Saat ini Darren sudah berada di sekolah Nathan, Ivan dan Melvin. Lebih tepatnya sudah berada di ruang kepala sekolah.
"Nathan, Ivan, Melvin. Ada apa ini? Kenapa kalian datang kesini? Lalu pria ini siapa?"
"Kenalkan saya Darren Saya kakak dari ketiga murid anda ini. Maksud kedatangan saya kemari hanya ingin melaporkan tentang pembullyan yang diterima ketiga adik saya."
"Apa benar itu Nathan, Ivan, Melvin?"
"Ya, Pak." ketiganya menjawab.
"Kenapa tidak beritahu Bapak atau guru yang lainnya?"
"Awalnya kami pikir, kami bisa menghadapinya, Pak. Bagaimana pun kami juga sudah dibekali ilmu bela diri. Jadi kami bisa melawan mereka saat kami dibully. Kami diam, mereka menginjak-injak kami, menekan kami. Giliran kami melawan lalu mereka kalah. Tapi mereka tidak terima kekalahan sehingga mereka mengeroyok kami, Pak." Nathan menjelaskan tentang pembullyan tersebut.
"Bahkan mereka melanjutkannya diluar sekolah saat kami pulang sekolah. Mobil yang kami bawa dihadang," kata Ivan.
"Siapa mereka?"
"Bapak sudah tahu siapa mereka," jawab Melvin.
"Jadi mereka masih melakukan pembullyan itu. Dasar anak tidak ada kapok-kapoknya. Sudah diberikan hukuman, orang tua mereka juga sudah dipanggil. Tapi masih saja seperti ini kelakuan mereka. Ini pasti gara-gara salah satu dari mereka," sahut kepala sekolah.
"Apa maksud anda?" tanya Darren.
"Salah satu dari yang suka membully teman-teman sekolahnya itu adalah orang tuanya donatur terbesar di sekolah ini. Makanya saya dan guru-guru yang lainnya tidak bisa menyentuhnya."
"Kalau saya boleh tahu. Siapa nama dari Donatur itu?" tanya Darren.
"Donatur itu bernama Dayat Marlev."
"Dayat Marlev. Ternyata dia donatur sekolah ini.. emm."
"Anda mengenal orang itu?"
"Iya. Saya mengenalnya. Saya akan bantu anda agar anda bisa memberi pelajaran putranya yang songong itu."
"Baiklah. Katakan pada saya. Saya akan lakukan. Saya melakukan hal ini untuk menyelamatkan murid-murid yang lainnya agar tidak dibully oleh mereka, termasuk ketiga adik anda ini."
"Kalau begitu panggil dulu mereka kemari. Saya ingin melihat wajah-wajah mereka yang sudah membully adik-adikku."
"Baiklah." Kepala sekolah itu langsung menghubungi wakil kepala sekolah dan menyuruh pelaku pembullyan menghadapnya.
Tak butuh berapa lama. Mereka pun datang. Dan sudah duduk di kursi. Mereka ada sepuluh orang.
"Ada apa anda memanggil kami kemari?" tanya anak donatur itu dengan angkuhnya.
"Dialah anaknya. Sedangkan yang lainnya Ayah mereka pemilik Perusahaan-perusahaan ternama. Tapi saya tidak tahu, apakah itu benar atau tidak," bisik kepala sekolah itu pada Darren.
Darren menatap tajam ke arah pemuda itu. "Jadi kalian yang selama ini selalu membully ketiga adikku?"
Kesepuluh pelajar tersebut melihat ke arah Nathan, Ivan dan Melvin. "Ooh, mereka. Hahahaha! Dasar cemen. Segitu saja pakai ngadu."
Saat Melvin ingin membalas, Darren sudah memberikan kode padanya.
"Dengarkan aku. Mereka tidak bermaksud untuk mengadu padaku. Kalau aku boleh jujur. Mereka bisa membunuh kalian semua. Asal kalian itu jujur, sportif dan tidak keroyokan. Kalau kalian melawan ketiga adikku itu dengan tangan kosong dan melawan satu lawan satu. Aku bisa jamin, kalian semua akan mati atau paling tidak kalian semua akan patah tulang. Didunia ini sehebat apapun dan sekuat apapun ilmu bela diri yang dimiliki seseorang, tapi kalau sudah dikeroyok oleha sepuluh atau lebih pasti akan kalah. Begitu juga dengan adik-adikku ini." Darren berbicara dengan tatapan tajamnya.
"Kenalkan namaku Darren. Aku kenal beberapa orang Hacker, beberapa kelompok penjahat diluar sana. Salah satunya adalah kelompok TRIAD. Kalian pasti kenalkan dengan kelompok itu?" tanya Darren
Kesepuluh pelajar tersebut saling lirik. Dalam pikiran mereka semua, mereka memang tahu dengan kelompok TRIAD. Siapa yang tidak tahu dengan kelompok itu. Kelompok yang sangat kejam dan berbahaya.
"Aku bisa saja meminta bantuan mereka untuk melacak keberadaan Perusahaan-perusahaan milik ayah-ayah kalian. Dan setelah itu aku akan menghancurkannya dalam hitungan detik. Dan kalian tahukan apa yang akan terjadi setelahnya. Kalian otomatis akan menjadi gembel selamanya," tutur Darren dengan tatapan matanya yang tajam.
"Kau pikir aku akan percaya dengan bualanmu itu!" bentak sang anak donatur.
"Eemm. Baiklah. Sepertinya kau anak yang berani juga, ya. Oke! Aku akan buktikan ucapanku barusan. Kalau kau tidak percaya."
Darren mengambil ponsel miliknya. Lalu menghubungi salah satu kelompok yang dikenalnya. Darren juga tak lupa meloandspeaker panggilannya itu agar para pelajar itu mendengarnya.
"Hallo, Ren."
"Hallo, Thomas. Aku butuh bantuanmu sekarang."
"Apa yang kau butuhkan? Apa kau ingin aku membunuh seseorang lagi?"
Saat mendengar ucapan dari Thomas, kesepuluh pelajar tersebut merinding. Tubuh mereka menegang. Darren yang melihat hal itu sangat puas.
"Tidak. Kali ini aku tidak meminta bantuanmu untuk membunuh seseorang. Tapi aku ingin kau melacak beberapa perusahaan. Setelah itu kau harus hancurkan Perusahaan-perusahaan itu."
"Baiklah. Dengan senang hati."
"Aku saat ini sedang berada disekolah adikku. Dan saat ini juga aku sedang duduk bersama kesepuluh pelajar yang selalu membully ketiga adikku. Jadi nanti aku akan meminta data-data kedua orang tua mereka dengan kepala sekolah, setelah itu aku akan mengirimkannya padamu."
"Baiklah. Aku tunggu, Ren. "
PIP!!
Ketika arren melihat kearah kepala sekolah. Sang kepala sekolah pun langsung mengerti. Dirinya langsung mengambil data-data dari kesepuluh murid-muridnya itu.
Saat kepala sekolah itu memberikan data-data itu pada Darren, tiba-tiba tiga dari pelajar itu berdiri dan bersimpuh di kaki Darren. Dan detik kemudian disusul oleh keenam lainnya. Tapi tidak sianak donatur itu.
"Jangan Tuan. Jangan lakukan itu. Kami akan melakukan apapun yang Tuan minta. Asal jangan hancurkan perusahaan-perusahaan Ayah kami."
"Ya, Tuan. Kami mohon. Jangan lakukan hal itu. Hukum kami saja Tuan."
"Iya, Tuan."
Diam-diam Darren dan kepala sekolah tersenyum puas melihat mereka yang ketakutan.
"Baiklah. Kalau itu mau kalian. Satu hal yang harus kalian lakukan. Jangan pernah kalian membully teman-teman kalian lagi. Apalagi membully adik-adikku. Dan kalian juga harus meminta maaf pada semua yang pernah kalian bully. Bagaimana? Kalian bersedia melakukannya?"
"Baik, Tuan. Kami bersedia melakukannya. Asal Tuan tidak menghancurkan perusahaan Ayah kami," jawab mereka kompak.
"Asal kalian tidak mengulangi kesalahan kalian. Aku tidak akan menyentuh perusahaan Ayah kalian."
"Benarkah, Tuan?"
"Iya. Kalian bisa pegang kata-kataku."
"Sekarang kalian berdiri. Lakukan apa yang aku minta barusan."
Lalu mereka pun melakukannya. Mereka melihat kearah Nathan, Ivan dan Melvin.
"Maaf kesalahan kami selama ini Nathan, Ivan, Melvin. Maafkan kami. Kami janji tidak akan mengulanginya lagi."
"Sekalipun berada diluar sekolah?" tanya Melvin.
"Ya. Sekalipun diluar sekolah," jawab mereka kompak.
"Baiklah. Kami maafkan kalian semua."
"Benarkah."
"Iya. Karena kami diajarkan untuk tidak menyimpan dendam," kata Ivan.
"Terima kasih."
"Ya, sudah. Kalian kembalilah ke kelas."
"Baik, Pak." Lalu mereka pun pergi meninggalkan ruang kepala sekolah
Dan tersisa sianak donatur. Darren menatap nyalang padanya. "Bagaimana denganmu?"
"Baiklah. Kalau kau tetap bungkam. Aku akan beri waktu kau selama tiga hari. Untuk menentukan nasibmu. Selama tiga hari kau masih tetap dengan kelakuanmu. Maaf aku akan benar-benar menghancurkan reputasi Ayahmu. Karena aku tahu bagaimana sepak terjang Ayahmu di dunia bisnis. Aku tahu apa saja yang telah dilakukan oleh Ayahmu itu."
"Ya, sudah. Seperti saya harus kembali pulang. Saya akan tunggu kabar dari Anda setelah tiga hari kedepan."
"Baik. Saya akan mengabari anda."
"Nathan, Ivan, Melvin. Kalian kembalilah ke kelas."
"Baik, Pak." mereka menjawab bersamaan.
"Kak. Kami ke kelas dulu."
"Iya."
Flasback Off
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 662 Episodes
Comments