Love Live Online: A Bard Grudge
Rasta Vaelin, seorang gadis remaja yang tidak memiliki kehidupan di dunia nyata atau bisa dibilang dia adalah seorang gadis pengangguran yang tidak memiliki tujuan hidup sama sekali. Setiap hari ia menghabiskan waktunya hanya untuk bermain sebuah game virtual.
Rasta hidup menggunakan uang warisan peninggalan orang tuanya dan tinggal di sebuah apartemen tua yang sudah tak layak untuk ditinggali lagi. Semua itu dilakukan untuk memperkecil biaya hidup.
Hari ini merupakan hari yang paling dinantikan oleh Rasta. Pasalnya, seluruh anggota serikat akan hadir dalam pertemuan yang sudah ditetapkan beberapa minggu yang lalu. Sudah menjadi hal yang wajar bagi dirinya untuk menantikan kedatangan hari ini karena sangat sulit untuk mengumpulkan banyak orang dalam satu waktu secara bersamaan, mengingat mereka memiliki kewajiban yang harus dikerjakan di dunia nyata.
Angin berembus dengan sangat tenang. Menerbangkan dedaunan yang gugur dan menuntunnya pada sebuah tempat yang tak terjamah. Sebuah tempat yang mungkin menjadi peristirahatan terakhir mereka.
Rasta melalui taman yang dikelilingi oleh pepohonan yang rindang. Di tengah taman tersebut terdapat sebuah pancuran air yang sangat indah dengan sebuah ukiran khusus yang dibuat oleh pengrajin tingkat tinggi.
Ia kemudian duduk di bangku taman, mencoba untuk sedikit menenangkan diri sebelum datang ke tempat pertemuan. Karena Rasta merupakan seorang Guild Master, ia memiliki kewajiban untuk berpidato di depan anggota lainnya serta memberi arahan, nasehat, dan amanat.
Rasta tersenyum simpul, “Aku harus segera pergi dari sini. Mereka pasti sudah menungguku.”
Rasta kembali menyusuri jalan setapak dengan ekspresi wajah yang ceria. Tetapi dibalik itu semua, sebenarnya ia merasa sangat gugup untuk berbicara di depan banyak orang. Apalagi, di dalam serikatnya terdapat seorang yang ia sukai.
Ia akhirnya sampai di sebuah istana megah yang merupakan markas dari guild White Pearl, sebuah serikat yang selama ini ia kembangkan dengan susah payah bersama anggota-anggota lainnya.
“Ah, Guild Master! Kami sudah menunggumu!” seorang remaja pria baru saja menyambut Rasta dengan sebuah senyuman.
“Ya, terima kasih.”
Remaja itu membukakan pintu istana dan mempersilakan Rasta untuk memasuki ruangan. Betapa terkejutnya ia saat menyadari anggota serikat sudah melakukan ancang-ancang dan menodongkan senjata pada dirinya. Pintu istana yang besar itu juga ikut dikunci oleh remaja pria yang awalnya menyambut dengan sebuah senyuman.
“Apa yang kalian lakukan?”
Rasta masih mencoba untuk berpikiran positif. Ia berpikiran jika seluruh orang hanya berusaha untuk mengerjainya dan tidak memiliki maksud jahat apa pun. Sampai akhirnya, seorang pria keluar dari kerumunan orang-orang itu.
“Dyon, tolong jelaskan ini? Apa yang sebenarnya kalian lakukan? Apa ini sebuah lelucon?”
Dyon, seorang pria berambut hitam dengan mata sayu. Memakai sebuah masker hitam dan kacamata bulat. Memegang sebuah pedang satu tangan dengan sebuah aura ungu yang memancar. Ia juga merupakan Wakil Guild Master serta orang yang dicintai oleh Rasta.
Dyon melempar sebuah pakaian yang sudah dirobek dengan berbagai kata menghina yang tertulis di sana. Rasta tahu betul, itu adalah pakaian serikat kebanggaannya dan pakaian yang sudah didesain dengan susah payah.
“Dyon ... apa maksudnya ini?”
“Aku sudah muak untuk bermain-main. Selama ini, kami terus mengikuti kehendak gadis egois. Kau itu sampah dan tidak layak untuk memimpin kami semua.”
Ia ikut-ikutan menodong Rasta dengan senjata miliknya. Kemudian Dyon menggerakkan tangannya untuk memberikan aba-aba bahwa serangan akan segera dilakukan.
Saat ini Rasta sedang menggunakan sebuah mahkota yang menjadi lambang dari kekuatan serikat tersebut. Hal yang terjadi jika mahkota itu hancur adalah pemindahan kepemimpinan atau pembubaran dari serikat.
Berbagai teriakan dan serangan dilepaskan oleh hampir 500 orang anggota tersebut. Mereka menatap Rasta dengan tatapan amarah dan kebencian. Tak seorang pun dari mereka mencoba untuk menghentikan ataupun menolong Rasta yang saat ini terkepung.
Rasta lantas menundukkan muka, ia berdiam diri dan melepaskan harpa yang berada di tangannya. Tak berniat untuk melawan sedikit pun karena ia sudah tak memiliki apa pun lagi. Melawan pun adalah hal yang percuma mengingat sebagian besar anggota White Pearl adalah para Top Player yang berada pada Leaderboard.
Rasta kemudian mencoba untuk menghafal seluruh wajah dan nama-nama orang di sana kemudian bergumam. Namun karena gaduhnya suasana, tak seorang pun dapat mendengarkan ucapan yang keluar dari mulutnya. Tanpa disadari, Rasta telah terbunuh karena telah terkena banyak kerusakan yang diberikan secara bersamaan.
「Simbol serikat telah dihancurkan, melakukan pemindahan kepemimpinan kepada Wakil Guild Master.」
「Pemain telah terbunuh, beberapa item telah terjatuh.」
「Pemain telah terbunuh, hukuman akan segera diberlakukan.」
「Waktu hukuman: 24 jam.」
****
Rasta terbangun dari dunia virtual. Ia lantas melepaskan sebuah alat bernama Asphy dan meletakkannya di atas nakas yang berada di samping tempat tidur. Karena posisi yang tidak seimbang membuat alat itu terjatuh dan membentur lantai.
Rasta tak memedulikannya. Ia kini meringkuk di atas kasur sembari menutup wajahnya dengan bantal. Saat ini ia sudah menangis sejadi-jadinya tanpa mengeluarkan sedikit suara pun.
Kepercayaannya telah dikhianati setelah hampir beberapa tahun melalui banyak hal bersama. Semua kilasan kenangan mulai terbayang di pikirannya. Sebuah momen di mana mereka tertawa bersama dengan sangat ceria. Melalui berbagai rintangan dan saling mendukung satu sama lain.
“Palsu ... senyuman kalian itu palsu! Aku menyesal sudah mempercayai kalian!”
Rasta menendang-nendang kasur dan memukul dinding yang berada di hadapannya. Ia terus-terusan melakukan hal itu dan tanpa sadar melukai dirinya sendiri. Sebuah pikiran untuk bunuh diri pun mulai terlintas di pikirannya.
Ia berjalan menuju dapur dan mengambil sebilah pisau berkarat yang jarang digunakan olehnya. Kemudian Rasta lantas menikam dirinya sendiri. Rasa sakit yang dirasakan olehnya saat ini tidaklah lebih dari rasa sakit pengkhianatan yang baru saja dilakukan oleh teman-temannya.
****
“Di mana ini?”
Mulai terdengar suara riak air. Suara itu terdengar memenangkan namun juga menakutkan. Detik demi detik terasa berjalan dengan sangat lambat. Saat Rasta membuka kedua matanya, ia sudah tenggelam jauh di dalam jurang kegelapan.
“Itu tidak penting.”
Suara itu sontak membuat mata Rasta membelalang. Ia tak percaya jika seseorang berada di tempat yang sama dengannya.
“Siapa kau!?”
“Perkenalkan, aku adalah Dewi Kematian, Zaulla. Aku adalah orang yang bertugas untuk membimbing para roh yang akan melakukan perjalanan.”
“Perjalanan? Apa maksudmu itu?”
“Bisa dibilang aku adalah dewi yang bertugas untuk membuat orang bereinkarnasi atau membimbing mereka ke surga.”
“Apa aku akan dihidupkan kembali?”
“Ya. Karena masalahmu cukup unik, kau akan dihidupkan kembali di saat pertama kali kau mulai untuk bermain.”
Rasta mengernyit, “Apa maksudmu dengan masalah yang cukup unik?”
“Itu adalah rahasia, kau akan menemukan jawabannya suatu hari nanti.”
Sebuah cahaya tiba-tiba mengelilingi Rasta dan membuatnya kembali memejamkan mata tanpa sempat bertanya lebih lanjut. Dan dengan tiba-tiba Rasta terbangun di atas kasur dengan seluruh ingatan dua tahun yang akan datang tanpa kekurangan sedikit pun.
‘Ah, aku sangat beruntung. Dengan begitu, aku akan membalaskan dendam terhadap seluruh anggota White Pearl yang sudah berkhianat.’ Rasta tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
John Singgih
kembali ke masa lalu untuk balas dendam..
2021-02-17
0
Orpmy
dia kan guild master kenapa nggak kick ajah membernya?
namanya juga scenario
2020-08-30
1
V I N
anjay masuk isekai dong
jan lupa mampir balekkk, hanya di "Evangenesis"!
2020-07-03
0