Hari semakin temaram. Dimana adzan Maghrib mulai berkumandang, memanggil para jamaah masjid untuk segera mendatangi rumah peribadahan milik umat Islam tersebut.
Atau mungkin memanggil mereka untuk menghadap Tuhannya, dengan melakukan sholat walaupun hanya di rumah masing-masing.
Vanesa Melepaskan celemek yang ia kenakan setelah rampung mengolah makanan.
Dia sedikit menoleh ke ruang tengah, dimana terlihat gadis kecilnya tengah asik menonton acara televisi. Dengan mainan yang belum ia buka sama sekali.
Benar... Qila masih mempertahankan itu sampai sang ayah melihatnya membuka itu dari telfon vidionya.
Nesa pun kembali mencoba menghubungi Adam. Kali ini nyambung namun tidak di angkat.
"Ck... Kenapa sih mas? Kamu sedang apa? Apa semarah itu, Sampai seharian ini kamu tidak menelepon ku?" Gerutu Nesa.
Dan baru saja telfon itu hendak dia letakkan di atas meja makan, telfon pun berdering.
"Ya ampun... Akhirnya dia menelepon juga." Seperti rasa bahagia yang melebihi apapun, Nesa segera menerima panggilan telepon dari suaminya. "Assalamualaikum mas Adam..."
"Walaikumsalam sayang... Maaf ya, aku ketiduran." Suara Adam beneran terdengar serak.
"Iya... Iya mas. Tidak apa-apa. Aku pikir kamu marah."
Adam yang di sebrang tersenyum. "Marah, kenapa memangnya?" Menguap sejenak. "Nggak kok, istri ku."
"Huhuhu kangen mas Adam."
Adam hanya tersenyum kecut, entah mengapa kata-kata rindu itu seperti biasa saja baginya sekarang. "Mas Juga." Jawabnya singkat, "Nesa, aku belum solat. Aku mau solat dulu nanti habis magrib ku telfon lagi ya."
"Iya mas... Aku juga belum solat, habis masak."
"Oh gitu...? Ya sudah, solat dulu yuk. Nanti sambung lagi."
"Mas tidak ingin?" Tut... Tut... Tut... "Yah kok di matikan? Biasanya kalau aku bilang habis masak atau sedang masak dia pasti tanya aku masak apa? Hmmm mungkin dia sangat lelah sekali. Ya sudah lah kalau begitu." Nesa meletakkan ponsel, lalu berjalan menuju ruangan khusus untuk sholat di rumah itu. Menjalankan tiga rakaat, dan setelahnya berdoa. Memohon perlindungan pada Sang Maha Pencipta, untuk keluarga kecilnya itu.
Hingga Bulir bening tiba-tiba menetes dari netranya.
Ada perasaan mendadak sedih, mungkin karena rasa rindunya kepada sang suami membuat dia menginginkan kepulangan suaminya itu.
Hingga dia pun menghela nafas. Beranjak dari alas sujudnya, keluar. karena Qila sudah berseru memanggil dirinya.
Beberapa menit berselang, saat Nesa tengah menyuapi anak perempuannya itu, ponselnya kembali berdering... Mas Adam menghubunginya menggunakan panggilan Vidio.
"Ayah telfon, sayang." Ucap Nesa sembari meletakkan piring di tangannya. Dia pun beralih mengambil ponselnya, sementara Qila segera berlari meraih mainannya itu.
Panggilan video terbuka, wajah Adam yang tampan itu terlihat tengah menyunggingkan senyum ke arah Vanesa dan Aqila yang sudah duduk di sebelah sang ibu..
"Mas Adam." Gumam Vanesa, membalas senyum Adam.
"Assalamualaikum... Sedang apa ibu, sama Aqila?" Tanya Adam, dia terlihat habis mandi dengan rambutnya yang basah itu tengah di kibas-kibaskan kebelakang.
"Menonton televisi sembari makan, yah." Jawab Qila riang. Dia sudah memeluk mainannya.
"Waaahhh, makan apa tuh? Ayah tidak di kasih?"
"Makan pakai sayur, tapi Qila makan sosis sama bassonya saja. Sayur hijaunya buat ibu."
"Hahaha..." Nesa mencium pipi Qila gemas.
"Enak itu, sayurnya juga di makan dong sayang. Biar kamu cepat besar."
"Hehehe. Tapi Qila sudah besar yah... Oh, Ayah... Ayah?"
"Iya nak?" Adam terkekeh melihat tingkah aktif Aqila.
"Qila punya ini dong... Bagus tidak?"
"Apa itu sayang?"
"Mainan, yang di rendam air terus keluar boneka...." Dengan semangat anak itu kembali turun, meletakkan mainannya di atas meja lalu membuka bungkusan tersebut dengan semangat.
Segera lah Nesa mengalihkan kameranya, menghadap ke arah Qila, yang sedang membuka paksa bungkusannya.
"Waduh... Waduh... Hati-hati." Ucap Adam geleng-geleng kepala.
"Liatin ya ayah... Ini, mobilnya bagus kan ayah? Ini bisa di buat rumah Boneka."
"Waaahhh..." Adam merespon membuat Qila semakin bersemangat. "Itu mainnya bagaimana sayang? Besok kalau ayah pulang, boleh pinjam kan?"
"Boleh... Kita main sama-sama ya Ayah. Sama ibu juga." Ucap gadis kecil itu, yang masih sibuk membuka-buka mainan tersebut.
"Hehe..." Adam terkekeh.
'mendadak rindu teramat kepada mu, mas Adam.' batin Nesa yang masih mengamati wajah berseri sang suami yang sangat ia rindukan.
Namun karena Qila masih asik mengobrol makan dia pun mengalah nanti saja.
Hingga satu jam berlalu, Adam pun berpamitan untuk makan malam. Dan akan menyambung telfon pribadinya nanti lagi bersama Nesa.
Karena Nesa pun hendak ke rumah orang tua Adam, menjenguk sang ayah dan ibu mertuanya, dia pun mengiyakan.
.
.
.
Tepat selepas isya, mobil yang di kendarai Vanesa berhenti di depan rumah mertuanya. Dia datang membawakan buah untuk keluarga dari sang suami itu.
"Assalamualaikum, ibu." Nesa meraih tangan kanan sang ibu mertua, serta mengecupnya lembut punggung tangan itu.
"Walaikumsalam... Masuk yuk. Ya ampun, nginep ya malam ini?" Ucap sang ibu mertua.
"Wah maaf Bu, nggak janji juga. Soalnya besok Nesa harus berangkat pagi." Keduanya masuk kedalam rumah yang tidak mewah namun lumayan elegan.
"Loh, kok gitu sih... Memang kamu masih kerja ya?" Tanya sang ibu mertua.
"Iya Bu... Malah Nesa sedang kuliah lagi."
"Kuliah? Lalu Qila?" Tanyanya dengan kening berkerut.
"Sama ibunya Nesa Bu." Jawab Nesa yang sudah duduk bersimpuh di lantai menghampiri ayah mertuanya yang sedang duduk di atas kasur busa di ruangan televisi. "Bagaimana kabarnya pak?" Tanya Nesa.
"Baik, tadi juga habis kontrol." Tersenyum ramah, bapak mertuanya memang jarang bicara namun dia baik hati. Nesa pun tersenyum lalu beranjak dan mendekati lagi ibu mertuanya yang tengah duduk di sofa. Sementara Qila asik bermain dengan kakeknya, menunjukkan mainan baru miliknya itu.
"Nes... Kamu perhatikan tidak sih Qila? tambah kurus loh, dia. Kenapa kamu tidak coba berhenti saja sih?" Tanya ibu mertuanya.
"Emmm, itu?"
"Jangan terlalu memikirkan karier lah... Seharusnya kan Adam saja sudah cukup untuk menghidupi kalian."
"Iya sih Bu... Cuman, ada untungnya juga Nesa bekerja. Setidaknya membuang jenuh, karena di tinggal kerja mas Adam kan?"
"Ditinggal kerja kan untuk kamu dan Aqila juga kan?" Potong sang ibu mertua, sementara Nesa hanya diam saja sembari tersenyum kecut.
"Lagi pula, Qila sudah mau sekolah... Kamu sebagai ibunya harus bisa lebih meluangkan waktu lagi untuknya." Ucap sang ibu mertua pada Nesa yang masih diam saja dengan senyum canggungnya. Dia tidak bisa menjawab apapun, karena sikap ibu mertuanya memang seperti itu. Bukan berarti beliau tidak suka, namun terlalu gampang melontarkan kata-kata. Yang kadang tidak di filter lebih dulu.
"Qila–" panggil sang nenek. Gadis kecil itu pun menoleh. "Qila bobo di sini sama nenek ya?"
'duh... Ibu' batin Nesa, yang sudah apa sekali anak itu mana mungkin bisa nolak.
"Qila mau bobo di sini ya, Bu." Pinta Qila.
"Tapi ibu tidak bawa baju ganti sayang, besok saja ya malam Minggu."
"Anak mau nginap di sini ya biarkan lah Nesa. Lagian baju kamu masih ada kok di lemari kamar mu dan Adam." Ucap sang ibu mertua.
"Tapi Bu?"
"Kamu tuh jarang sekali, dan bahkan hampir tidak pernah loh nginep di sini kalau tidak ada Adam."
"Ya itu karena...?"
"Karena apa? Sudah pokoknya sekali-kali ini. Kalian nginap di sini ya."
'ya ampun... Besok aku meeting pagi, nggak akan keburu. Tapi bagaimana cara nolaknya ya?' batin Nesa yang masih diam saja. Hal yang wajar kan jika kita sebagai menantu, paling sulit menolak permintaan mertua.
Akhirnya mau tidak mau, Nesa menurut. Dia tidur di rumah orang tua Adam, dan pulang selepas subuh esok hari.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
adning iza
wanita karir ataupun ibu rumh tangga klo dasary suamiy ngga neko² ya ttp akur wlau badai mnerpa ngga akn ngasih msuk tuh si badai
2023-11-03
0
istri gong ou
jempol buat nesa wanita harus mandiri...kalaupun nanti pisah kan masih punya kerjaan
2022-05-07
0
Ina Wahyuni Nidzar
kasian nesa, kasih pengganti adam yang lebih setia dan perhatian sama nesa
2022-04-12
0