Adam menatap tidak enak hati, saat dia tiba-tiba muncul. Namun karena ini pesanan pak Hendra, tidak mungkin dia harus pergi lagi. Sehingga dia pun tetap mendekati Andini.
"Maaf ya mbak..."
"Nggak... Nggak papa mas. Mau pesan apa?" Tanya dia berusaha sekali tersenyum, walaupun tahu hatinya saat ini tengah tidak nyaman.
"Itu..." Adam menunjuk ke arah gorengan tahu di dalam nampan. Masih merasakan tidak enak hati.
Dengan sigap dini pun bergegas meraih kantong kresek berwarna putih dengan kertas minyak ia jadikan alas. Dini mulai memasukan gorengan itu satu persatu ke dalam kresek. Dan tiba-tiba saja Isak tangis itu kembali.
"Mbak... Mbak... Biar aku ambil sendiri saja ya. Mbak Dini duduk aja."
"Nggak mas jangan, tolong maafkan saya ya."
"Tidak apa, sini... Biar aku saja." Adam meraih kresek di tangan Dini beserta alat capitnya. "Sudah mbaknya duduk saja ya." Ucap Adam halus.
Dini pun berjalan sedikit mundur lalu duduk di kursi plastiknya sembari mengusap air matanya.
"Sepuluh ribu brapa mbak?" Tanya Adam.
"Lima belas mas," jawab Dini dengan suaranya yang parau. "Maaf, kopinya iya nggak mas?" Tanya Dini.
"Iya mbak, cuma lima cup kok. Tapi kalau di izinkan sih, biar saya buat sendiri saja."
"Jangan gitu mas... Aku bisa buat kok, aku sudah lebih baik."
"Begitu ya? Ya sudah mbak." Ucap Adam yang sudah selesai memasukan lima belas biji tahu isi ke dalam kresek. Sementara Dini langsung beranjak membuatkan kopi, setelah selesai ia masukan kopi itu ke dalam plastik satu persatu, lalu dia letakkan kembali ke dalam kantong keresek dengan lima cup gelas plastik juga.
"Ini mas." Dini menyerahkan kresek itu.
"Jadi brapa mbak?"
"Dua lima mas."
"Oh okay." Adam menyerahkan uang senilai lima puluh ribu rupiah pada Dini. Dan Dini pun menerimanya lalu fokus mengambil uang kembali di dalam kaleng uangnya.
"Mbak?" Panggil Adam gadis itu pun mengangkat kepalanya, membalas tatapan Adam. "Yang semangat ya. Namanya hidup, pasti akan ada ujian. Kalau mbaknya sabar, pasti akan menemukan jalan terbaiknya kok."
Dini menyerahkan uang kembalian itu sembari tersenyum. "Terimakasih mas Adam. Mas Adam baik sekali sama saya."
"Saya cuma nggak tega aja, kalau melihat wanita nangis. Nanti deh, kita sambung ceritanya ya. Jangan sedih lagi kamunya."
"Hehe iya mas. Sekali lagi terimakasih." Ucap Dini. Adam pun mengangguk lalu berpamitan dan melenggang pergi setelahnya.
***
Malam berselang, Adam benar-benar datang lagi. Tepat pukul sembilan malam, sebenarnya agak ragu dia apa mungkin warung milik Dini masih buka?
Hingga di lihatnya warung itu hampir tutup, namun gadis itu tengah duduk di depan warungnya. Dan segera beranjak saat melihat Adam datang.
"Mas Adam." Gumamnya.
"Din, tolong buatkan aku kopi ya."
"Din?" Andini bingung, biasanya dia memanggil dengan julukan Mbak.
"Hahaha nggak papa lah, biar lebih enak aja ya. Lagi pula kamu lebih muda dari ku."
"Hahaha iya deh mas, terserah mas Adam saja. Sama apa lagi?"
"Mie rebus deh."
"Iya sebentar ya mas." Gadis itu hendak masuk ke dalam warungnya.
"Eh... Bentar, buatnya dua porsi ya."
"Kok dua?"
"Satunya buat kamu, temani sekalian aku makan."
"Loh, saya mah sudah makan mas."
"Nggak apa-apa, temani aku ya."
"Tapi...? Serius aku baru saja makan mas."
"Emmm masa aku makan sendirian?"
"Nggak papa, tetap saya temani ko." .
"Temaninya di luar kamunya. Jangan di dalam tapi."
"Haha... Iya mas, iya." Dini kembali masuk, sementara Adam hanya terkekeh lalu duduk, dia pun mengeluarkan ponselnya. Melihat pesan singkatnya yang ia kirim untuk Nesa, belumlah di buka sedari pagi.
Sudah biasa dia semenjak memutuskan untuk kuliah lagi, Seperti semakin sering saja sang istri mengabaikan panggilan teleponnya, membuat Adam benar-benar menahan kesalnya sekali.
'rasanya kesal jika dia seperti ini. Sudah ku duga, kalau dia kuliah pasti akan lebih sibuk lagi. Bahkan di jam segini saja pesan chat ku belum di buka.' Adam menahan geram dia mencoba menelfon Nesa lagi. Dan lagi-lagi tidak di angkatnya. 'sedang apa sih? Tidak mungkin di jam sembilan malam ini dia masih kuliah kan? Aku memang tidak pernah kuliah tapi mustahil sekali dia masih kuliah di jam segini.'
Sedikit uring-uringan Adam menunggu jawaban dari Nesa, dan itu sering terjadi, akhir-akhir ini.
Jangan bertanya Adam tidak pernah menegurnya, karena sekali dia menegur keras malah semakin buruk pula hubungannya dengan Nesa yang akan mematikan panggilan telepon darinya langsung.
Dan hal yang ia lakukan demi menghalau rasa kesalnya itu ya... dengan cara mendatangi Andini, karena semenjak percakapan mereka di malam itu membuat Adam hampir setiap malam selalu datang di saat menjelang tutupnya warung milik Andini, Walaupun hanya sekedar bercerita basa basi sih. Namun itu cukup menghibur suasana hatinya.
Tak lama mie itu pun tersaji membuat Adam kembali meletakkan ponselnya di atas meja. Sementara Dini langsung duduk di hadapannya.
"Kenapa ya? Mie instan kalau di warung tuh enak." Ucap Adam yang tengah mengaduk-aduk mie di hadapannya.
"Entahlah, padahal masaknya sama," jawab Andini.
"Tangan kayanya sih hehehe." Adam membubuhi saus dan kecap di atas mienya lalu mengaduk lagi. "Ku Makan ya." Ucap Adam.
"Silahkan mas." Dini tersenyum, dia pun beranjak meraih gelas lalu menuangkan air mineral ke dalam gelas, setelahnya menyerahkan kepada Adam. Pria itu tertegun, bagaimana tidak.
Dia merasa di layani sekali, sementara Nesa sangat jarang melakukan itu padanya. Bahkan jika Adam tengah di rumah saja. Nesa jarang membuatkannya kopi ataupun teh, kecuali jika di suruh.
Tidak hanya itu, sering sekali jika Adam lapar malam dan dia ingin di buatkan mie instan dan minta di temani makan Nesa sering menolak dengan alasan dia lelah.
"Ada yang lain lagi mas?" Tanya Dini memecah lamunan singkat Adam.
"Ah... Kerupuk itu." Adam menunjuk ke arah bungkusan kerupuk kulit. Dini pun mengambilkannya.
"Ini." Tuturnya sembari tersenyum.
"Terimakasih ya," ucap Adam, yang mulai menyantap mie instan miliknya.
"Sama-sama." Jawab Dini bertopang dagu menatap pria itu tengah makan dengan tenangnya. 'kalau dari dekat dia lebih tampan ternyata.' tersenyum tipis lalu kembali menggeleng cepat menepis pikiran yang baru saja melintas di benaknya.
"Din... Besok keluar nggak?"
"Enggak mas, kenapa emangnya?"
"Pengen ke ATM lagi, mau transfer ke orang tua soalnya. Bapak ku sakit."
"Ya ampun, sakit apa?"
"diabetes," jawab Adam.
"Ya ampun, suruh saja konsumsi rebusan daun insulin mas. Atau rendaman buah okra."
"Dia sudah biasa rutin suntik insulin sih, nah besok itu jadwalnya." Jawab Adam menghabiskan suapan terakhir.
"Oh... Begitu ya. Emmm kalau mas mau pinjam motor ku silahkan."
"Kalau sendiri ya nggak enak lah Din, aku juga agak lupa belokan jalan terobosannya itu." Ucap Adam, dengan tangan meraih gelas di sebelahnya dan meminum isinya. "Temani ya." Ucap dia kemudian setelah menengguk air di gelasnya.
"Jam berapa?" Tanya Dini.
"Agak siangan, aku kan besok off."
"Oh... Iya deh." Jawab Dini. Adam pun tersenyum, Keduanyan saling tatap tanpa di sengaja untuk beberapa saat. hingga dering ponsel Adam membuat keduanya terkesiap.
Tertulis nama istri ku di layar ponsel milik Adam membuatnya segera menerima panggilan telepon itu.
"Hallo assalamualaikum Nes." Sapa Adam membuat Dini tersenyum lalu beranjak. Dengan reflek tangan Adam meraih pergelangan tangan Dini. Dia menjauhkan sedikit ponsel itu. "Mau kemana? Sini aja." Berbicara tanpa suara. Dini pun bingung.
"Duduk, disini saja." Titah Adam lagi tanpa suara. Dini pun kembali duduk dengan tatapan masih tertuju pada tangannya yang sedang di pegang Adam.
Menunggu dia selesai menelfon istrinya di sebrang, sangat canggung sih. Hingga perlahan dia menarik tangannya sendiri, membuat Adam tersadar apa yang sudah ia lakukan pasti membuat Dini risih.
Setelah panggilan telepon itu selesai. Adam pun meminta maaf pada Dini, yang hanya di balas dengan kekehan dari Andini. Keduanya pun kembali mengobrol dengan suasana yang terasa lebih hangat hingga pukul sepuluh malam.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 114 Episodes
Comments
adning iza
sperty udh mulai ada asap nih thoorrr kpalaku
2023-11-03
1
novi 99
sumpah paling benci klo namanya sudah membandingkan....
Andini , sadar diri woy .... laki orang jangan di ladeni ... kok pengen ngelempar Andini dengan ulekan batu
2022-12-05
0
beban suami
lah wong diwarung yo masseeeh.....y dilayani laaah.....yg dilayani nggk cuma situ y..yg laen jg dilayani....
2022-09-08
1