Adam tersenyum, sembari menatap layar ponselnya. Ibu jarinya pun bekerja mengusap-usap foto keluarga kecilnya di layar utama itu.
Dia jadi ingat kisah masa lalu antara dirinya dan Nesa, perjuangan mereka memang tidak mudah. Dimana sempat ada penolakan dari keluarga Nesa untuk dirinya, namun dia sekarang lega karena telah berhasil menikahi pujaan hatinya setelah bertahun-tahun menjalin hubungan pacaran secara diam-diam.
Kraussss... Krauuusss... Suara renyahnya tepung terigu yang membalut tahu isi itu membuat Adam menoleh kebelakang.
"Aaaaaa...!" Sedikit berteriak karena terkejut. Sementara yang di belakang masih asik memakan gorengan di tangannya, tanpa ekspresi.
"Bener kata Toni, kamu hanya perlu ngebayangin kotor terus di lampiaskan ke bantal gitu ya?" Mendorong-dorong bahu Adam.
"Ngomong apaan sih... iiissssh Jangan pegang-pegang, tangan mu berminyak itu ih... Jangkrik!" Adam mengusap-usap lengan bajunya yang sedikit terkena noda minyak.
"Ayo keluar kita santap gorengan dan kopinya."
"Iya... Iya..." Adam mencolokkan kabel chargernya ke stopkontak lalu meletakkan ponselnya di atas meja setelah itu dia pun keluar, menyusul Danang.
Di luar, mereka sudah mulai menyantap gorengan buatan Andini. Juga kopi yang sudah di tuangkan kedalam gelas karena tadi di bungkus menggunakan plastik bening.
Adam meraih salah satu gorengan yang sudah mulai hangat itu. Lalu menyantapnya.
Sembari mengunyah dia pun merasakan jika gorengan ini benar-benar enak, sehingga tanpa sadar dia sudah habis empat buah gorengan tahu isi.
"Besok kayanya pesannya di banyakin lagi ini..." Pak Hendra terkekeh.
"Iya pak enak ini." Jawab Adam.
"Pesan lagi saja pak, saya siap buat minta dan nungguin gorengannya sampai matang." Ujar Danang.
"Modus... Modus kau ya?" Adrian memukul kepala Danang menggunakan gulungan kertas di dekatnya. Membuat semuanya tertawa.
"Nah rekan-rekan... Mohon perhatian sebentar ya. Karena atasan minta di percepat pengerjaannya. Jadi kita harus kebut nih, mulai besok mungkin kita akan lembur. Dengan sistem bergantian, jadi kita tetap bekerja selama dua puluh empat jam... Paham kan ya?"
"Paham pak." Jawab Semua yang di sana.
"Karena besok kita akan masuk ke tahap penanaman paku bumi, jadi kita istirahat semaksimal mungkin malam ini ya."
"iya pak..." jawab mereka serempak.
"baiklah kalau begitu, selamat istirahat, rekan-rekan semua." Pak Hendra beranjak, di susul dengan yang lainnya membersihkan sisa gorengan dan gelas kopi di atas meja. lalu bergegas menuju kamar masing-masing.
***
Langit pagi dengan awan cerah sudah menyambut para pekerja rompi hijau muda, dengan topi khas petugas konstruksi dan sepatu boots mereka.
Di mana Adam sudah siap di dalam mesin excavatornya, memanjatkan doa terlebih dahulu, lalu mulailah dia menyalakan mesinnya.
Pekerjaannya saat ini yaitu mengeruk tanah yang akan di pindahkan ke tempat lain agar tanahnya menjadi rata dengan ketinggian yang setara.
oleh beberapa truk Dam yang sudah menanti di dekatnya.
Riuh suara alat berat dengan berbagai jenis itu pun sudah mulai memenuhi suasana pagi yang sibuk ini.
Bandara yang akan di bangun ini memang bisa di bilang kecil. Namun adanya bandara di kabupaten X ini mampu mempersingkat waktu para penumpang yang mungkin terlalu jauh menuju Bandara Hasanuddin, yang bisa memakan waktu lebih dari lima jam lamanya untuk sampai ke sana.
Hingga waktu siang pun tiba, beberapa pekerjaan pun menghentikan pekerjaannya untuk beristirahat.
Dimana mereka memilih untuk mendatangi bedeng tempat Andini berjualan nasi serta gorengannya.
Sebenarnya di sana tidak hanya ada warung Andini saja.
Namun pak Hendra lebih cocok masakan wanita berusia dua puluh lima tahun ini. Di samping itu lokasinya juga jauh lebih dekat dari titik mereka bekerja, itulah kenapa para pekerja juga setuju jika warung Andini di pakai untuk basecamp mereka.
Toni Melepaskan helm konstruksinya lalu meraih satu gorengan pisang yang sudah tersaji di atas meja.
"Mbak Dini, buatkan es teh ya..." Seru Toni.
"Iya mas... Manis apa tawar nih?" Tanya Andini.
"Manis dong kaya mbaknya." Terkekeh.
"Mas Toni ini ya." Andini tersenyum, dia pun mulai mengeluarkan beberapa gelas besarnya.
"Saya minta buatkan white kopi pakai es ya mbak." Ucap Adrian.
"Iya mas Adrian."
"Kalau saya es kopi hitam, nggak manis nggak apa-apa kan saya minum sambil liatin mbak Andini." Kata Danang membuat semua yang ada di sana melotot kearahnya, bahkan ada yang menyemburkan air mineral yang ia tenggak itu karena ingin tertawa. Iya dialah Toni.
"Jangkrik...!!! kadal burik ini ya?" seru Toni, semuanya pun tergelak sembari mendorong-dorong tubuh Danang.
Sementara Dini hanya terkekeh mulai sibuk membuatkan minuman, untuk semua pekerja.
Berbeda dengan Adam yang tengah sibuk sendiri dengan ponselnya. Hingga semua pesanan minuman sudah di buatkan hanya tinggal dia saja yang belum. Bahkan mereka pun sudah mengambil nasi dan lauk sendiri-sendiri.
pandangan Andini pun beralih pada Adam yang masih menelfon di luar bedeng, baru setelah itu dia pun masuk.
"Maaf... Masnya mau minum apa?" Tanya Andini pada Adam.
"Saya apa saja mbak... Yang penting dingin." Ucap Adam sembari duduk di bangkunya.
"Es teh? Atau es jeruk?"
"Es jeruk deh, kayanya segar." Jawab Adam lagi sembari tersenyum. Dini pun mengangguk lalu kembali ke mejanya untuk membuatkan Adam es jeruk sesuai permintaannya.
Setelah selesai, dia pun menyerahkan minuman itu pada Adam, yang langsung mengucapkan terimakasih kepadanya.
Di sana beberapa pekerja mulai saling berebut menggoda Andini, sudah menjadi hal biasa sih. Apalagi seorang janda. Akan tetapi Andini hanya menanggapi sedikit, agar tak terlihat sombong saja. Lagi pula walaupun terlihat ramah, dia juga sebenarnya tegas, sehingga beberapa petugas konstruksi itu hanya berani menggoda ringan saja tidak berani macam-macam.
Dari sekian banyak petugas di sana. Saat ini hanya Adam Sepertinya yang banyak diam, di saat yang lain mulai bercerita tentang hal-hal yang berbau wanita dan sebagainya, Adam hanya menjadi pendengar saja. Dengan tangan sesekali mengeluarkan ponsel, sekedar untuk mengecek saja, lalu memasukkannya lagi ke saku bajunya. setelah itu tertawa berasama teman-temannya lagi. Dan lebih banyak menggunakan gelengan kepala saat bahasan itu mulai ngawur.
Dan hal lainnya lagi yang di tangkap Andini. Sepertinya Adam juga bukan seorang perokok aktif. Terbukti sedari tadi dia tidak terlihat merokok, berbeda dengan teman-temannya yang sudah menghabiskan beberapa batang rokok.
Waktu istirahat siang pun berakhir, mereka kembali beranjak dari tempat itu. Dan kembali ke proyek untuk melanjutkan tugas mereka.
"Ini uangnya mbak..." Adam menyerahkan uang yang di berikan pak Hendra pada Andini.
"Terimakasih mas." Ucapnya, Adam pun hanya mengangguk dan berlalu menyusul teman-temannya yang lain.
Di depan pintu warungnya Andini tersenyum. Benar kata Danang, hanya Adam di sana yang terlihat paling tampan, bersih, dan sopan.
Atau mungkin karena anak baru, yang jelas kalau dari pandangan dia. pria itu paling mencolok sekarang di antara yang lainnya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
Nuralam
di sulawesi selatan ada 3 bandara. makassar, masamba dan di tanah toraja. karna ini kisah nyata aku tebak bandaray di toraja 5 jam dr makassar😃
2022-12-20
0
Balkis Septya Dewi
sabar ini ujian Adam👌
2022-03-19
0
Naura Rahmashaffiyya
waduh godaannya berat ni
2022-01-20
0