Warning...!!!
Di bawah ada bacaan 21+ bisa skip bagi yang nggak nyaman. walaupun nggak terlalu vulgar.
selamat membaca. 😊😊
.
.
.
Malam yang begitu sunyi di temani suara jangkrik dan serangga malam yang lainnya. Adam baru saja pulang dari rumah orang tua Nesa, setelah pagi tadi berlibur ke salah satu tempat wisata. Yang terletak tidak terlalu jauh.
Sebelum besok laki-laki berusia tiga puluh dua tahun itu kembali terbang ke pulau sebrang, demi melaksanakan tugasnya.
Mobil Adam berhenti di depan rumah, dengan deru mesin terakhir sebelum di matikan. Dia menoleh dan mengusap kepala Nesa dengan lembut.
Sementara sang istri hanya tersenyum, adapun Adam langsung membalas itu sebelum menoleh kebelakang. Tempat puterinya yang Bernama Aqila sedang tertidur pulas di cabin tengah.
"Anak itu lelah sekali, sepertinya," kata Adam masih dalam posisi menoleh kebelakang.
"Jelas dia lelah, Mas. Saat di sana, dia banyak berlarian ke sana - ke mari." Nesa menanggapi, yang di timpali tawa gemas suaminya pada puteri semata wayang mereka. "Dia nampak bahagia sekali. Bisa berwisata bersama ayahnya. Mungkin, Aqila ingin memuaskan waktu bersama Ayahnya yang besok akan berangkat."
Nesa memajukan bibirnya, mendadak Dia sendiri pula jadi lesu. Sebenarnya satu bulan suaminya di rumah itu tidaklah cukup, sehingga rasa ikhlas ketika suaminya akan pergi kerja pun berkurang.
"kenapa pula ini?" tanya Adam sambil menarik hidung Nesa. Wanita cantik itu gegas memeluk lengan kekar suaminya. Serta menyandarkan kepalanya di bahu.
"Mas! Rasanya aku tuh ingin. Mas, kerja di pulau Jawa saja. Biar nggak makan waktu berbulan-bulan buat kita bertemu."
Adam tersenyum. "Memang kamu pikir. Mas tidak pernah menginginkan kerja yang dekat, apa? Mas itu juga pengenya membersamai kalian. Namun mau bagaimana lagi, ini sudah jalan kita. Lagi pula bisa kerja di tempat itu susah, loh. seharusnya kita bersyukur." Mengecup kening Nesa, sambil tangannya melepaskan seat belt nya.
"Turun dulu yuk, nanti sambung obrolan kita di kamar," ajak Adam, seraya keluar dari dalam mobilnya.
Entah mengapa Nesa merasa berat sekali Melepaskan suaminya saat ini, tak sepeti biasanya. Mungkin karena lokasi yang semakin jauh dari kota, serta tempat yang sedikit terpencil. Belum lagi suaminya akan lebih lama untuk kembali, tidak seperti sebelum-sebelumnya.
Nesa meraih tasnya dan keluar dari dalam mobil itu, membantu membukakan pintu rumah untuk suaminya yang tengah menggendong Aqila.
"Kunci sekalian mobilnya, sayang. Sama pintu rumah, ya. Mas ingin ke kamar mandi, nih. Kebelet," titah Adam seraya masuk dengan langkah sedikit terburu-buru, meninggalkan Nesa yang gegas mengiyakan.
Komplek perumahkan sudah terlihat sepi. Karena waktu menunjukan pukul sebelas wajarlah jika tidak ada lagi orang berlalu lalang di jalan yang tertata rapi itu. Nesa gegas menutup pagar besi itu, tak lupa mengemboknya kuat. Setelahnya sambil melangkah. Wanita dengan tubuh ramping berbalut dress hijau sage sebatas lutut yang di timpa cardigan putih langsung menekan tombol kunci mobilnya yang di akhiri menutup pintu rumah dan menguncinya.
———
Di dalam...
Nesa sudah mengganti dressnya dengan busana seksi yang sedikit menerawang. Tubuh mungil dan mulus itu nampak semakin sempurna terlihat dari bawah sorot lampu kamar. Di depan cermin, sehabis membersihkan tubuhnya, wanita dengan model rambut menggelombang itu langsung duduk di atas kursi rias. Menyisir pelan sambil bercermin. Sementara sang suami sedang berada di dapur mengambil air mineral.
"Waaaaaaah—" suara bersyarat godaan terdengar dari bibir pintu kamar. Adam geleng-geleng kepala sambil melihat lekuk tubuh isternya yang sudah menggugah syahwat. Nampak Nesa sedang tersenyum dari pantulan kaca menanggapi godaan sang suami.
Di tutupnya pintu kamar mereka tak lupa pria itu menguncinya rapat. Latas mendekatkan wajahnya pada ceruk leher yang putih dan bersih itu.
"Hmmmmm, harum," puji Adam sambil menikmati aroma tubuh istrinya yang amat menggairahkan. Buru-buru pria itu merengkuh pinggang dengan kedua tangannya lantas mengangkat tubuh Nesa agar segera berdiri.
"Mau langsung, nih?" cibir Nesa yang tubuhnya sudah mulai digrayangi Adam. Laki-laki itu tak menjawab. Sebab sibuk menyesap bagian kenyal di dada isterinya. ******* halus pula terdengar manakala sang suami semakin liar memberikan jejak merah di dada.
"Kamu kok semakin cantik saja sih." Puji Adam.
Cardigan tipis yang menutupi lingeri Seksi Nesa telah tanggal. Adam langsung melepaskan atasanya sebelum mengangkat tubuh Nesa membawanya ke atas ranjang.
"Puasin ya malam ini. Harus tahan kamunya," bisik Adam di dekat telinga Nesa sambil terus mencumbu isterinya tanpa henti.
"Nggak janji, Mas..." Nesa sudah mulai memejamkan matanya sambil tersenyum. Ia tak mampu lagi banyak bicara, selain suara ******* yang terus keluar dadi bibir mungilnya.
"Mas?" Panggil Nesa, diiringi ******* kecilnya. Di kala sang suami mulai bermain. Bergerak konstan dalam area kenikmatan mereka.
"Emmm?"
"Aku ingin berpesan sesuatu padamu," lirihnya.
"Apa sayang? Izinkan aku selesaikan dulu, ya," pintanya lembut. Adapun Adam sendiri sudah paham. Pesan apa yang akan di sampaikan Nesa. Karena itu rutinitasnya jika Adam hendak bekerja.
Setelah selesai permainan pertama. Tubuh Adam ambruk, dengan nafas terengah. Juga keringat yang membasahi tubuh keduanya. Vanessa tersenyum mengucapakan terima kasih atas nafkah batinnya.
"Mas...'"
"Iya, Nessa—" mata Adam terpejam. Menghalau lelah setelah bermain panas.
"Aku ingin bicara!" Wanita yang masih polos itu merubah posisi tengkurap di sisi Adam.
"Kau tidak suka pengkhianatan! Itu kan yang mau Kau sampaikan?" Adam menyela, yang di ikuti tawa renyah Vanessa. "Mas hafal itu."
"Suamiku adalah pria yang memiliki daya ingat kuat. Ku harap Kau tak amnesia saat sampai di rantau," kekehnya sambil menyandarkan sebelah wajahnya di dada bidang itu. Gerakan dada Adam dirasakannya. Sang suami tertawa tanpa suara, sambil tanganya mengusap punggung polos isterinya.
"Memang, selama ini, Mas pernah mengkhianati mu? Kau 'kan tahu. Mas bukan tipe pria yang mudah kepincut wanita lain."
"Iya aku percaya, tapi 'kan? Yang namanya khilaf bisa saja terjadi?"
"Nesa..." Adam merubah posisi tidurnya. Adapun Nessa langsung berpindah juga. Miring, saling berhadapan. Dengan lengan Suaminya sebagai bantalan. "Mas ini hanya tercipta untukmu. Masih ingat kan janji ku?"
"Iya mas..."
Adam tersenyum, lalu membelai rambut Nesa, hingga tangan itu turun dan berhenti di titik paling nyaman ia sentuh seraya meremasnya lembut.
"Percayalah sayang, demi Kau dan Aqila. Mas akan berusaha menjaga hati ini. Tidak akan ada yang namanya selimut tetangga di kehidupan ku. Karena kau sudah menjadi selimut paling nyaman untuk ku." Adam mengecup kening isterinya.
"bisa Kau pegang janjimu, Mas?"
"Berapa tahun kita menikah? Berapa kali juga aku meninggalkanmu. Pernahkah sekalipun aku berkhianat, Sayang?" tanyanya, yang di balas gelengan kepala. Nesa pun langsung memeluk tubuh suaminya erat.
"Aku mencintaimu, Mas."
"Aku beribu-ribu kali lebih mencintaimu, Nesa." Adam membalas pelukan itu. Sambil sesekali mengecup kelapa Isterinya dengan penuh kasih sayang.
***
Pagi berselang.
Nesa bangun lebih dulu, sementara mas Adam masih pulas dalam tidurnya. Membuatnya langsung berjalan menuju tandas.
Dan setelah selesai, wanita yang masih berbalut anduk itu berjalan mendekati lemari pakaian dengan lutut yang sedikit gemetaran.
"Duh... beginilah rasanya jika memiliki suami Bang Toyib. Sekalinya pulang, langsung di rangkap. Belum lagi kalau hendak berangkat." Runtuknya membuat Adam terkekeh.
"Jadi nggak ikhlas, nih?" gumamnya serak.
Nesa pun menoleh. "Loh, Mas sudah bangun, ya?"
"Hehehe, iya... Kau kenapa, kesal?" tanya Adam yang langsung beranjak duduk di bibir ranjang.
"Nggak kesal! cuma lihat lutut ku ini jadi linu," gerutunya, sambil memilih-milih baju, membuat Adam kembali tertawa.
Pria yang hanya memakai celana kolor saja bangkit, dan mendekati Nesa. Memeluknya dari belakang.
"Apa ini? Hei..." Nesa menggeliat geli. "Tidak ada jatah pagi loh ya... semalaman aku sampai kurang tidur gara-gara melayani mu. Lagian Mas Adam bau. Sana mandi...!"
"Mandinya nanti aja. Habis satu ronde lagi."
"Nggak...!" Nesa menolak dengan tawanya. Sang suami kembali mempermainkan hasratnya dengan kecupan di tengkuk leher.
"Ayo dong Nesa, nanti siang Mas berangkat loh." Tangan nakalnya mulai membuka handuk yang di pakai. Namun wanita itu mencoba untuk bertahan. Karena langit di luar sudah mulai terang. Aqila pasti hampir terjaga.
"Jangan, Mas. Aku sudah mandi. Lagi pula bentar lagi, Aqila bangun.."
"Sebentar aja..." Adam langsung menyambar bibir Vanessa. Dimana sebelum Nessa keluar dari kamar mandi laki-laki itu sudah minum dan mengemut permen. Sehingga Nesa tetap merasa nyaman saat beradu lidah dengan suaminya.
Tok! Tok!
"Ibuuuuuuu– Ayah!" Seru Aqilla dari luar. Yang kontan menghentikan kegiatan suami-isteri itu.
"Qila, Mas," gumam Nessa sambil membenahi handuknya.
"Ibu susu... Qila mau susu." Seru anak itu, di barengi ketukan pintu berkali-kali.
"Iya sayang, sebentar ya–" seru Nesa pada sang putri.
"Biar Mas aja. Kamu sambung pake baju sana." Adam melepaskan tubuh Nesa. Kemudian meraih kaos baru dari dalam lemari untuk Dia pakai.
"Makasih suamiku..." cibir Nesa sambil cekikikan karena suaminya batal mendapat jatah pagi.
Pria itu lantas membalas tawa mengejek itu dengan remasan lembut di salah satu dada isterinya. Sambil kakinya melangkah membuka pintu menghampiri puterinya yang sudah merengek manja di depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Aluh Alvrida
Aku baca udah dua kali..ini yg ketiga kali karena kangennn..bagus novelx kusukaaa banget/Angry//Angry//Angry//Angry/
2024-09-05
1
Lidya Balqiz
sy juga ldr 😭
2022-03-24
0
Arninyon
alhamdulilah q g pernah ldr..
2022-03-22
0