Jangan lupa mampir ke sini ya kak
" Menikahi Anak Majikan"
Suara kicuan burung yang membuat hening di pagi itu serasa kesujukan. Matahari yang malu-malu untuk menyapa sang fajar. Dan banyak aktifitas yang di lakukan setiap makluk hidup di pagi itu. Tetapi, tidak dengan ku. Aku masih setia di atas ranjang tuan Devan yang tengah menahan rasa sakit, karena ulah tuan Devan. Pelan-pelan ku buka bola mata ku, yang terasa lengket. Karena terlalu banyak mengeluarkan cairan bening. Ku lirik dengan menggunakan bola mataku mencari keberadaan tuan Devan. Tetapi, tidak ada bayang-bayangan ke beradaan tuan Devan. Dengan rasa sedikit perih ku langkahkan kaki ku menuju kamar mandi, untuk membersihkan tubuhku yang terasa lengket. Betapa terkejutnya aku, melihat tubuh ku yang di penuhi tanda ke pemilikan tuan Devan. Setelah selesai dengan ritual mandi memandi ku, aku melaksanakan shalat subuh. Ya, hari ini aku shalat terlamabat. Yang sudah menunjukkan pukul 6 pagi. Setelah selesai shalat, aku melangkahkan kaki ku menuju dapur. Untuk menyiapkan serapan tuan Devan. Belum tiba di dapur, aku sudah di serang dengan bau yang sangat menyedapkan, hingga membuat ternak ku di dalam perut hebo. Ketika ku tiba di meja makan. Di mana di sana sudah tersaji beberapa menu makanan, membuat ku tergiyur ingin mencicipinya. Siapa yang masak? Pikir ku, apa mungkin tuan Devan? Itu tidak mungkin.
"Ke napa di lihat saja? ayo makan" ajak seseorang yang sangat aku kenali suaranya
"Tuan.. Apa kau yang memasak ini semua?" tanya ku
"Sepertinya" jawab tuan Devan singkat, sambil mengangkat ke dua bahunya. Tuan Devan menyiapkan piring untuk kami berdua, setelah itu tuan Devan meletak beberapa ke dalam piring. Sedangkan aku hanya bisa melongok melihat tuan Devan, yang sangat pandai menyiapkan itu semua.
"Sayang ayo makan" panggil tuan Devan, aku masih tidak bergiming ketika tuan Devan memanggil ku. Karena aku masih ragu-ragu, apa aku yang di panggil atau ada orang lain?
"Sayang ayo makan, aku sudah menyiapkan semuannya untuk mu. Untuk istri ku tercinta" ucap tuan Devan sambil memapah ku menuju ke meja makan.
"Terimakasih" ucap ku merasa malu di perlakukan seperti ini.
"Ya tuhan, apa aku sedang bermimpi. Jika, aku bermimpi jangan bangunkan aku dari tidur panjang ku" do'a ku
"Sayang ke napa kamu melamun? habiskan nasinya" perintah tuan Devan, tidak lupa ia memeberi ku senyuman termanisnya hingga membuat ku sudah merasa kenyang.
"Terimaksih tuan. Oh iya tuan, apa kau tidak ke kantor hari ini?" tanya ku
"Kenapa?" tanya tuan Devan
"Tidak tuan, aku hanya ingin meminta izin dengan mu" ucap ku takut-takut
"Kamu mau meminta izin apa?" tanya tuan Devan lembut
"Apa boleh aku bekerja di luar sana?"
"Ehemmm " tuan Devan hanya menjawab hem. Membuat ku tak tahu apa jawabannya.
"Boleh ya tuan??"
"Apa uang yang saya beri itu Kurang? Sehingga kamu ingin bekerja di luar sana. Kerjaan apa yang bisa kamu kerjakan?"
" Tidak tuan, uang yang tuan beri itu sangat banyak bagi ku. Jaga toko tuan " jawabku tanpa melihat ke arah tuan Devan.
"Terus ke napa kamu ingin bekerja?" tanya tuan Devan
"Aku hanya menyiapkan untuk diri ku tuan, di mana kala waktu itu akan tiba. Aku sudah mempunyai pekerjaan, yang bisa menyambung kehidupanku nanti. Dan aku tidak akan merepotkan tuan beserta kedua kelurga kita" ucap ku getir, aku hanya bisa menunduk tanpa melihat ke tuan Devan. Sedangkan tuan Devan tidak menjawab ucapan ku. Justru ia langsung memeluk tubuh ku
"Kamu jangan pernah berfikir kalau aku akan meninggalkan mu. Mulai sekarang kamu milik ku seutuhnya" ucap tuan Devan sambil memegang ke dua pipi ku.
"Tapi tuan, bagaimana dengan" belum sempat aku melanjutkan ucapan ku, langsung di potong begitu saja dengan tuan Devan
"Kamu tidak perlu mikir yang macam-macam" ucap tuan Devan membawa ku ke dalam pelukannya. Bagaimana aku tidak memikir yang macam-macam tuan? Aku saja tidak tahu apa tuan mencintaiku atau tidak?. Yang aku tahu tuan hanya mencintai mbak Via.
"Ke napa menangis?" tanya tuan Devan
"Aku hanya bahagia" ucap ku berbohong.
"Teryata istri ku gadis yang cengeng" ledek tuan Devan
"Apaan si tuan" ucap ku malu-malu.
"Ya sudah kalau gitu, aku berangkat kerja dulu Jaga diri baik-baik sayang. Jangan sampai kelehan, karena nanti malam kita akan bertempur" goda tuan Devan
"Apaan si tuan. Ya, sudah hati-hati tuan" ucap ku sambil menyalami tangan tuan Devan, sedangkan tuan Devan mengecup kening ku dengan lembut.
"Bay...bay...bay sayang" ucap tuan Devan pergi meninggalkan ku.
Termaksih yang sudah setia membaca karya author. ingat jangan lupa tinggalkan jejak, dengan cara. like, komen dan vote. Agar author lebih bersemangat lagi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Wiek Soen
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 gara2 cemburu membuat Devan bucin
2021-08-05
1
Merry Dara Santika
Bertempur kaya mau perang aja thour. 😁😁
2021-07-04
0
Merry Dara Santika
Bertempur kaya mau perang aja thour. 😁😁
2021-07-04
0