[KEDIAMAN SMITH]
Saat ini anggota keluarga Darren tampak khawatir. Bagaimana tidak khawatir? Lima menit yang lalu mereka semua dikejutkan dengan foto Darren yang terjatuh.
"Pa. Aku benar-benar khawatir terhadap Darren," lirih Darka.
Gilang yang duduk di sampingnya mengelus lembut punggung Darka.
"Aku akan menghubungi Darren sekali lagi. Semoga kali ini Darren menjawabnya. Davin kemudian langsung menghubungi Darren.
"Jangan lupa loundspeaker panggilannya Davin," pinta Erland.
"Baik, Pa."
Davin pun langsung menghubungi Darren adik bungsunya.
"Hallo," Darren menjawabnya dengan nada ketus.
Mereka yang mendengar nada ketus Darren memaklumi hal tersebut.
"Hallo, Ren. Kamu ada dimana? Kamu baik-baik saja kan?"
"Aku ada di ICU. Keadaanku sedang dalam menuju kematian. Kenapa?"
Anggota keluarganya yang mendengar penuturan dari Darren benar-benar sedih. Namun kesedihan mereka menghilang saat mendengar suara seseorang yang sedang berbicara.
TAK!!
"Yak, Paman! Kenapa memukul kepalaku?" protes Darren.
"Paman memukul kepalamu agar kau itu sadar. Tidak sepantasnya kau berbicara seperti itu pada keluargamu. Bagaimana pun mereka itu tetap keluargamu, Darrendra Smi...."
"Jangan selipkan marga sialan itu di depan namaku, Paman! Namaku Darrendra. Selamanya akan seperti itu."
"Dasar keras kepala."
"Sudah tahu aku keras kepala. Tapi kenapa Paman menyukaiku dan membiarkan aku berteman dengan putra Paman yang bodoh itu?" Darren menjawab perkataan Daria ayahnya Axel menunjuk ke arah Axel.
Axel seketika membelalakkan matanya saat mendengar penuturan dari Darren.
Saat Dario ingin membalasnya, Darren sudah terlebih dahulu memotongnya.
"Sudah Paman. Ini Kapan selesainya. Aku kan sedang bicara dengan keluargaku."
Tanpa sadar Darren mengatakan dan mengakui bahwa keluarga Smith adalah keluarganya.
"Hah!" Dario hanya bisa menghela nafas atas kelakuan Darren. Sementara Celsea hanya tersenyum mendengar perdebatan keduanya.
"Hallo."
"Ach. Iya, Ren. Kamu baik-baik sajakan? Kami benar-benar khawatir."
"Aku baik-baik saja. Sebentar lagi aku akan pulang. Bagaimana keadaan di rumah?"
"Ach, syukurlah. Tidak ada. Semua baik-baik saja."
"Bagaimana Salsa?"
"Salsa sudah tidur. Dari tadi Salsa tak hentinya menangis."
"Terima kasih sudah menjaganya."
"Sama-sama, Ren." para kakak-kakaknya menjawab bersamaan.
"Ren, kalau kamu mau pulang. Hati-hati bawa mobilnya, ya." Itu suara Agneta.
"Iya." Darren menjawabnya dengan ketus.
Agneta tersenyum bahagia. Darren putranya mau menjawab pertanyaannya, walau dengan nada ketus. Tapi Agneta tak masalah.
Saat Erland ingin berbicara, tiba-tiba Darren dengan tidak berperiperasaan langsung mematikan panggilan tersebut.
TUTT!!
TUTT!!
"Hah!" Erland dan yang lainnya hanya bisa bernafas pasrah.
"Dasar anak keras kepala," protes Erland.
"Putra siapa dulu," ejek Carissa.
"Aish!" ksesal Erland saat adiknya mengejeknya.
Mereka semua tertawa melihat wajah kesal dan merengut Erland. Sudah diabaikan oleh Darren, kini malah diejek oleh adik perempuannya. Apes bangetkan?
^^^
Anggota keluarga Smith saat ini masih duduk di ruang tengah. Sesekali mata mereka melirik ke arah jam dinding. Pikiran mereka semua tertuju pada Darren yang saat ini belum kembali.
Darka tiba-tiba berdiri lalu berbicara dengan nada yang sedikit keras sehingga membuat anggota keluarganya terkejut.
"Aish! Kenapa lama sekali sih pulangnya?"
Bugh..
Andra melempari Darka dengan bantal sofa dan mengenai wajahnya
"Aakkhh." Darka mendengus kesal. Sedangkan yang lain hanya tersenyum melihat keduanya.
"Dasar beruang kutub sialan," gerutu Darka sembari mengumpat.
"Hei. Sudah berani mengatai kakakmu ini, hah!" ucap Andra yang tak terima atas ucapan Darka.
"Memang sejak kapan aku takut pada beruang kutub sepertimu, kak!" Darka menantang Andra.
Andra melotot. Anggota keluarga lainnya tertawa.
"Hahahahaha."
"Das..." ucapan Andra terpotong, dikarenakan bunyi Bell.
TING!!
TING!!
"Itu pasti Darren!" seru Daffa.
"Biarkan aku saja yang membukakan pintunya." Adrian langsung berlari menuju pintu utama.
^^^
[Ruang Tamu]
Adrian sudah berada di ruang tamu. Dan kini tangannya memutar kunci yang ada di dalam lubang di pintu. Setelah memutar kuncinya. Adrian langsung membuka pintu tersebut.
CKLEK!!
Pintu terbuka dan dapat dilihat oleh Adrian, Darren yang berdiri di depannya.
"Akhirnya kak Darren pulang juga!" seru Adrian.
Darren menatap wajah Adrian dengan tatapan sinisnya.
"Kenapa? Tidak senang aku pulang, hah?! Apa kau lebih senang kalau aku tidak berada di rumah ini. Biar kau, saudara-saudaramu dan Ibumu menguasai rumah ini," ucap ketus Darren.
"Ka-kakak," lirih Adrian ketika mendengar ucapan dari Darren. "Kenapa Kakak berpikiran seperti itu? Aku benar-benar senang dan bahagia kakak pulang."
"Ach, sudahlah! Minggir!" Darren masuk ke dalam rumah dengan menerobos tubuh Adrian sehingga membuat tubuh Adrian terhuyung ke samping.
"Hiks... Kak Darren... Hiks."
BLAM!!
Adrian menutup dan mengunci pintu utama tersebut. Lalu menyusul kakaknya itu di ruang tengah.
^^^
Darren melangkahkan kakinya menyelusuri rumahnya. Tujuannya saat ini ingin segera sampai di kamarnya. Tubuhnya benar-benar lelah. Apalagi bahu kirinya yang masih terasa ngilu. Sedangkan Adrian sudah berada di ruang tengah.
Saat Darren melangkah menaiki anak tangga terdengar suara yang memanggilnya, dikarenakan Darren melewati ruang tengah. Lebih tepatnya, Darren mengabaikan atensi anggota keluarganya yang berada di ruang tengah yang melihat ke arahnya.
Darren pun berhenti tanpa melihat anggota keluarganya. "Ada apa?" tanya Darren ketus.
Hal itu sukses membuat mereka terkejut akan nada bicara Darren.
"Aish! Tadi saat pergi dalam keadaan baik-baik saja. Bicaranya juga lemah lembut," batin Davin.
"Kenapa pulangnya jutek lagi nih bocah?" batin Andra.
"Dasar bocah ababil," batin Dzaky dan Adnan.
Sedangkan Gilang dan Darka tersenyum bahagia dikarenakan adiknya pulang dengan selamat. Mereka berpikir kalau adiknya tidak akan pulang lagi. Ternyata pikiran mereka salah.
"Yak. Kelinci bongsor! Sopan-santunmu mana? Kalau bicara itu lihat kami. Kami bukan benda mati atau makhluk yang kasat mata!" teriak Carissa melengking.
Carissa benar-benar kesal atas sikap Darren. Tapi tidak benar-benar kesal sih. Kan Carissa nya terlalu sayang dengan kelinci bongsornya itu. Sedangkan yang lainnya berusaha untuk tidak tertawa. Jika mereka tertawa. Bisa berabe urusannya.
Darren mendengus kesal atas ucapan seenak jidat dari sang Bibi. Ingin rasanya Darren menenggelamkan Bibinya ke Sungai yang ada di Afrika. Tapi takut dosa. Dan akhirnya, mau tidak mau Darren membalikkan badannya untuk melihat wajah-wajah para anggota keluarganya. Lebih tepatnya di pikiran Darren adalah mantan anggota keluarganya.
"Sekarang aku sudah melihat kalian, terutama Bibi Carissa yang paling cantik... eehh bukan ralat paling bawel," jawab Darren.
Carissa melotot saat mendengar ucapan Darren. Dirinya tak terima dikatakan bawel oleh keponakan manisnya itu.
"Hei, aku ini Bibimu. Dan tidak sepantasnya kau mengatakan kalau Bibimu ini bawel."
"Mengatai orang nomor satu. Giliran dirinya dikatai tidak terima dan langsung mengajukan protes. Dasar egois," jawab Darren dengan bibir dimanyunkan.
"Yak! Apa kau bilang?!" teriak Carissa.
Mereka yang mendengar teriakan Carissa langsung menutup telinga mereka masing-masing. Begitu juga dengan Darren.
"Carissa. Kenapa harus berteriak? Ini masih pukul 3 pagi," tegur Erland.
"Hehehe! Maaf," kata Carissa.
Agneta menghampiri Darren, lalu tangannya terangkat untuk membelai rambut Darren.
Namun seketika, Darren langsung menepis kasar tangan Agneta yang hendak menyentuhnya. "Jangan coba-coba menyentuhku," ucap Darren ketus dan dingin.
Baik Agneta mau pun anggota keluarga lainnya terkejut saat melihat Darren menepis kasar tangan Agneta dan juga mendengar ucapannya.
"Dikarenakan aku sudah pulang. Dan aku juga dalam keadaan baik-baik saja tanpa kurang satu apapun. Jadi biarkan aku ke kamar. Aku mau istirahat. Tubuhku lelah," ucap Darren.
Setelah mengatakan hal itu, Darren langsung pergi menuju kamarnya dan meninggalkan anggota keluarganya yang masih berdiri di ruang tengah dengan menatap punggungnya.
"Agneta. Maafkan putramu itu, ya. Jangan kau ambil hati atas sikap dan ucapannya barusan," hibur Erland.
"Iya, Sayang. Aku mengerti. Darren seperti ini juga salahku. Mungkin Darren belum bisa memaafkanku atas sikapku enam bulan lalu. Dimana aku yang sudah menamparnya dan bersikap kasar padanya. Kita yang membuat Darren menjadi seperti ini. Jadi kita juga yang akan membuat Darren kembali lagi pada kita," ujar Agneta.
"Ya, kau benar sayang. Kita akan membawa putra kita kembali," ucap Erland.
"Papa dan Mama tidak sendirian. Ada kami. Kita semua akan bersama-sama memperbaiki hubungan kita dengan Darren," tutut Davin.
"Lebih baik kita tidur. Bukannya besok kalian memiliki urusan masing-masing. Jangan ada yang bangun terlambat," sela Evan.
"Hm!"
Mereka semua mengangguk, lalu pergi kekamar masing-masing
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 662 Episodes
Comments
whiteblack✴️
bukan kookie tapi darren, tulisannya di ganti ya
2024-03-10
0