Seorang Budak

Meski hanya sebentar, Renne benar-benar telah selesai memainkan alat musik seperti apa yang diinginkan oleh pedagang itu. Ia sendiri tak terlalu mengerti apa yang dirasakan oleh pria yang umurnya sudah hampir mendekati kepala empat itu.

Pria itu terlihat sedang bernostalgia dan tercenung dalam pikiran yang menghanyutkan dirinya sendiri ke dalam sebuah memori dan kenangan masa lalu yang tak dapat di ulang.

「Berhasil menyelesaikan misi.

Hadiah: - 1 koin emas.

- 1.000 poin pengalaman.

- Kepercayaan Do Hien meningkat.

- Mendapatkan seorang budak terbaik.」

Beberapa hadiah yang dijanjikan oleh Do Hien telah memasuki inventory dan telah dipastikan juga oleh Renne.

Pria itu seakan-akan tak memiliki masalah tentang uang yang baru saja ia keluarkan. Tetapi setelah Renne pikir-pikir, terkadang seseorang yang amat sangatlah kaya membuang uang untuk sesuatu yang tak terlalu berguna demi kesenangannya sendiri.

Pria itu memecahkan lamunannya sendiri dan lantas memulai percakapan, “Itu tadi benar-benar indah,” puji Do Hien.

Renne hanya menatapnya sekilas lalu memalingkan wajah ke arah karavan yang berisi budak yang hendak dijual.

“Ah, seperti yang aku janjikan.” Do Hien menuntun Renne dengan mengayunkan tangan yang kemudian merujuk ke arah kereta kuda kayu tersebut.

Renne mulai berjalan, mencoba untuk membuntuti dan menuntut hadiah yang janjikan oleh pedagang meskipun tak satu pun kata keluar dari bibir merah muda itu.

Pria itu lantas memerintahkan salah satu bawahannya yang kemudian menarik dengan paksa seorang budak dan menjatuhkannya di tanah.

Pedagang itu lantas terkejut melihat perlakuan anak buahnya, “Kenapa kau berbuat kasar dengan budak terbaik yang kita miliki?” gusar Do Hien.

Pria muda berusia sekitar belasan tahun itu lantas terkejut, tak pernah Do Hien marah seperti itu hanya menyangkut kelakuan yang sudah biasa ia lakukan. Tak peduli apa pun itu, biasanya Do Hien selalu memperlakukan budak yang ia miliki dengan sama rata, kejam tanpa memedulikan kualitas dan tak pernah komplain dengan perlakuan dirinya.

“Ah, tidak usah dipikirkan.” Renne akhirnya angkat berbicara setelah memperhatikan kemarahan seorang tuan kepada pelayannya.

Do Hien mengecek-ngecek tubuh pria budak yang ia sebut-sebut sebagai budak terbaik yang dimiliki. Setelah beberapa saat ia lalui dengan mengabaikan pelayannya sekaligus Renne, ia akhirnya kembali berdiri.

“Untung saja tidak lecet. Jika saja itu terjadi, kau harus mengganti rugi!” ancam Do Hien dengan tatapan sedikit tajam.

Pelayan itu lantas sujud memohon belas kasih dan mengatakan dengan lirih, “Maafkan hamba, Tuan.”

Renne sudah tak lagi tertarik dengan orang-orang yang sudah terlalu mendramatisir keadaan dan membuang waktu berharga untuk berburu Froggie yang imut dan menjijikkan.

Saat Renne mencoba untuk pergi dari sana, ia malah tertarik dengan seorang budak berusia sekitar 14 tahun dengan wajah yang tertutup rambut panjang.

“Bagaimana dengan budak satu ini?” Renne memiringkan kepala dan menunjuk dari dekat gadis itu.

“Dia...” perkataan Do Hien terhenti sebentar, lalu ia kembali melanjutkan, “Dia memiliki penyakit dan umurnya sudah tak lama lagi.”

“Aku mau dia saja,” Renne sedikit tersenyum simpul sembari memperhatikan gadis di hadapannya.

Hal yang membuat ia langsung tertarik dengan seorang gadis di hadapannya itu karena memiliki mata merah menyala dalam kegelapan, memiliki ekspresi wajah dingin yang tersirat sebuah kebencian mendalam.

“Apa kau yakin? Budak itu mungkin tak akan dapat melakukan banyak pekerjaan karena penyakitnya. Kenapa kau tidak memilih budak yang sudah aku pilihkan langsung kepadamu?”

“Ya, tidak masalah.”

Do Hien mengangguk mengerti, kepuasan pelanggan memang menjadi tujuan utamanya saat ini. Apalagi Renne adalah orang yang sudah memenuhi keinginan yang sudah lama ia kubur dalam hati yang sudah membeku itu.

“Baiklah, setelah ini masih ada yang harus diselesaikan untuk mengikat kontrak antara kalian berdua.”

****

Sudah beberapa menit berlalu, Renne dan gadis di sampingnya itu sudah mengikat kontrak satu sama lain meskipun yang paling diuntungkan saat ini adalah Renne sendiri.

Pedagang itu sedikit tersenyum pahit atas apa yang baru saja ia lakukan dan berbicara secara tiba-tiba, “Jujur saja, kami dilarang untuk menjual seorang budak kepada petualang dan hal itu sudah disetujui dan turuti oleh seluruh orang yang berada di dunia tanpa penolakan sedikit pun. Bahkan, di pasar-pasar gelap sekaligus, budak tidak diperjual-belikan kepada kalian yang berasal dari dunia berbeda.”

Renne sudah mengerti hal itu tanpa harus diberitahu sekalipun. Memang benar terdapat sebuah peraturan yang melarang pemain untuk memiliki seorang budak karena tugas mereka adalah menyelamatkan dunia dan bukanlah memperbudak.

“Tetapi, asal ‘mereka’ tak mengetahuinya, kau akan baik-baik saja.” tambah Do Hien.

Renne mulai berpikir, kata ‘mereka’ yang dimaksudkan oleh Do Hien ini pasti merujuk kepada sistem yang mengendalikan segalanya. Mungkin karena selama ini NPC tak pernah melanggar janji mereka, perbudakan yang baru saja Renne lakukan tak terdeteksi oleh sistem.

Selang beberapa waktu, pedagang itu dengan karavan yang ia miliki mulai meninggalkan Renne dan seorang gadis budak.

“Siapa namamu?” Renne berjongkok, ia lantas sedikit mengusap rambut tebal tak terawat gadis itu dengan lembut.

“...”

“Coba katakan namamu, bukankah kau akan terkena hukuman jika melanggar perintah majikan?” pertegas Renne.

“Ti-tidak ada,” lirih gadis itu.

Renne sendiri sedikit bingung, mungkin tak memiliki nama adalah hal yang wajar bagi seorang budak.

“Apa aku boleh memberikanmu nama?”

“Ya.”

Renne berpikir keras, “Hmm, aku pikir nama Lina akan menarik. Apa kau menginginkannya?”

“Ya.”

Biasanya, jika pemain baru saja menyelesaikan sebuah tindakan, menemukan barang, dan berbagai macam hal lainnya maka sebuah jendela notifikasi akan keluar. Namun kali ini tak ada sebuah notifikasi yang muncul.

Renne sedikit tersenyum cerah. Sebelumnya ia takut jika seseorang akan mengkhianati dirinya dan memutuskan untuk tak terlalu mempercayai orang lain, baik itu pemain maupun NPC. Tetapi, karena Lina sudah terikat kontrak dengannya, ia setidaknya bisa tenang untuk saat ini.

“Baiklah.. Kita akan kembali ke Kerajaan Vemore dan membersihkan dirimu.”

Alasan Renne menerima budak yang diberikan oleh Do Hien sendiri karena ia memang membutuhkan tenaga ekstra serta membagi tugas yang selama ini lakukan.

Renne lantas membuka inventory dan memberikan sebuah jubah yang bisa gadis itu kenakan. Setidaknya hal itu lebih baik dari pada pakaian lusuh yang saat ini ia kenakan.

Selama berjalan, tak ada satu kalimat yang keluar dari mulut kedua gadis itu. Suasana menjadi canggung meskipun begitu, tak ada seorang pun berniat untuk memulai pembicaraan.

Sampai akhirnya, mereka sampai di gerbang dengan beberapa penjaga yang terlihat sedang bertugas memeriksa para pedagang yang hilir mudik.

Renne mulai berpikir. Jika ia tak ingin menjadi gelandangan, maka ia harus menyewa sebuah kamar penginapan yang harganya itu sangatlah mahal. Sebagai seorang petualang, ia memang bisa melakukan logout kapan saja seperti yang diinginkan, tetapi Renne masih memikirkan keadaan Lina saat dirinya pergi.

Terpopuler

Comments

John Singgih

John Singgih

budak baru renne

2021-03-01

0

Kimol

Kimol

Aku mampir udah boom like+vote+rate5 Ceritanya bagus dan tetap semangat terus😍 Jangan lupa mampir juga + fav juga boleh:

*Rex & Ren
*The Stories

tengkyu😘

2020-03-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!