalu memakaikan selimut yang berbulu, sebab kami pikir kan lebih hangat!" ujar Kevin.
"Benar, tapi tidak semua bayi cocok dengan memakai selimut yang berbulu seperti itu, baiklah, aku akan memberikan vitamin dan obat anti alergi!" Dicky segera kembali ke mejanya dan menulis resep obat di sebuah kertas.
Sementara Tania mulai kembali menggendong bayi Mikayla.
"Trimakasih Dok!" ucap keduanya sebelum meninggalkan ruang praktek itu. Dicky hanya tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.
"Pasien selanjutnya!" teriak seorang suster.
"Kring ... Kring ... Kring ..."
Suara telepon di meja kerja Dicky berbunyi. Dicky mengangkat tangannya ke arah suster untuk memberitahukan bahwa pasien selanjutnya jangan masuk dulu, sang suster pun mengangguk patuh.
"Halo!"
"Halo Pak Dokter, ini Bi Sumi!"
"Bi Sumi? Ada apa Bi? Pasienku sedang banyak hari ini!" tanya Dicky.
"Anu Pak, saya menemukan bekas bungkus jamu peluruh janin di dapur, sepertinya Mbak Fitri hendak menggugurkan janinnya, kemarin juga saya lihat dia banyak sekali memakan nanas!" jelas Bi Sumi.
"Astaga Fitri, sekarang dia di mana Bi?" tanya Dicky cemas.
"Dia masih di dalam kamar belum keluar-keluar Pak?" jawab Bi Sumi.
"Baiklah, aku akan segera pulang untuk memeriksa kondisinya!" ujar Dicky yang langsung menutup teleponnya.
"Suster, tolong kau hubungi Dokter Tika sekarang untuk menggantikan aku sementara, aku ada urusan yang lebih penting di rumah!" titah Dicky.
"Baik Dokter!" sahut Suster patuh, lalu dia segera menghubungi Dokter Tika lewat telepon.
Sementara Dicky langsung membuka jasnya dan bersiap akan pulang kembali ke rumahnya yang kebetulan memang tidak terlalu jauh dari rumah sakit.
****
Dicky langsung masuk ke dalam rumahnya saat dia sudah tiba, tanpa basa basi dia langsung naik ke atas menuju ke kamarnya. Bi Sumi mengikutinya dari belakang.
Tok ... Tok ... Tok ...
"Fitri! Buka pintunya Fit!!" teriak Dicky.
Namun tidak ada jawaban dari dalam kamar itu.
Akhirnya Dicky membuka paksa pintu kamar itu, Fitri nampak berbaring sambil meringis dengan memegangi perutnya.
"Kenapa kau siksa dirimu seperti ini Fit?? Sebenarnya apa yang kau inginkan?" tanya Dicky sambil mengangkat Fitri dan keluar dari kamarnya, lalu dia segera membawa Fitri ke rumah sakit.
"Tolong kau panggilkan Dokter Mia Sus, untuk memastikan kondisi perutnya baik-baik saja!" titah Dicky saat tiba di tuang IGD.
"Baik Dok!" sahut sang suster yang langsung bergegas pergi untuk memanggilkan Dokter Mia.
Tak lama kemudian Dokter Mia muncul bersama dengan seorang suster.
"Ada apa lagi Dicky?" tanya Mia.
"Tolong kau periksa kondisi janinnya, apakah dia masih bisa tertolong atau tidak, dia baru saja berniat menggugurkan janinnya dengan jamu peluntur janin!" sahut Dicky.
Dokter Mia langsung dengan sigap memeriksa kondisi Fitri.
"Kalau dia tidak menginginkan janin ini ya tidak usah di paksa lah, apalagi sumbernya tidak jelas!" ujar Mia.
"Tetap saja membiarkan nyawa melayang sudah melanggar kode etik kedokteran! Lagi pula jelas atau tidak jelas janin itu punya hak untuk hidup, karena dia tidak bersalah!" jelas Dicky.
"Kau ini terlalu idealis Dicky!" kata Mia.
Fitri mulai mengerjapkan matanya.
"Mbak Fitri, nyaris saja anda kehilangan janin anda, untung Dokter Dicky langsung membawa anda kemari, lain kali jangan bertindak bodoh lagi ya!" cetus Mia.
"Syukurlah Fitri, pokoknya aku tidak mau mendengar kau minum atau makan yang aneh-aneh lagi, Dokter Mia, tolong berikan obat penguat janin dan vitamin lagi!' kata Dicky.
Dokter Mia langsung menulis resep di sebuah kertas.
"Maafkan Dokter, aku ... aku hanya tidak ingin menjadi beban Dokter seumur hidupku!" ucap Fitri lirih.
"Hentikan omong kosong ini! Kau sama sekali tidak menjadi beban buatku! Kau adalah istriku Fit! Aku harap kau tidak melupakan itu. Ingat, kau adalah istri dari Dokter Dicky Pradita, sah di mata hukum dan agama!" jelas Dicky.
Ada butiran bening yang jatuh dari mata bulat Fitri.
Sesungguhnya Fitri hanya takut semakin hari dia semakin tergantung dengan Dicky, Sampai dia tidak sanggup kehilangan Dicky kalau Dicky sudah menemukan tambatan hatinya.
Karena dalam hati yang terdalam Fitri tau, Dicky tidak pernah ada perasaan apapun terhadap Fitri. Dia melakukan semuanya itu adalah karena atas dasar rasa kemanusiaan.
Tiba-tiba Dicky memeluk Fitri dengan erat.
"Jangan sekali-kali kau melakukan hal itu lagi ya, itu sama saja kau menyakiti hatiku!" bisik Dicky.
Fitri menganggukan wajahnya sambil menangis.
*****
jangan lupa dukungannya guys ... mohon maaf kalau ada kata yang salah karena authornya masih kurang sehat 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Tryn_123
dokter akhlakless
2022-06-20
0
Bundy Adinsen
kasih aku aja dokter dickinya
2022-05-09
0
Siti Asmaulhusna
apa sgitu jya dr Dicky nya kayk merasa bersalah bgtu
2022-03-03
1