Hari yang paling di nanti-nanti setiap insan, tetapi tidak untuk ku. Di mana hari ini aku akan melepaskan masa lajang ku dengan laki-laki yang tidak ku kenal sama sekali. Aku sudah di rias layaknya seperti ratu, aku menggunakan gaun berwarna biru muda dengan belahan dada sedikit terbuka hingga membuat ku merasa risih. Ku tatap diriku di pantulan cermin, tanpa di sengaja cairan bening membasahi pipi ku yang sudah di rias. Suara ketukan pintu membuat lamunan ku buyar.
"Tok..tok.." ketukan pintu
"Masuk" ucap ku
"Sanas" panggil orang itu. Suara itu tidak asing bagi ku bisa di katakan aku sangat mengenal suara itu. Ku belokkan tubuh ku melihat siapa yang datang, dalam hati ku memohon semoga yang aku fikirkan benar.
"Ibu...."teriak ku, aku pun langsung menghampiri ibu.
"Iya nak ini ibu" ucap ibu ku, aku tidak yakin jika itu ibu, aku takut aku hanya beralusinasi hingga akhirnya kutampar-tamparkan muka ku.
"Aww.. sakit" ucap ku, aku tersadar bahwa aku tidak beralusinasi teryata itu benar ibu. Tanpa ada aba-aba aku langsung memeluk ibu.
"Hiks,,,hikk,,, maafin ayuk bu, ayuk tidak bisa menjadi kebanggan ibu dan ayah. Ayuk(mbak) sudah mengecewakan ayah dan ibu" ucap ku dengan isak tangis di dalam pelukan ibu
"Sudah nak jangan menangis, ibu dan ayah selalu bangga dengan ayuk. Ayah dan ibu tidak merasa di kecewakan." ucap ibu ku sambil mengusap lembut tetesan air mata di pipih ku.
"Hkkss,,hikss,, andaikan saja ayuk medengarkan ayah. Mungkin ayuk tidak akan merasakan ini. Ayuk merasa bersalah dengan ayah" aku masih setia dengan tangis ku.
"Itu semua sudah takdir nak, kamu tidak bersalah"
"Hikss,,hiks,,Ibu maafin Sanas belum bisa membahagiakan ibu dan ayah"
"Nak dengar kan ibu baik-baik, kita boleh merencanakan sesuatu, tapi kita tidak bisa memaksa kehendak kita. Percayalah nak takdir tuhan itu lebih baik dari pada keinginan kita" nasehat ibu, ibu menatap ku sambil mengusap ku dengan lembut.
"Hikss,,,hikkkksss iya bu" ucap ku.
"Bu, di mana ayah dan adek??" tanya ku
"Ayah di depan mengobrol dengan calon suami mu"
Apa yang di obrolkan ayah dengan om itu. Jangan sampai ia membentak ayah, cukup aku saja yang ia marah atau pun membentak jangan sampai ayah dan ibu ku. batin ku sambil berdo'a
"Sayang ke napa melamun??" tanya ibu
"Tidak bu, ayuk senang di hari pernikahan ayuk Ibu dan ayah datang. Tadinya ayuk berfikir ayah dan ibu tidak akan menghadirinya" ucap ku berbohong
"Tentu sayang kamu adalah putri kami"
"Ayo kita keluar! Mereka semua sudah menunggu" Aku di gandeng dengan ibu ku menuju ruangan yang mana tempat akad nikah ku nanti. Aku mengikuti langkah kaki ibu, ibu memintak ku duduk di sebelah calon suami ku. Aku pun mengikuti perintah ibu, aku tidak tahu perasaan apa yang ku rasakan saat ini. Ku lirik calon suami ku yang tengah berjabat dengan ayah ku, untuk mengucapkan janji suci.
..."Saya terima nikah dan kawinya Sanas larasati binti ibrahim dengan maskawin tersebut di bayar tunai" ucap Devan dengan satu tarikan nafas...
"Sah"
"Sah" ucap para saksi. Setelah selesai ijab kabul aku pun menyalami kak Devan, sedangkan kak Devan mengecup kening ku dengan lembut. Ketika kak Devan mengecup kening ku, aku tidak tahu dengan jantung ku kenapa ia berdetak sangat kencang. Apa mungkin aku terkena serangan jantung.
Acara demi acara pun berjalan dengan lancar hingga selesai. Setelah selesai acara, ibu dan ayah mendekati ku, sepertinya mereka akan pulang.
"Sanas" panggil ayah ku
"Iya yah" jawab ku sambil memeluk ayah
"Sekarang kamu sudah menjadi seorang istri, patuhi suami mu seperti kamu mematuhi kedua orang tua mu nak."
"Iya ayah, Sanas mengerti"
"Nak, kami pulang dulu. Jaga diri mu baik-baik, kami semua akan merindukan mu" ucap ibu ku sambil memeluk ku sangat erat, rasanya pelukan itu tak ingin ku lepaskan.
"Nak Devan, ayah titip Sanas dengan mu. Jagalah dia seperti ayah menjaganya. Jika kamu tidak menginginkannya lagi, pulangkan ia dengan kami secara baik-baik"' ucap ayah ku
"Iya ayah, Devan bakal jagain Sanas" janji kak Devan.
Kak Devan begitu lembut dengan keluarga ku, hingga tidak ada yang tahu bagaimana kak Devan sebenarnya. Aku bersyukur karena ke dua orang tua ku tidak tahu bahwa pernikahan ku hanya sebatas kertas putih yang bertanda tangan. Setelah kepulangan orang tua ku yang di susul dengan mertua ku. sekarang hanya tinggal aku bersama kak Devan. Kak Devan mendekati ku menanyakan amplop berwarna coklat yang pernah ia berikan pada ku, di mna dua hari sebelum pernikahan kami di adakan.
Flashbcak on..
Aku mendapat pesan whatsap yang tidak ku kenal, ia meminta ku bersiap setelah itu akan ada yang menjemputku. Aku tidak membalas pesan itu dan akhirnya ia mengirim kan lagi mengatakan jika ia Devano. Hingga membuat ku terkejut, dengan cepat aku menggantikan pakaian ku. Tidak lama setelah itu, jemputan ku pun tiba.
"Selamat siang, saya di perintahkan untuk menjemput mu nona" ucap laki-laki itu, yang tidak kala menyeramkan seperti kak Devan.
"Eh iya kak, Aku Sanas" ucap ku ramah,
"Baik lah nona, ayo berangkat"
"Hai,, aku bukan Nona!! Aku Sanas" Ucap ku sedikit teriak, sedangkan laki-laki itu tidak memperdulikan perkataan ku.
"Dasar manusia es," ucap ku dalam hati
Tidak menggunakan waktu lama aku pun tiba di sebuah kafe, aku seperti orang bodoh celangak celenguk melihat tempat yang ku datangi. Aku seperti mimpi yang selama ini hanya ku lihat di Tv dan sekarang aku bisa melihat dengan nyata.
"Hai,, nona apa kau tidak pernah melihat gedung seperti ini? Kau sangat norak nona" ucap salah satu pengunjung kafe
"Diam mulut kalian atau tidak akan saya robek." bentak laki-laki yang menjemput ku tadih.
"Maaf Tuan"
Laki-laki itu pun membawa ku ke sebuah ruangan khusus, sepertinya sudah ia boking. Aku terkejut di mana di sana ada kak Devan yang tengah memainkan ponselnya.
"Tuan" panggil laki-laki itu
"Berikan padanya" perintah kak Devan. Laki-laki itu pun memberi ku sebuah amplop berwarna coklat
"Ini apa kak?" tanya ku dengan laki-laki itu
"Surat perjanjian. Silahkan nona baca setelah itu tanda tangan" perintah laki-laki itu dengan tatapan tajam. Pelan-pelan ku buka amplop itu betapa terkejutnya aku membaca isinya. Yang mana di sana tertulis pernikahan di atas kertas.
Flasbachk of...
"Di mana amplop itu?" tanya kak Devan dingin sedingin es batu
"Ada kak" jawab ku.
"Bawa ke sini, jangan lupa di tanda tangani"
"Iya kak" jawab ku. Aku pun memberi amplop itu dengan kak Devan. Setelah itu kak Devan pergi meninggalkan ku.
Tuhan. dosah kah aku yang sudah berani memainkan sebuah pernikahan
Bersambung......
,
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 88 Episodes
Comments
Dimas Prayuga
lanjut... sepertinya seru...
2022-03-25
1
[💝¹³_ALi💫¹⁶JaFar²⁰*💝
🌹🌹🌹
2021-09-06
1
Haslinda Indah
👍👍
2021-08-20
1