Kekuatan

Pada akhirnya, tak ada yang terjadi. Bahkan, tak ada sedikit pun pergerakan yang dilakukan oleh gadis itu untuk menghabisi Dyon yang memang sebenarnya sedang berniat jahat. Bertindak terlalu terburu-buru adalah suatu kesalahan dan Renne memutuskan untuk melakukan tindakan setelah memikirkan dalam-dalam.

Saat ini ia berada di kasur milik pria tua sebelumnya. Wajahnya menghadap ke langit-langit, tetapi matanya malah tertutup. Gadis itu kemudian menaruh pergelangan tangan di dahi, berpikir sekeras mungkin tentang cara membalas dendam yang akan terasa menyakitkan serta menyiksa.

Namun, tak ada satu pun yang terlintas di pikiran. Ia pun memutuskan untuk berhenti, melanjutkan berpikir setelah hari esok datang menjemput. Lagi pula masih banyak waktu di mana Renne dapat memikirkannya dengan benar-benar matang.

「Apakah Anda akan melakukan logout?」

「Ya.」

****

Kesadarannya kembali secara penuh. Tak ada pikiran yang membebani, setidaknya untuk saat ini. Ia juga tak perlu khawatir jika Dyon berniat membunuhnya, karena mereka berada di area aman di mana pertarungan antara pemain dilarang keras, jika dilanggar, sistem sendiri yang akan bertindak.

Gadis itu membuka kulkas dengan penuh harapan yang sebenarnya ia sudah tahu pasti bahwa itu hanyalah sebuah harapan. Ia berharap jika saja di dalam kulkas itu, terdapat makanan, apa pun itu yang penting mengenyangkan perut.

“Aku harus pergi ke minimarket, menyebalkan sekali...” gerutu Rasta.

Dan pada akhirnya, ia tetap pergi ke minimarket menggunakan pakaian seadanya. Kaos lengan pendek dan celana berjenis sweet pants berwarna abu-abu dengan sedikit corak bintik-bintik pada beberapa bagian. Ia juga tak membawa dompet ataupun hal merepotkan lainnya, baginya ini hanyalah kegiatan yang membuang waktu berharga.

Setelah beberapa waktu, membeli berbagai makanan, lebih tepatnya jika gadis muda itu hanya membeli makanan instan yang terhitung banyak untuk persediaan dalam satu bulan.

Dua keranjang penuh makanan instan serta beberapa liter susu untuk memenuhi asupan gizi. Gadis itu membayar langsung dan kembali sembari mengangkat penuh dua kantung belanjaan dan menyesap sekotak susu yang ia gantungkan di atas baju.

****

Rasta sudah selesai memenuhi kebutuhan asupan gizi tak seimbang dengan makanan instan dan beberapa cangkir susu, perutnya sudah terisi penuh dan kepalanya memaksa untuk kembali bermain.

Rasta, kehidupannya hanya didasari dengan kegiatan yang tak seimbang. Apa lagi pola makan yang tak teratur serta banyak memungkinkan dirinya untuk mengalami obesitas, tetapi ia adalah gadis yang mustahil untuk dapat gemuk sebanyak apa pun ia makan.

Ia kini berada di dalam kamar, sedikit melamun tentang cara yang akan menyakitkan agar dapat membalaskan dendam dengan cara menyakitkan. Karena tak ada yang terpikirkan, ia berdoa pada Dewi Kematian untuk memberikannya petunjuk dan dengan segera kembali memakai Asphy di kepala.

Namun, kali ini Rasta berada di tempat yang sangat berbeda dengan kamar yang biasanya ia tempati di dunia virtual. Sebuah tempat yang sudah pernah didatangi, tempat di mana ia berjumpa dengan Dewi Kematian.

“Apa aku mati?”

Itulah hal yang pertama kali gadis itu ucapkan. Dan jika itu memang benar adanya, maka ia hanya akan berpasrah diri sebagai manusia yang tak dapat berbuat apa-apa.

“Tidak. Kau masih hidup, tenang saja.”

Suara wanita itu mengalir masuk ke dalam telinga dan menggema di seisi ruangan. Rasta yang pernah mendengar serta mengenal suara itu dengan segera mencari sumbernya.

“Tapi, kenapa aku berada di sini?” Gadis itu menarik alisnya, tubuhnya berputar untuk mencari keberadaan Dewi Kematian itu, namun tak kunjung menemukannya.

“Aku sudah mendengarkan permintaan yang kau panjatkan dan akan mengabulkannya. Tetapi, ada satu syarat.”

“Apa itu? Akan aku lakukan semuanya asalkan aku dapat membalaskan dendam.”

****

Renne sudah berada di kamar kakek Zou yang sekarang sudah menjadi kamarnya sendiri. Setelah ia sadari, waktu di Love Live Online sudah menjelang pagi dan ayam jantan mulai berkokok.

Gadis itu sudah membuat kesepakatan dengan Zaulla, Dewi Kematian. Ia mendapatkan sebuah kekuatan khusus yang diberikan untuk dapat membunuh serta menyiksa dan memberikan rasa sakit layaknya berada di dunia nyata.

Ia sendiri tak terlalu yakin akan hal itu, tetapi ketika diingat-ingat, Zaulla adalah seorang dewi yang mengurus serta orang yang mengirim jiwa manusia ke dunia lain. Jika ia berbohong, dapat dipastikan nama dan kehormatannya akan tercoreng.

Sebenarnya, sebaris pemikiran itu hanyalah bualan yang dibuat oleh Renne. Ia tak terlalu mengerti tentang sistem dari pertengahan alam dan memilih untuk tidak terlalu memikirkannya.

Saat ini, ia menemui Dyon yang berada di kamarnya, namun tak mendapatinya keberadaannya. Sampai akhirnya, ia menemukan Dyon yang sedang menunggu sembari menatap jendela melayang yang berada di hadapannya. Di sana juga terdapat beberapa makanan yang mungkin sudah dimasak oleh pria itu.

Dyon mengangkat kepala dan mengalihkan pandangan dari jendela itu, “Oh, kau sudah kembali. Aku sudah menyiapkan makanan untukmu.”

‘Aku tak akan termakan dengan jebakan, kau pasti sudah menaruh racun di sana, bukan?’ Renne tersenyum pahit untuk menyamarkan kecurigaannya.

Renne duduk di bangku, kembali menyilangkan paha dan menopang kepala menggunakan telapak tangan, menatap serius ke arah makanan yang terlihat menggoda. Namun, hanya ada satu itu.

“Bagaimana kalau kau mencicipinya terlebih dahulu?” Renne menawarkan, mungkin dengan begitu, ia dapat mengetahui secara langsung tentang kebenaran dibalik makanan ini.

“Aku sudah makan sebelumnya,” tolak Dyon.

‘Sudah aku duga, dia benar-benar menaruh racun di dalam makanan ini.’ batin Renne.

Seperti yang diketahui oleh Renne, membunuh dengan menggunakan racun di dalam area aman tidak termasuk pelanggaran. Sistem hanya akan mendeteksi jika terjadi pertarungan dan akan turun langsung ketika menyadari hal itu.

Dan untuk masalah sebelumnya, di mana Renne dan Dyon bertarung melawan perampok, itu merupakan sebuah pengecualian yang dapat di toleransi.

Renne mengambil sesendok nasi dari makanan yang sudah disiapkan oleh pria berambut hitam itu. Kemudian ia memainkannya dan bermaksud menerbangkan makanan itu ke dalam mulut Dyon.

“Apa yang kau lakukan? Apa kau autis?”

‘Lagi-lagi mulut pedas itu, ingin sekali aku bungkam untuk selama-lamanya. Tunggulah suatu saat nanti, di mana aku sudah merasa waktu yang tepat untuk membunuhmu, aku pasti akan segera melakukannya!’ batin Renne dengan penuh kekesalan.

Renne dengan segera menerbangkan dan memaksa masuk makanan itu ke dalam mulut Dyon, namun tak terjadi apa pun seperti yang diharapkan olehnya.

Rencana Dyon untuk memanfaatkan dirinya hingga berkembang memang bukanlah sebuah bualan anak kecil. Dia sungguh-sungguh melakukan hal itu dan mencoba untuk bersikap apa adanya, sehingga ia tidak akan dicurigai oleh orang lain. Setidaknya jika orang itu tidak mengetahui kebenaran yang sedang terjadi.

Terpopuler

Comments

Orpmy

Orpmy

dia bahkan tidak menaruh curiga pada dewi

2020-08-30

2

andiyansyah nasution

andiyansyah nasution

😎

2020-08-21

0

jung jaehyun

jung jaehyun

aalurnya kecepetan thorr

2020-05-05

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!