Ketika tiba saatnya untuk jiwa yang saling bertemu, tidak ada apa pun yang di bumi dapat mencegah mereka untuk bertemu, di mana pun masing-masing berada. Ya begitulah antara tuan Devan bersama ku. Aku tak pernah membayangkan dalam hidupku, akan bisa bertemu dengan seorang pengusaha kaya raya seperti tuan Devan, apa lagi menjadi seorang istri dari pengusahan seperti tuan Devan.
"Sayang" panggil tuan Devan baru tiba
"Eh iya tuan, sudah pulang?" tanya ku
"Sudah makan?" tanya tuan Devam sambil mendekati ku yang tengah duduk santai di atas ambal depan TV.
"Sudah tuan. Apa tuan mau makan? Aku siapkan dulu" ucap ku, ketika aku ingin melangkah kaki ku menuju dapur, tuan Devan mencegah ku.
"Tidak, aku sudah kenyang" jawab tuan Devan menarik lengan ku. Aku pun mengambil posisi bersebelahan dengan tuan Devan. Tuan Devan bersandar di pangkuan ku sambil memainkan rambut ku, ya aku hanya pasrah saja apa yang ingin tuan Devan lakukan.
"Sayang apa kamu tidak mau jalan-jalan keluar Negeri, melihat Negara asing?"
"Tidak tuan, aku lebih suka di Negara ku. Setidaknya tidak terlalu banyak memakan biaya"
"Kamu tenang saja, uang suami mu ini banyak. Tujuh keturan kita tidak akan habis" ucap tuan Devan sambil mengelus-ngelus kepala ku lembut.
"Iya tuan aku tahu. Tapi, setidaknya kita bisa gunakan untuk yang lebih bermanfaat lagi. Seperti memberi di panti asuhan atau pun pada orang yang kurang mampu. Sekalian tabungan kita di akhirat tuan, kita tidak tahu kapan waktu kita akan kembali pada sang ilahi. Jika kita sering berbagi ke pada yang membutuhkan setidaknya kita sudah ada tabungan untuk pulang" jelas ku. Tuan Devan tidak menjawab ucapan ku, justru ia langsung memeluk tubuh ku erat.
"Tuan ada apa?" tanya ku heran. Tuan Devan menggeleng tanda jawabannya
"Tuan ada apa? Apa ucapan ku ada yang salah?" tanya ku merasa bersalah karena melihat tuan Devan seperti ini.
"Tidak sayang, kamu tidak bersalah" ucap tuan Devan menatap ku dengan lembut
"Terus tuan kenapa?"
"Aku sadar selama ini, aku tidak pernah memikirkan akhirat, di mana tempat kita akan berpulang selama-lamanya. Yang ada dalam pikiran ku hanya dunia semata. Aku takut jika tuhan akan membenci ku" ucap tuan Devan dengan tatapan kosong
"Tuan, tuhan maha pengampun dan maha penerima tobat umatnya. Selagi kita di kasih umur, perbaikilah diri kita sebelum ajal yang akan menjemput" Nasehat ku
"Sayang apa kamu ingin mengajarkan ku menjadi imam yang baik untuk mu?"
"Tentu tuan, aku sangat senang jika tuan ingin menjadi lebih baik lagi" ucap ku senang
"Terimakasih sayang" ucap tuan Devan
"Tuan aku boleh meminta satu permintaan?" tanya ku ragu-ragu
"Kamu mau apa? Aku janji apa pun yang kamu mau, pasti akan aku turuti"
"Apa boleh aku pulang ke kampung untuk beberapa hari. Karena ibu sedang sakit tidak ada yang mengurus" jelas ku, tuan Devan senyum menanggapi ucapan ku
"Tuan, boleh kah?"
"Kamu ini lucu sayang. Mana mungkin aku melarang istri ku menemui orang tuanya, suami macam apa lah aku jika aku melarang mu bertemu kelurga mu sayang"
"Yang benar tuan??" ucap ku girang, dengan relfek aku memeluk tuan Devan lalu menciumnya, entah setan apa yang merasuki ku hingga aku punya keberanian menciumi tuan Devan.
"Sayang yang ini" tunjuk tuan Devan pada bibirnya, membuat ku malu saja.
"Tuan" Rengek ku.
"Sayang bersiplah" perintah tuan Devan
"Mau ke mana tuan?"
"Kamu ini memang menggemaskan" tuan Devan mencubiti ke dua pipi ku
"Sakit tuan" ucap ku manja
"Tadi katanya mau pulang kampung, ya sudah bersiaplah" perintah tuan Devan
"Sekarang tuan??" tanya ku antusia
"Iya istriku tercinta"
Aku tidak membuang kesempatan ku yang akan pulang hari ini, aku sudah tak tahan rasannya menghirup udara segar yang ada di sana. Dengan cepat aku langsung menyiapkan pakain ku, aku ragu-ragu menyiapakan untuk tuan Devan. Ketika aku sedang membereskan pakaian ku, tiba-tiba saja ada yang memeluk ku.
"Sayang apa kamu tidak mau mengajak ku?" tanya tuan Devan manja
"Apa tuan ingin ikut?"
"Tentu, aku mau tahu tanah kelahiran istri ku"
"Apa tuan tidak mau pikir-pikir dulu sebelum ikut?"
"Kenapa aku harus pikir-pikir dulu? ke tempat tanah lahiran istri ku. Lagian aku belum pernah ke sana"
"Baiklah jika tuan tidak keberatan. Tapi, tuan rumah ku kecil. Tidak ada kipas apalagi Ac, apa tuan sanggup?"tanya ku, aku yakin tuan Devan tidak akan sanggup
"Tentu sayang aku sanggup jika itu selalu bersama mu" aku tersenyum menanggapi tuan Devan,
"Ayo tuan semuanya sudah siap" Aku pun mengajak tuan Devan. Aku bersama tuan Devan pun melaju mobil menuju ke halaman kampung ku, selama perjalanan kami menghabiskan waktu dengan canda tawa, menghilangkan rasa penat dan lelah hingga aku tertidur pulas.
Bersambung....
Terimakasih yang sudah setia membaca karya author. Jangan lupa tinggalin jejak dengan cara like, komen, dan Vote. Agar author semanagat lagi nulisnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
xixi
kok masih bilang tuan
2022-03-27
0
[💝¹³_ALi💫¹⁶JaFar²⁰*💝
like like like 🌹
2021-09-16
1
Riris Hutapea
up nya jangan lama2 ya thorr
2021-06-26
1