Setelah selesai dari rumah sakit, Dicky langsung membawa Fitri pulang kerumahnya.
Di tengah perjalanan, mereka mampir ke sebuah toko pakaian hamil, Dicky berniat membelikan Fitri beberapa pakaian hamil dan juga pakaian dalam.
"Nah Fitri, kau pasti akan membutuhkan pakaian-pakaian ini, kau pilihlah, mana yang kau suka, ambilah ..." titah Dicky.
"Tapi Dokter ..."
"Jangan sungkan padaku Fitri, bukankah aku ini suamimu? Wajar bukan kalau suami membelikan pakaian hamil untuk istrinya?" Dicky tersenyum sambil mengelus rambut Fitri.
'Bahagia kalau anak ini adalah anakmu Dokter!" Batin Fitri.
Dengan ragu-ragu, Fitri mengambil beberapa potong pakaian hamil, Dicky turut membantu memilihkannya.
"Karena kulitmu cerah, pakai warna apa saja kau sangat cocok!" ujar Dicky.
Dicky kemudian mengambil beberapa daster untuk sehari-hari di rumah.
"Kalau di rumah paling enak pakai daster, aku belikan beberapa untukmu!" ujar Dicky.
"Terimakasih Dokter!' ucap Fitri.
"Kruuuk Kruuuk!"
Ada suara yang berasal dari perut Fitri, spontan Fitri memegangi perutnya, Dicky menoleh ke arah Fitri.
"Kau sudah lapar rupanya, baiklah sepertinya kita harus makan dulu, yuk sekalian bayar!" Dicky menggandeng tangan Fitri untuk membayar belanjaannya.
Setelah transaksi selesai, Dicky kemudian mengajak Fitri keluar dari toko pakaian itu.
"Sekarang katakan, kau mau makan apa?" tanya Dicky lembut.
"Aku ... Aku, terserah Dokter saja!" sahut Fitri.
"Lho, katakan saja, bukankah kau yang sedang hamil, aku akan mengikutimu, kau mau makan apa Fit?" tanya Dicky.
"Aku ingin, makan nasi goreng seafood!" jawab Fitri akhirnya.
"Baiklah, kebetulan di dekat sini ada restoran seafood, kau makanan yang banyak ya!" Dicky lalu menggandeng tangan Fitri menuju ke sebuah restoran.
Mereka mulai memilih menu dan duduk di area restoran tersebut.
Tiba-tiba ada yang menepuk bahu Dicky dari belakang.
"Hai Dicky! Apa kabar?" sapa seorang laki-laki sebaya Dicky.
"Wei Fajar! Kabar Baik jar! Di mana kau tinggal sekarang? Sejak lulus aku kehilangan kontakmu!" tanya Dicky sambil berdiri dan memeluk Fajar, teman satu kampusnya dulu.
"Aku masih di sini, kau tuh yang tiba-tiba menghilang, sejak Ranti menikah, kau bahkan seperti lenyap di telan bumi!" ujar Fajar.
"Ah kau bisa saja, Oya, kenalkan ini Fitri istriku!" ucap Dicky memperkenalkan Fitri.
Mereka akhirnya pun berjabat tangan.
"Wah, cepat juga kau move on dari Ranti, baiklah, selamat karena kau telah mendahuluiku menikah, nanti aku pasti menghubungimu!" kata Fajar yang langsung berlalu dari tempat itu sambil menepuk bahu Dicky.
Setelah Fajar Pergi, Dicky dan Fitri melanjutkan aktifitas makan mereka.
"Makanlah yang banyak Fit, nanti sesampainya di rumah kau langsung minum vitamin yang dari Dokter!" kata Dicky.
"Dokter ...."
"Ya Fit?"
"Apakah dulu Dokter sangat mencintai Ranti? Apakah dulu dia adalah kekasih Dokter?" tanya Fitri.
Dicky tertegun sambil menghentikan makannya.
"Yah, biasalah, kami teman satu fakultas, cuma dia mengambil Dokter umum, tapi itu sudah bagian dari masa lalu, tidak penting lagi untuk di ingat!" ujar Dicky.
"Tapi, semua orang sepertinya belum bisa melupakan itu, atau mungkin kalian adalah pasangan fenomenal di jamannya?" tanya Fitri.
"Sudahlah Fit, untuk apa sih membahas sesuatu yang sudah lewat, kalau sudah selesai makannya sebaiknya kita pulang, aku sangat ingin istirahat!" kata Dicky.
Merekapun akhirnya segera kembali pulang ke rumah, sepanjang perjalanan Dicky lebih banyak diam, tidak banyak bicara seperti biasanya.
Setelah Sampai di rumah, Dicky dan Fitri langsung menuju ke atas ke kamarnya.
"Bi Sumi, tolong siapkan vitamin dan obat untuk Fitri, susu hamilnya juga!" titah Dicky sambil menyodorkan bungkusan plastik ke arah Bi Sumi.
"Baik Pak!" sahut Bi Sumi patuh.
Setelah Sampai di kamarnya, Dicky lalu menghempaskan tubuhnya di sofa seperti biasa.
"Dokter, berbaringlah di tempat tidur, jangan di sofa terus, nanti punggungmu akan sakit!" kata Fitri.
"Tidak apa-apa Fit!" sahut Dicky.
"Tapi Dokter, kau juga harus menjaga kesehatanmu, atau aku tidak mau menurutimu!" ancam Fitri. Dicky membuka matanya.
"Hmm, kau sudah pintar mengancam rupanya, baiklah, aku akan tidur di tempat tidur!" Dicky lalu segera beranjak tidur di tempat tidur.
"Nah begitu dong!" ujar Fitri senang.
"Kau juga berbaringlah di sebelahku, tidak apa-apa, kita adalah suami istri yang sah!" ucap Dicky.
'Walaupun sah, tapi hatimu bukan milikku Dokter!' batin Fitri.
Perlahan Fitri merebahkan tubuhnya di samping Dicky, selama pernikahan mereka, baru kali ini mereka tidur dalam satu ranjang.
Tak lama kemudian Dicky sudah nampak tertidur, dia memang terlihat lelah sedari tadi, selain mengurus pasien di rumah sakit, dia juga bolak-balik mengurus Fitri.
Fitri mulai membereskan barang-barang belanjaannya.
Setelah semua beres, Fitri beranjak masuk ke kamar mandi, hendak membersihkan tubuhnya.
Setelah Fitri selesai mandi, dia melihat Dicky masih berbaring pada posisinya.
Saat Fitri akan menyelimuti Dicky, secara tak sengaja dia menyentuh tangan Dicky.
Fitri begitu terkejut ternyata tangan Dicky panas, sepertinya Dicky sedang demam.
Kemudian Fitri memegang kening Dicky dengan punggung tangannya, kening itu begitu panas.
Tanpa menunggu Fitri segera membuat kompresan lalu mulai mengompres dahi Dicky.
"Dokter kau kenapa? Maafkan aku Dokter, aku terlalu banyak merepotkan!" ucap Fitri sambil menaruh kompresan di dahi Dicky.
Setelah itu kembali Fitri menyelimuti Dicky. Bibir Dicky nampak bergetar.
"Ranti ... Ranti ..." Dicky meracau.
Deg!
Fitri terhenyak mendengar racauan Dicky, apakah Dicky sakit karena dia teringat akan Ranti?
Tiba-tiba ada yang sakit di sudut hati Fitri yang terdalam.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Mamah Tasya
kamu harus sabar fit..pasti suatu saat dgn seiring nya jln..pasti akan ada cinta untukmu daei dokter dicki..
2022-12-18
0
Hayde Irma
yaaahhh kasihan Fitri.....
2022-01-15
1
Lisdayanti Londak
hahaha hahaha,,,, sabar ya fit , buat dokter Dicky bisa melupakan Ranty
2021-12-30
1