"Sayang bangun...." Tuan Devan mengoyang-goyangkan tubuhku yang tengah terlelap
"Huammm" aku menguap, tidak lupa aku menutup mulut ku dengan tanganku.
"Sayang kita sudah sampai di kampung mu, aku tidak tahu yang mana rumah mu?" tanya tuan Devan sambil melirik jalanan yang sepi nan sunyi
"Tuan di mana anda tahu?" tanya ku heran, padahal aku tidak menunjukan jalan, tiba-tiba saja aku sudah di depan rumah ku
"Ini" tuan Devan menunjukan ponselnya
"Ohhh...." jawab ku
"Tahu tidak?" tanya tuan Devan, sebenarnya aku tidak tahu. Karena aku tidak mau di katakan bodoh lebih baik aku pura-pura tahu saja
"Iya tahu la"
"Apaan coba?" goda tuan Devan, aku tidak menjawab justru aku memanyutkan bibir ku
"Ini namanya aplikasi google maps sayang. Yang bisa menunjukkan arah jalanan kita" jelas tuan Devan sambil memperlihat ponselnya dengan ku. Aku cengir kuda menaggapi ucapan tuan Devan
"Sayang jadi yang mana rumah mu?" lagi-lagi tuan Devan bertanya
"itu" aku menunjukkan sebuah rumah yang berbentuk minimalis, berwarana biru muda. Tidak lupa di halaman rumah ku banyak bunga-bunga yang mekar. Tuan Devan tersenyum melihat ke arah rumah ku.
"Tuan ada apa?" tanya ku, karena melihat tuan Devan senyum-senyum sendiri
"Tidak sayang, aku baru tahu jika istri ku menyukai tanaman"
"Iya tuan. Aku sangat menyukai tanaman"
"Oh iya sayang, mulai sekarang jangan panggil tuan lagi ya. Apa kata ibu dan ayah nanti jika ia mendengar kamu memanggil aku tuan. Nanti di kiranya kamu di jadikan pembantu" Ucap tuan Devan membuat ku terkejut, bukannya waktu itu dia sendiri meminta ku memangginya dengan sebutan tuan. Tapi, aku tidak berani membantah ucapan tuan Devan
"Terus aku harus panggil apa tuan?" tanya ku
"Terserah kamu. Yang penting jangan tuan"
"Abang bagaimana?" tanya ku
"Abang?" tanya tuan Devan. Aku pun mengangguk tanda jawaban ku
"Ayo Bang kita turun" ajak ku
"Iya sayang sebentar, Abang minggirkan dulu mobilnya"
.......
"Ayahhh...." Teriak ibu yang tengah menjemur padi
"Iya bu ada apa teriak-teriak?" Jawab ayah dengan teriakan
"Ini yah ada mobil berhenti di halam rumah kita" teriak ibu hebo
"Biarkan saja bu, mungkin cuma numpang berhenti sebentar saja" Jawab ayah yang masih setia memainkan burung peliharaannya
"Ayah mah ke sini dulu" panggil ibu. Ayah pun mendatangi ibu
"Iya bu, biarkan saja" Jawab ayah tanpa melihat.
"Ayah.... Coba ayah lihat. Bagaimana ibu bisa jemur padi? Kalau mobil itu berhenti di depan rumah kita. Menganggu saja" Omel ibu
"Ya ibu tenang dulu, nanti kita bicarakan sama pemilik mobil itu" Ayah menenangkan ibu, karena ibu sudah mendekati mobil tuan Devan membawa gagang sapu untuk memukul mobil tuan Devan
"Bagaimana ibu bisa tenang!! Kalau ibu tidak bisa menjemur padi. Gara-gara ini mobil" ibu memukul ban belakang mobil tuan Devan
"Ibu ada apa?" tanya Sandi baru tiba
"Ini mobil menggangu ibu saja" Omel ibu sambil memukul-mukul belakang ban mobil tuan Devan
"Ibu....... " Teriak ayah
"Ada apa ayah teriak-teriak? Ibu tidak budek" omel ibu
"Itu. ." tunjuk ayah gugup
"Itu apaan" ucap ibu emosi. Ibu terdiam ketika melihat aku bersama tuan Devan mendekatinya, kami sengaja memakai masker agar mereka tidak mengetahui itu aku bersama tuan Devan
"Permisi pak, apa benar ini rumah pak ibrahim?" tanya tuan Devan
"Iya benar. Mau cari siapa ya pak?" tanya ayah.
"Boleh kah kami masuk" ucap ku, jujur aku sudah tidak tahan rasanya ingin memeluk ibu dan ayah.
"Tunggu sepertinya aku mengenal suara kakak ini" ucap Sandi adek ku
"Sok tahu kamu dek" omel ibu.
"Aku tidak salah bu, itu ayuk Sanas" teriak Sandi
"Mana mungkin Ayuk. pasti kalau ia mau pulang nelfon ibu atau ayah dulu" ucap ibu
"Coba bukak maskernya" ucap Sandi sambil menarik masker ku
"Sandi ibu tidak pernah mengajar mu lancang dengan orang lain.." Marah ibu
"Maaf bu" ucap Sandi, aku sudah tidak tahan lagi melihat keluarga ku. Aku pun langsung memeluk Sandi yang tengah menunduk karena di marah ibu.
"Ayukk..." Teriak Sandi
"Iya dek ini ayuk. Ayuk kangenn" ucap ku
"Sanass..." teriak mama, langsung memeluk ku yang di susul oleh ayah. Sedangkan tuan Devan tersenyum melihat keluarga ku
"Maaf nak Devan. Kami memang seperti ini kalau sudah lama tidak bertemu" ucap ayah
"Biasa saja yah" ucap Tuan Devan lalu menyalami ayah, lalu menyalami ibu
"Ayo masuk" ajak ibu.
"Bagaimana ke adaan ibu? " tanya Ku
"Ibu baik-baik saja yuk. Memang ibu kenapa?"
"Bukannya kemaren ibu sakit? Sudah tiga hari tidak bangun?"
"Ibu tidak pernah sakit. Siapa yang bilang ibu sakit? Jangan bilang Sandi" tebak ibu langsung melototi Sandi
"Iya bu, kemaren siang Sandi nelfon. Nangis-nangis katanya ibu sudah tiga hari tidak bangaun-bangun"
"Dasar anak nakal" ibu menjewer kuping Sandi.
"Bu, ampun bu ampun" Mohon Sandi, bukannya ibu menghentikan justru ibu semakin kencang menjewer kuping Sandi
"Rasain, mangkanya jangan suka bohong. Apa lagi sampai menyumpah ibu sakit" omel ayah
"Maaf. Habisnya adek rindu sekali sama ayuk Sanas. Jadi, adek bohong saja agar ayuk Sanas pulang "mohon Sandi
"Ingat jangan di ulangi lagi" ucap ibu
"Iya bu"
"Kalian juga kenapa tidak bilang-bilang kalau mau pulang. Biar ibu masak dulu, sekarang makan apa adanya saja. Ibu belum ke pasar"
"Iya bu, ayuk cuma rindu sambal terasi ibu"
"Iya nanti ibu buatin, sekarang kalian istirahat dulu. Pasti kalian capek"
"Baik bu"Aku bersama tuan Devan pun istrahat sejenak menghilangkan rasa lelah.
bersambung...
Terimakasih yang sudah membaca cerita author. Jangan lupa tinggalkan jejak, dengan cara like, komen, dan vote
Terimakasih
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
[💝¹³_ALi💫¹⁶JaFar²⁰*💝
semangat semangat semangat
2021-09-16
1
sella surya amanda
lanjut kak
2021-06-27
1