Menjelang magrib Dicky dan Fitri sampai di rumah, Bi Sumi tergopoh-gopoh membukakan pintu dan membantu mengangkat barang-barang.
"Fit, mulai malam ini kau tidurlah di kamarku, kita sudah sah suami istri bukan?" kata Dicky. Fitri menganggukan kepalanya.
Dicky membimbing Fitri naik ke atas menuju ke kamarnya.
Sebuah kamar yang cukup luas dengan sebuah jendela besar langsung menuju balkon.
Di sudut kamar itu ada sebuah sofa yang cukup besar, tempat tidur yang berukuran besar dan dua buah lemari yang besar pula.
"Kau istirahatlah di tempat tidurku, biar aku tidur di sofa!" kata Dicky.
"Tapi Dokter, semua itu adalah milikmu, kenapa kau malah memberikannya padaku?" tanya Fitri.
"Nanti kalau aku bosan tidur di sofa, aku juga pasti pindah ke ranjang, tidak ada yang salah bukan? Sudahlah, kau jangan terlalu banyak pikiran!" ujar Dicky sambil membuka bajunya dan langsung bergegas masuk ke dalam kamar mandi.
Sementara Fitri masih duduk terpekur di tepi ranjang.
Tok ... tok ... tok
Suara ketukan pintu di luar kamar, Fitri segera bangkit dan bergegas membukakan pintu.
Bi Sumi sudah berdiri di depan pintu.
"Ada tamu Mbak!" kata Bi Sumi.
"Siapa Bi?" tanya Fitri.
"Tidak tau, tapi tamunya anak-anak!" sahut Bi Sumi.
"Anak-anak? Baiklah aku akan turun untuk melihatnya!" Fitri kemudian menutup pintu kamar dan bergegas turun ke bawah.
Fitri tertegun saat melihat anak-anak mantan muridnya yang datang mengunjunginya.
Anak-anak itu segera menghambur ke pelukan Fitri.
"Bu Fitri!! Kami kangen Bu, kami kangen ibu mengajar lagi!" ucap mereka.
"Ibu juga kangen kalian anak-anak!" kata Fitri, tangisnya sudah tak terbendung lagi.
Sesaat mereka saling berpelukan dan bertangis-tangisan.
Dicky yang baru selesai mandi nampak turun dari tangga, lalu menghampiri mereka.
"Waah ... Kalian pasti kangen ya sama ibu guru, ayo duduk, Om Dokter punya coklat lho!" Dicky segera mengambil beberapa batang coklat di dalam kulkas.
Kemudian dia segera kembali dan menyodorkannya pada anak-anak itu.
"Terimakasih Om Dokter!" kata anak-anak itu.
"Sekarang kalian belajar di mana? Apa sekolah yang kalian tunggu itu sudah jadi?" tanya Dicky.
"Sudah Om, sebentar lagi kami akan pindah sekolah di sana, tapi kami mau Bu Fitri mengajar kami lagi!" jawab salah seorang anak.
"Ibu Fitri sedang kurang fit, nanti kalau sehat lagi Bu Fitri pasti akan mengajar kalian, kalian doain ya Bu Fitri bisa pulih lagi!" ucap Dicky.
"Iya Om, Kalau begitu kami pamit ya Om!" ujar seorang anak sambil beranjak berdiri, lalu di ikuti oleh yang lain.
"Kalian kesini sama siapa?" tanya Fitri.
"Sama Om Kevin, yang punya sekolah!" jawab anak itu sambil menunjuk ke arah luar, seorang laki-laki nampak sedang menunggu di dalam mobil.
Dicky dan Fitri lalu berjalan keluar mendekatinya.
"Hai Pak Kevin, kenapa kau tidak turun?" tanya Dicky sambil menepuk bahu laki-laki itu.
"Aku tak ingin mengganggu momen kerinduan anak-anak ini pada gurunya, lagi pula aku tak bisa lama-lama, anak-anak dan istriku menunggu di rumah!" jawab Kevin.
"Hmm, baiklah, sampaikan salamku pada istri dan anak-anakmu!" ujar Dicky.
"Ayo anak-anak! Cepat masuk ke mobil!" titah Kevin.
Anak-anak itu segera masuk ke dalam mobil. Dan tak lama kemudian mobil itu sudah meluncur meninggalkan tempat itu.
Dicky menghampiri Fitri yang masih berdiri termangu.
"Kau lihat kan Fit, masih banyak orang yang memperhatikanmu, membutuhkanmu dan menyayangimu, kau berharga bagi anak-anak itu!" ucap Dicky.
"Iya Dokter!" jawab Fitri Lirih.
Dicky lalu membimbing Fitri kembali masuk ke dalam rumah.
"Howeek!! Hooooweeek!!!"
Tiba-tiba Fitri seperti ingin muntah, dia memegangi mulut dan perutnya.
"Ada apa Fit?" tanya Dicky cemas.
"Perutku mual sekali!" sahut Fitri.
"Mungkin kau mulai ngidam!" ujar Dicky sambil membimbing Fitri duduk di sofa.
"Sekarang katakanlah kalau kau menginginkan sesuatu, aku akan memberikannya padamu!" ucap Dicky.
"Tidak usah Dokter, kau tidak perlu repot untukku!" sahut Fitri.
"Bi Sumi!! Bi!!" panggil Dicky.
Bi Sumi dengan cepat langsung menghampiri ke arah mereka.
"Ada apa Pak Dokter?" tanya Bi Sumi.
"Tolong buatkan minuman hangat untuk Fitri!" titah Dicky.
"Baik Pak!" sahut Bi Sumi yang langsung beranjak menuju ke dapur.
"Nanti langsung antar ke kamar saja bi!" teriak Dicky.
Dicky lalu memapah Fitri naik ke atas menuju ke kamarnya.
"Besok kita belanja susu hamil ya, kalau kau ingin makan sesuatu katakanlah padaku!" ucap Dicky sambil membimbing Fitri untuk berbaring di ranjangnya.
"Dokter ..."
"Ya ..."
"Aku ingin makan sate ayam!" ujar Fitri.
"Sate ayam? Baiklah, aku akan mencarikannya untukmu, kau istirahat di sini dulu ya, sebentar lagi bi Sumi mengantar minuman hangat untukmu!" ucap Dicky sambil mengelus kepala Fitri.
Fitri hanya menganggukan kepalanya.
Kemudian Dicky menyambar jaketnya dan mulai keluar kamar, sebelum keluar kamar, Dicky tersenyum manis pada Fitri, memberikan kesejukan hati.
"Dokter, mengapa kau begitu baik padaku? Salahkah kalau aku mulai memujamu?" gumam Fitri.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Dewi Indrawati Shirley
novel koq lebih dari 200 bab?
2022-04-20
0
Lisdayanti Londak
semoga orang tua dokter nenerimah Fitri ya
2021-12-30
1
Nurulfajriyah
care
2021-12-26
1