Hari terus berganti, tanpa ku sadari pernikahan ku dengan tuan Devan telah memasuki 1 bulan. Tetapi, tidak ada ke majuan sama sekali hubungan ku dengan Tuan Devan, justru lebih menyakitkan. Tuan Devan selalu pulang larut malam, terkadang juga tidak pulang. Aku hanya bisa berdo'a ke pada sang ilahi semoga suatu hari nanti kebahagian akan berpihak pada ku.
"Ting...Tong...." bunyi bel
"Siapa??" ucap ku sambil membuka kenop pintu.
"Ceklek" pintu ku pun terbuka.
"Tuan Revan" ucap ku dengan senyum mengembang,
"Nona bersiaplah" perintah seketaris Revan dingin sedingin es batu.
"Mau ke mana tuan?" tanya ku.
"Jangan banyak tanya nona, bersiaplah waktu kita tidak banyak"
Ya tuhan kuatkan lah aku berhadapan dengan manusia patung seperti ini
"Nona bersiaplah waktu anda hanya 5 menit. Nona ambil ini anda harus memakainya karena itu perintah tuan Devan."
"Heyyy,,, tuan Revan terhormat. Mana mungkin aku bisa bersiap dengan waktu 5 menit!!"
"Aku tidak peduli" ucap seketaris Revan acuh tak acuh. Rasanya ingin ku sumpal dengan cabe setan mulut pedas seketaris Revan itu agar semakin pedas
Aku seperti di kejar setan tidak berkepala saja, di buat oleh seketaris Revan. Satu menit sekali ia berteriak-teriak tidak jelas.
"Nona.. waktu anda hanya tinggal satu menit" teriak seketaris Revan
"Hai tuan... aku bukan robot yang bisa cepat-cepat, tangan ku cuma dua" omel ku, sedangkan seketaris Revan menjawab dengan jawaban menyakitkan"
"Bukan urusan ku!" ucap seketaris Revan
Tidak menggunakan waktu lama, aku pun siap dengan penampilan sederhana ku. Aku memakai pakaian yang di berikan seketaris Revan.
"Tuan, apa bajunya tidak ada model lain?"tanya ku, aku sangat risih menggunakan baju itu, karena buju itu terlalu sexsi buat ku. Aku tidak terbiasa memakai baju yang kurang bahan.
"Maaf nona, itu pilihan suami nona" ucap seketaris Revan. Rasanya ingin ku ketawa sekencang mungkin mendengar ucapan seketaris Revan itu.
"Mari nona" Aku pun mengikuti langkah kaki seketaris Revan. Seketaris Revan pun mengemudi mobil dengan kecepatan sedang.
"Tuan anda mau membawa ku ke mana,?" Rengek ku sebelum seketaris Rian menjawab pertanyaan ku
"Nona, apa kau tidak bisa diam??" Ucap seketaris Revan sambil melirik ku.
"Apa susahnya anda menjawab tuan!!" seketaris Revan tak menjawab, justru ia menghentikan mobilnya. Seketaris Revan turun dari mobil setelah itu membuka pintu untuk ku.
Aku pun mengikuti langkah kaki seketaris Revan, walaupun sedikit berlari kerena langkah kaki seketaris Revan sangat panjang. Aku terkejut di mana di sana Tuan Devan sudah menunggu ku dengan pakain senada dengan ku.
Ya tuhan begitu sempurna ciptaan mu. batin ku melihat ke tampanan Tuan Devan.
Aku kaget ketika tuan Devan menggandeng tangan ku.
"Jangan salah sangka kamu, aku melakukan ini hanya terpaksa" Bisik tuan Devan dengan ku, ya aku sudah tahu tuan tidak perlu di ucapkan, rasannya ingin ku jawab seperti itu tapi apalah aku tidak ada keberanian.
Aku bersama tuan Devan memasuki sebuah gedung mewah, di mana di sana banyak para tamu-tamu berkelas sepertinya. Kalau boleh jujur mendingan aku jadi tukang cuci piring dari pada menghadapi orang-orang yang ada di sini.
"Selamat malam tuan Devan senang bisa berjumpa dengan tuan " ucap salah satu yang ada di sana, sedangkan aku hanya diam. Aku tidak mengerti bagaimana cara orang kaya bergaul.
"Selamat malam" jawab Tuan Devan
"Wanita anda sangat cantik tuan Devan."Puji laki-laki itu sambil melirik ku.
"Hai nona.. Perkenalkan aku Gibran" ucap laki-laki itu sambil menyulurkan tangannya
"Hai,, Sanas" ucap ku menerima uluran tangan laki-laki itu, tidak lupa aku tersenyum semanis mungkin yang mengalahkan manis madu.
"Senang bisa berkenalan dengan nona" ucap laki-laki itu,
"Terimakasih" jawab ku
"Sudah selesai!" ucap tuan Devan sambil mentap ku dingin. Aku tidak menjawab, karena aku sudah takut duluan melihat tatapan tuan Devan.
"Hahahah.. tidak ku sangka seorang tuan Devan bisa posesif seperti ini" ledek Gibran
"Maaf tuan Gibran, kami pamit dulu" ucap tuan Devan sambil menggenggam tangan ku sangat erat
"Tuan bisa di longgarkan sedikit" ucap ku
"Itu rasannya jika kamu suka curi-curi pandang dengan laki-laki lain" Aku diam tidak mengerti apa yang di makud dengan tuan Devan curi-curi pandang, apa salah jika orang lain mengajak kita berkenalan.
"Mama" ucap ku, ketika melihat mama mertua menghampiri ku
"Anak mama cantik seklali" puji mama mertua ku
"Mama lebih cantik" jawab ku, aku sedikit tenang ketika bersama mama mertua ku, setidaknya aku ada teman bercakap.
"Oh iya sayang sudah ada tanda-tanda belum?" tanya mama mertua ku
"Tanda apa ma??" tanya ku pura-pura tidak tahu apa maksud mama mertua ku
"Tanda-tanda kehamilan"
Bagaimana aku bisa hamil ma, jika anak mama elergi menyentuh tubuh ku
"belum ma"
"Kalian harus lebih giat lagi" ucap mama
"Iya ma" jawab ku
"Jeng itu siapa? anak mu ya" tanya ibu-ibu paruh baya
"Hahaha.. ini menantu ku. Cantikkan" bangga mertua ku
"Menantu?? kecewa aku jeng"ucap ibu itu
"Lo kenapa kamu yang ke cewa jeng?" tanya mama mertua ku
"Aku kira anak mu jeng, ingin ku jodohkan dengan putra ku" Aku terkejut mendengarkan ucapan ibu itu. Sedangkan mama mertua ku tersenyum masam menanggapi ucapan ibu itu.
"Ma..." panggil tuan Devan baru tiba
"Iya Dev"
"Kami duluan ma," pamit tuan Devan sambil menggandeng tangan ku.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
[💝¹³_ALi💫¹⁶JaFar²⁰*💝
💖💖💖💖
2021-09-06
0
Dewi Dewi Ahmat
ih dsar si devan mntng2 ceo gya dn skp nya itu trllu smbng,,
2021-08-04
1
Riris Hutapea
ceritamu bagus thorrr 👍👍👍
2021-05-30
1