Hooek ... Hoooekk!!
Pagi-pagi Fitri kembali memuntahkan isi perutnya.
Dicky yang terkejut langsung bangun dan mengucek matanya.
Dia lalu berdiri dan memghampiri Fitri yang bersandar di dinding kamar mandi dengan wajah yang pucat.
"Ya ampun Fitri, ayo sini berbaring sebentar, aku akan membalurkan punggungmu dengan minyak kayu putih!" ucap Dicky sambil memapah Fitri kembali ke tempat tidurnya.
Dengan sigap Dicky menyingkap pakaian Fitri dan mulai membalurkan minyak kayu putih di sekitar punggung dan leher.
Fitri terkesiap menatap wajah Dicky yang kini berada sangat dekat di pandangannya.
Entah mengapa ada perasaan aneh yang menggelayuti hati dan perasaan Fitri, wajah teduh yang selalu menyejukan hatinya seolah telah menjadi candu tersendiri bagi Fitri.
"Terimakasih Dokter!" ucap Fitri.
"Kau harus istirahat, nanti aku akan pulang cepat dari rumah sakit, membelikan susu hamil, semua rasa akan aku beli, agar kau bebas memilih!" sahut Dicky.
"Tapi ..."
"Ssst, jangan membantah, sekarang baringkan tubuhmu, aku akan meminta Bi Sumi untuk membuatkan sereal hangat untukmu!" ujar Dicky.
Mau tidak mau Fitri menuruti perkataan Dicky, dengan cepat Dicky keluar dari kamar dan langsung turun ke bawah menemui Bi Siti.
Setelah itu Dicky kembali ke kamarnya, dia lalu segera mandi karena pagi ini dia juga harus ke rumah sakit.
Bi Sumi nampak sedang memijiti kaki Fitri saat Dicky keluar dari kamar mandi dengan sudah berpakaian lengkap.
"Sarapan sudah ada di meja makan Pak!" kata Bi Sumi.
"Terimakasih Bi, jangan lupa selalu kau awasi Fitri, jangan biarkan dia terlalu lelah melakukan aktifitas, kalau ada apa-apa segera laporkan padaku!" ujar Dicky.
"Baik Pak!" sahut Bi Sumi.
"Iya Bi, siang aku pulang lebih cepat, jadi aku kemungkinan makan siang di rumah!" lanjut Dicky yang langsung memakai kaos kakinya.
"Iya Pak!" jawab Bi Sumi.
"Baiklah, kalau begitu aku berangkat dulu, nanti aku langsung sarapan di bawah!" Dicky kemudian menyambar jas putihnya kemudian beranjak meninggalkan kamarnya.
"Sudah Bi, sudah cukup!" sergah Fitri saat melihat Bi Sumi masih terus saja memijitinya.
"Tidak apa-apa Mbak, kalau masih pusing atau mual atau pegal-pegal jangan sungkan panggil Bibi ya!" tawar Bi Sumi.
"Iya Bi, tenang saja, kadang Dokter memang suka berlebihan!" ucap Fitri.
"Pak Dokter memang seperti itu Mbak, hatinya baik terhadap semua orang, anak-anak di komplek sini pun sering main ke sini kalau mereka libur, Pak Dokter itu ramah sama anak-anak, makanya dia jadi dokter anak!" ujar Bi Sumi.
"Iya sih Bi, Dokter Dicky memang baik!" sahut Fitri.
"Sama binatang saja dia baik kok Mbak, dulu ada kucing lapar saja di pelihara sama Pak Dokter, tapi sayang kucingnya sudah mati, Pak Dokter sampai sedih berhari-hari!" jelas Bi Sumi.
"Aku juga salah satu penerima kebaikan Dokter Dicky, entah dengan cara apa aku bisa membalasnya!" gumam Fitri.
"Sudahlah Mbak, yang penting Mbak Fitri kan sekarang sudah jadi istri Pak Dokter, itu adalah anugrah yang luar biasa lho! Ya sudah saya turun ya Mbak, mau siapin masakan buat Pak Dokter, nanti siang kan dia pulang cepat!" kata Bi Sumi sambil mulai beranjak dari tempatnya.
"Aku ikut Bi!" pinta Fitri.
"Jangan Mbak, nanti Pak Dokter marah, apalagi dia sudah wanti-wanti supaya Mbak Fitri istirahat di kamar!" sergah Bi Sumi.
"Tapi aku ingin sekali membantu memasak Bi, masa aku tidak boleh memasak untuk suamiku sendiri?!" ujar Fitri.
Bi Sumi nampak bingung sambil mengaruk kepalanya.
"Tapi ...."
"Sudahlah, aku tidak apa-apa kok, ayo!" kata Fitri yang ikut beranjak dari tempatnya.
Akhirnya mereka turun menuju ke dapur, sesungguhnya Bi Sumi juga was-was karena telah melanggar janjinya untuk menjaga Fitri.
"Pokoknya kalau ada apa-apa jangan salahkan bibi lho mbak!" ujar Bi Sumi.
"Beres Bi!" sahut Fitri.
"Kalau capek atau mual harus berhenti!" tambah Bi Sumi.
"Iya, makanan kesukaan Dokter Dicky apa ya Bi?" tanya Fitri.
"Pak Dokter itu paling suka sayur capcay dan telur balado, Bibi sudah siap bahannya, tinggal di olah saja!" jawab Bi Sumi.
Mereka kemudian terlibat dalam kegiatan memasak untuk makan siang.
Saat Bi Sumi menumis sambal untuk telur, tiba-tiba Fitri di Landa mual yang amat sangat.
"Hooweek ... Howweeek!!"
"Tuh kan apa Bibi bilang!" ujar Bi Sumi sambil membantu Fitri yang lagi-lagi muntah.
"Aku tidak tahan baunya Bi!" ujar Fitri dengan nafas terengah-engah.
"Ya sudah, Mbak Fitri duduk saja di sofa itu, biar bibi yang melanjutkan memasaknya!" ujar Bi Sumi sambil membimbing Fitri untuk duduk di sofa dekat dapur.
Sambil duduk di sofa, Fitri melihat televisi yang kebetulan menyala di ruangan itu, biasanya Bi Sumi bekerja sambil menonton televisi, sinetron kesayangannya.
Pada saat ada adegan pemerkosaan dalam tayangan tersebut, tiba-tiba bayangan itu datang lagi, ketakutan itu muncul lagi.
"Aaaarggghh!!!"
Fitri berteriak histeris.
Bi Sumi terkejut dan dengan cepat langsung mematikan televisi.
"Tenang Mbak! Tenang!" seru Bi Sumi dengan wajah panik.
Kring Kring Kring
Terdengar suara dering telepon dari meja telepon.
Bi Sumi langsung bergegas menuju ke meja telepon.
Lalu dia segera mengangkat teleponnya.
"Halo ..."
"Halo Bi, tolong tanya Fitri, apakah dia sedang ingin makan rujak? Kebetulan aku lewat tukang rujak ini!" kata Dicky.
"Eh, iya Pak, menurut saya di berikan saja Pak, biasanya orang ngidam suka makan rujak!" jawab Bi Sumi gugup.
"Siapa Bi?" tanya Fitri.
"Lho, itu Fitri ada di bawah? Bukankah sudah ku bilang dia harus full istirahat??" tanya Dicky.
Bi Sumi semakin gugup dan bingung mau menjawab apa.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 294 Episodes
Comments
Nona Cherry Jo
aku jg mau dong stok kayak dr dicky.. 😅visualnya dong.. penasaran niihh...
2022-03-19
3
Lisdayanti Londak
lanjut dokter
2021-12-30
1
Katherina Ajawaila
dokter baik banget semoga baik2 seterusnya RTnya
2021-11-27
1