"Darren," batin Davin dan Andra.
"Dan juga untukmu Kak." Carrisa menatap Kakak laki-laki.
"Kakak? Kenapa?"
"Sikapmu juga sama seperti Davin dan Andra. Kakak selalu punya waktu untuk mereka." Carrisa berbicara sambil menunjuk kearah Adrian dan keempat adiknya. "Tapi Kakak tidak ada waktu untuk Darren. Kakak tidak pernah hadir disetiap acara di sekolah Darren. Bahkan saat Darren lulus SMA pun Kakak tidak datang. Tapi Kakak selalu hadir disetiap acara-acara sekolah Ardrian, Mathew, Nathan, Ivan dan Melvin. Bahkan Kakak juga hadir pada kelulusan mereka." Yoona berbicara sambil menatap penuh kekecewaan Erland.
"Tidak Carrisa. Itu semua salah paham. Aku tidak pernah pilih kasih pada semua putra-putraku, apalagi pada Darren. Tidak pernah, Carrisa! Aku berani bersumpah. Saat itu memang aku benar-benar lagi sibuk. Kau bahkan tahu sendirikan. Saat itu aku juga jarang pulang ke rumah. Sekali aku pulang itupun aku hanya membawa beberapa pakaian kotor. Dan setelah itu aku pergi lagi dengan membawa beberapa pakaian bersih. Saat itu hari-hariku benar-benar sulit Carrisa. Perusahaanku diambang kehancuran. Aku ditipu oleh salah satu karyawanku sehingga mengakibatkan kerugian besar. Saat itu aku benar-benar fokus pada Perusahaanku dan juga fokus untuk menangkap si pengkhianat itu. Makanya kenapa aku tidak bisa menghadiri setiap ada acara di sekolah Darren dan menyuruh Agneta yang datang. Ditambah lagi saat itu Davin, Andra, Dzaky, Adnan masih kuliah. Aku tidak mau mengganggu mereka. Dan kenapa aku bisa hadir disetiap acara-acara di sekolah Ardrian, Mathew, Nathan, Ivan dan Melvin? Semua masalahku saat itu sudah kelar. Perusahaanku sudah kembali normal. Dan ditambah lagi Davin, Andra, Dzaky dan Adnan sudah bekerja di perusahaan. Jadi aku bisa sedikit bebas dan bisa meluangkan waktuku untuk semua putra-putraku. Percayalah, Carrisa! Aku tidak berbohong. Aku sangat menyayangi semua putra-putraku. Apalagi ketujuh putra-putraku dari Belva. Istri pertamaku. Perempuan yang sangat aku cintai," ucap Erlanda menangis.
"Maafkan aku Kak. Aku berbicara seperti ini karena Darren selalu curhat padaku. Aku benar-benar tidak tega melihatnya. Darren benar-benar hancur saat itu, Kak! Ayah dan keenam kakak-kakaknya sama sekali tidak peduli padanya. Tidak perhatian padanya. Yang ada di pikirannya saat itu adalah kalian lebih peduli dan perhatian pada Ardrian, Mathew, Nathan, Ivan dan Melvin saja. Setelah melihat sikap kalian itu. Darren sudah memutuskan untuk hidup mandiri. Darren sudah tidak peduli akan sikap kalian padanya. Setiap kali ada acara di kampusnya, Darren memintaku untuk hadir. Bahkan Darren juga melarangku untuk memberitahu kalian. Seandainya saat itu aku mengkhianatinya mungkin kalian sudah berada di kampus dan menyaksikan acara tersebut. Kalian semua pasti bangga akan kehebatannya. Bahkan Darren juga memutuskan untuk tidak melibatkan kalian dalam kehidupan pribadinya. Baik saat Darren punya kekasih, saat Darren sakit bahkan sampai Darren mendapatkan masalah. Darren tidak akan mengganggu kalian dan dia akan mengurusnya sendiri. Terbuktikan selama ini. Kalian tidak pernah mendengar apapun tentangnya, walau kalian tinggal bersama. Sehingga terjadilah kejadian penusukan yang dialami oleh Darka dan Melvin. Darren yang menjadi korban fitnah dan dituduh atas kejadian itu. Ditambah lagi tidak ada kepercayaan sama sekali dari kalian untuknya. Dan hal itulah yang membuat Darren memutuskan untuk pergi meninggalkan rumah ini dan memutuskan hubungan dengan kalian semua karena Darren sudah sangat-sangat kecewa dengan sikap kalian. Darren sudah muak dan jijik dengan perlakuan kalian selama ini."
"Ya, sudahlah. Ini semua sudah terjadi. Tinggal kalian yang memikirkan bagaimana caranya kalian memperbaiki semua ini? Bagaimana caranya kalian bisa merebut hati Darren kembali? Bagaimana caranya kalian bisa membawanya pulang lagi ke rumah ini? Itu urusan kalian. Bukan urusanku. Dan aku juga tidak peduli. Jadi, aku minta maaf karena tidak bisa membantu kalian. Lagian hubunganku dengan Darren baik-baik saja sampai detik ini. Bahkan aku, suamiku dan ketiga putra-putraku selalu berkomunikasi dengannya," ujar Carrisa.
Setelah mengatakan hal itu, Carrisa pergi meninggalkan ruang tengah untuk menuju kamarnya.
"Kak Erland. Lebih baik segeralah perbaiki hubungan Kakak dengan Darren. Jangan sampai Kakak menyesal nantinya. Kakak sudah terlalu banyak menyakitinya. Aku tahu dan sangat tahu, Kakak sangat menyayangi semua putra-putra Kakak. Dan aku percaya Kakak tidak pernah pilih kasih pada mereka semua. Disini Darren memang salah paham padamu. Tapi Kakak tetap salah disini karena Kakak tidak pernah berbicara jujur padanya. Kakak tidak pernah berusaha mengambil hatinya dan berusaha untuk menyembuhkan luka yang ada hatinya atas ulah Kakak. Luka dihatinya belum sembuh, tapi kalian kembali menorehkan luka baru. Kalian semua lebih memilih percaya video itu. Video dimana Darren yang seakan-akan menusuk Darka padahal tidak. Karena video itu sudah disetting oleh seseorang. Orang itu adalah musuh bebuyutan Darren. Lebih tepatnya orang itulah yang selalu berbuat jahat pada Darren." Ivan berucap sambil menatap satu persatu anggota keluarganya.
"Evan. Katakan padaku. Apa yang tidak aku ketahui tentang Darren, putraku? Aku mohon Evan." Erland memohon pada Evan.
Melihat wajah sedih Erland membuat Evan tak tega. Sudah cukup selama enam bulan kakak iparnya itu menderita atas penyesalannya terhadap Darren, putra bungsunya dari istri pertamanya, Belva.
"Baiklah. Aku akan beritahu sedikit tentang putramu itu. Selebihnya kau cari tahu sendiri. Putramu itu pemuda yang sangat kuat dan pemberani. Sejak mendapatkan perlakuan tidak adil dari kalian, Darren berusaha menjalani kehidupannya dengan sangat baik. Bahkan bisa dikatakan begitu sempurna. Sejak Darren duduk di kelas 2 SMA, Darren sudah bisa menghasilkan uang sendiri. Kalian pasti penasarankan?" ucap dan tanya Evan.
Mereka semua pun mengangguk bersamaan. Mereka semua memang benar-benar penasaran, dari mana Darren mendapatkan uang?
"Tunggu sebentar." Evan pergi meninggalkan meja makan.
Tak butuh lama, Evan datang dengan membawa sesuatu. Sesuatu itu masih terbungkus rapi.
"Apa itu, Paman?" tanya Andra.
Evan memberikannya pada Erland "Bukalah. Nanti Kakak akan tahu apa isinya."
Erland langsung membuka bungkusan tersebut. Saat semua telah terbuka, Erland sukses menangis. Erland tersenyum bahagia saat melihat lukisan dirinya. "Lukisan ini indah sekali, Evan. Si-siapa yang melukisnya?"
"Menurut Kakak siapa yang melukisnya?" tanya Evan balik.
Erland menatap wajah Evan, begitu juga Evan. Mereka sama-sama saling menatap. "Darren lah yang melukisnya. Darren melukis wajahmu itu saat mengikuti perlombaan antar sekolah. Saat perlombaan itu Darren memenangkannya. Dan hadiahnya lumayan besar. Uangnya Darren tabung dan tidak pernah sekalipun dipakai olehnya. Dan lukisan itu dibungkus dengan sangat rapi oleh Darren dan ingin memberikannya pada Kakak."
"Tapi kenapa Darren tidak memberikannya padaku?" tanya Erland yang matanya masih mengagumi keindahan hasil lukisan putranya itu.
"Karena kekecewaannya pada Kakak dan kalian semua. Makanya Darren tidak jadi memberikan lukisan itu pada Kakak. Niat awalnya, Darren ingin menghancurkan lukisan itu. Aku dan Carrisa berusaha mati-matian untuk merebutnya. Dan pada akhirnya kami berdua berhasil merebut lukisan itu dari Darren, lalu aku membawanya dan menyembunyikannya. Walau saat itu Darren berteriak histeris agar aku mengembalikan lukisan itu padanya. Carrisa berhasil menghiburnya."
"Dari bakat melukisnya itulah Darren mendapatkan uang banyak. Dan Darren juga memiliki Galeri Lukisan yang lumayan besar dan beberapa karyawan juga. Semua kerja kerasnya itu tak lepas dari support dan dukungan dari ketujuh sahabat-sahabatnya. Selain Galeri Lukisan. Darren juga memiliki usaha-usaha yang lainnya juga. Ada dua usaha yang Darren miliki. Dua usaha itu telah berkembang sangat pesat. Dua usaha tersebut sahabat-sahabatnya yang mengelola, sedang Darren nya hanya bersantai-santai ria," ujar Evan.
Mereka yang mendengar cerita Evan tersenyum bahagia. Mereka kini tengah memikirkan hal-hal apa yang akan di alami oleh para sahabatnya kalau sudah berurusan dengan Darren.
"Selain tiga usaha putraku itu. Apakah putraku pernah mengalami hal-hal buruk yang tidak pernah aku ketahui? Seperti yang dikatakan oleh Carrisa, kalau putraku tidak akan melibatkan kami dalam kehidupan pribadinya. Katakan padaku, Evan!"
"Yah, jelaslah ada. Setiap orang pasti akan mengalami hal-hal buruk. Hal-hal buruk yang dialami Darren adalah kesehatannya. Hanya kesehatannya. Selain itu tidak ada. Aku membayar beberapa orang untuk mengawasinya. Dan orang-orangku itu berbagi tugas. Dan berada di tempat yang berbeda-beda sesuai lokasi yang dikunjungi Darren. Informasi yang aku dapat dari mereka semua kalau Darren sering mengabaikan kesehatannya. Apalagi kalau sedang sibuk dengan pekerjaannya. Darren pernah jatuh pingsan di Kampus saat sedang melakukan tugasnya sebagai ketua. Dan Darren juga pernah dirawat selama tiga hari di rumah sakit. Aku dan Carrisa yang menjaganya saat dirawat. Kami ingin memberitahu kalian, tapi Darren sudah mengancam kami terlebih dahulu," jawab Evan.
"Darren," lirih Erland dan air matanya mengalir begitu deras saat mendengar penuturan Evan tentang putranya. "Maafkan Papa, sayang?"
Saat mereka semua terdiam dalam pikiran mereka masing-masing. Detik kemudian mereka dikejutkan dengan suara ponsel milik Erland. Erland yang mendengar ponselnya berbunyi, langsung mengambilnya dan melihatnya.
"Gilang," ucap Erland.
Mereka semua saling lirik, lalu Erland langsung mengangkat panggilan dari putranya itu.
"Hallo, Gilang. Ada apa, sayang?"
"Pa... hiks."
"Gilang. Kau kenapa sayang? Apa yang terjadi? Kalian berdua baik-baik sajakan?"
"Pa. Darren... hiks."
"Darren? Darren kenapa sayang? Kenapa adikmu?" Erland mulai panik.
Agneta, Davin, Andra, Dzaky, Adnan, Adrian dan keempat adiknya terkejut saat Erland menyebut nama Darren.
"Papa. Darren kenapa?" tanya Davin.
Erland menjawab pertanyaan dari Davin dengan memberi isyarat jari telunjuknya di arahkan ke bibirnya. Davin pun mengerti hal itu.
"Gilang. Jawab Papa. Darren kenapa, sayang? Jangan buat Papa khawatir."
"Darren jatuh dari motornya, Pa! Sekarang Darren berada di UGD. Papa buruan kesini. Aku takut, Pa! Darka dari tadi menangis terus."
"Baiklah, sayang! Papa dan yang lainnya akan kesana. Kau ada di rumah sakit mana?"
"Rumah sakit Karrambeck."
"Baiklah. Kami ke sana sekarang!"
PIP!
"Bertanyanya nanti saja. Kita ke rumah sakit Karrambeck sekarang!" seru Erland.
Setelah itu, mereka semua pun bersiap-siap untuk pergi ke rumah sakit.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 662 Episodes
Comments
Febri Atifebri
Hahahaha. Rasain kena amukan dari Bibinya Darren. Rasain kalian.
2021-06-23
0
Kayla Maysa
Sekarang kalian tahukan siapa putra dan adik kalian Darren. Dia lebih kaya dari pada kalian. Bahkan dia gak nyesal karena kalian usir.
2021-06-23
0
Kayla Maysa
Tak berkutik kalian semua ketika melihat kemarahan dan kekecewaan Carrisa.
2021-06-23
0