Langit menjadi mendung, petir juga terdengar menyambar dengan kuat, tak lama hujan mulai mengguyur dataran dan menghanyutkan beberapa tanah yang tak berpegang teguh dan membuat air menjadi keruh.
Semua itu terjadi ketika Renne selesai menyantap makanan yang dihidangkan oleh pria di depannya itu. Kewaspadaan Renne meningkat, meskipun ia tak akan kehilangan profesi Legendary Bard, tetapi masih ada kemungkinan untuk Harp of the Golden Lion terjatuh.
Sembari menikmati waktu yang tersisa, selagi menunggu hujan reda, Renne berkali-kali mengeluarkan keterampilan Sleeping Lullaby untuk mengasah dan belajar cara penggunaannya. Setidaknya, ia harus menguasai keterampilan ini sebelum mencapai level 5.
Karena setelah itu, sistem yang berfungsi untuk memberikan arahan dan jalur otomatis akan hilang untuk selama-lamanya, membuat penguasaan keterampilan akan semakin sulit.
Renne sudah selesai menggunakan keterampilan dan sebuah notifikasi muncul di hadapan.
「Proses penguasaan Sleeping Lullaby mencapai 42%.」
「Capai hingga 100% untuk meningkatkan keterampilan Sleeping Lullaby ke tingkat selanjutnya.」
Renne berdesah, sudah berulang kali ia menggunakan keterampilan ini, namun peningkatan yang terjadi tidaklah terlalu banyak dan harus langsung berhadapan dengan musuh untuk mendapatkan peningkatan yang lebih besar.
Ia kemudian berjalan ke arah jendela untuk memastikan keadaan di luar, air terdengar bergerocok ketika menghantam atap rumah. Merasa udara cukup dingin hingga membuat tubuhnya menggigil, Renne lantas menghidupkan kayu bakar di perapian dan bersandar di kursi sembari berdiang.
Dyon menghampirinya dan melemparkan sebuah selimut hangat, “Pakai saja itu.”
Renne tak menjawab dan mengambil selimut itu. Baginya saat ini yang terpenting adalah menghangatkan diri terlebih dahulu. Setelah itu, ia dapat memikirkan apa pun yang ingin dipikirkan.
Setelah cukup lama berdiam diri dengan posisi tubuh menjongkok diselimuti kain tebal seperti seekor ayam yang kedinginan dan berfalsafah tentang kekuatan untuk membunuh itu, Renne akhirnya tersadarkan jika hujan telah berhenti.
Renne sudah memutuskannya, ia akan segera membunuh Dyon setelah bertanya langsung tentang kebenaran dari apa yang didengarnya semalam. Saat ini, mereka berdua sudah bersiap untuk kembali ke Kerajaan Vemore dan berniat mengambil kelas pelatihan.
****
Jalan berlumpur membuat kedua orang itu sulit untuk berjalan, mereka selama ini menghindari lubang-lubang berisi air karena tak ingin pakaian yang dikenakan kotor. Meskipun pakaian yang dipakai hanyalah pakaian pemula, tetap saja hal itu akan merepotkan karena ia tak memiliki pakaian lainnya.
Renne berhenti berjalan, matanya menghadap ke tanah dan menilik sebuah batu kerikil kecil. Ia berniat untuk mengatakannya langsung dan berniat untuk membunuh Dyon saat ini juga. Memang terburu-buru dan Renne sendiri cukup labil, padahal sebelumnya ia tak berniat seperti ini.
“Ada apa? Kenapa kau terhenti?” Dyon langsung menolehkan wajah ketika menyadari gadis itu berhenti berjalan.
Renne mengeluarkan harpa dari dalam inventory dan berkata dengan lirih, “Dyon, aku sudah tahu semuanya dan saat ini aku memutuskan untuk mengakhiri ini.”
Wajah Dyon terlihat sedikit berubah kaget ketika mendengar perkataan Renne dan hal ini sudah cukup jelas membuktikan jika apa yang didengarnya memanglah sebuah kebenaran.
“Oh, jadi kau mendengar itu? Padahal kupikir ini akan memakan beberapa waktu lagi,” Dyon berdengu.
“Ya! Aku memang mengatakannya!” teriak Dyon.
“Sleeping—!”
Saat Renne hendak mengeluarkan keterampilan yang ia miliki, Dyon sudah lebih cepat beberapa detik untuk berpindah tempat menggunakan sebuah barang berbentuk batu kristal.
“Aku akan kembali dan membalas kekalahan ini. Untuk saat ini aku akan mundur terlebih dahulu, apalagi kau sudah mendapatkan kekuatan dari Dewi Zaulla untuk membunuh meskipun ini adalah dunia virtual. Aku akan kembali, jadi tunggulah saat hari itu tiba!”
Untuk terakhir kalinya, suara dan ancaman yang diserukan oleh Dyon terus terngiang-ngiang di pikirannya.
****
Renne sudah sampai di Kerajaan Vemore tanpa seekor monster pun yang datang menghadang. Wajahnya muram dan terus menundukkan muka ke bawah. Pikirannya terus berputar di satu tempat dan terus menanyakan hal yang sama.
Bagaimana Dyon mengetahui Dewi Zaulla? Apa dia kembali ke masa lalu juga? Apa hubungan mereka? Kenapa Dyon juga kembali ke masa lalu? Kenapa dia bisa mengetahui hal itu? Bukankah ini akan sangat gawat?
Begitulah beberapa pertanyaan yang sering ia lemparkan kepada dirinya sendiri.
Sampai akhirnya, lamunan itu terpecahkan oleh seseorang prajurit yang menghampiri dan menyapa karena tahu siapa gadis tersebut.
“Permisi, apa Anda adalah Renne?” prajurit itu terlihat menghampiri dengan rasa hormat.
Renne mengangkat wajahnya, melirik ke arah prajurit yang datang dan berkata, “Ah, iya. Aku Renne.”
“Benarkah? Kalau begitu aku ucapkan terima kasih yang mendalam. Berkat bantuan yang kau berikan, Kakekku masih bertahan hidup sampai saat ini.” Prajurit itu menundukkan muka dan setelah kejadian itu, prajurit-prajurit lainnya juga datang untuk mengucapkan rasa berterima kasih mereka.
Renne sendiri sudah tahu akan hal ini, tingkat fame yang ia miliki sudah menyebabkan hal ini terjadi. Dan untuk menghindari kerumunan ini, sebenarnya terdapat satu cara yang berfungsi dengan sangat baik. Yaitu, memakai jubah yang menutupi kepala hingga kaki.
Setelah beberapa saat lamanya, waktu yang terbuang sia-sia karena orang-orang itu, Renne memutuskan untuk langsung pergi ke pusat pelatihan untuk mempelajari keterampilan dan meningkatkan kekuatan.
Ia juga sudah memakai sebuah jubah hitam yang baru saja dibeli dari salah satu toko yang berada dekat dengan gerbang. Perjuangannya saja untuk dapat pergi ke sana terbilang cukup sulit, setiap waktu terus dihentikan oleh para penduduk yang berniat untuk memberikan sebuah quest. Padahal, Renne sedang tidak berniat untuk melakukan hal itu.
Setelah beberapa waktu melewati banyaknya gedung dan orang yang lalu lalang, Renne akhirnya sampai di bagian sebelah barat dari Kerajaan Vemore. Tempat di mana pelatihan keterampilan-keterampilan dasar dipelajari dan diberikan oleh instruktur.
Sebuah bangunan besar berbentuk sebuah kastel kecil yang di dalamnya terdapat lapangan berlatih. Berbahan dasar batu berbentuk balok yang disusun dengan sangat rapi dan kuat sehingga mustahil untuk diruntuhkan dengan mudah. Terdapat pula sebuah dua pintu gerbang berbahan kayu.
Saat hendak melangkahkan kaki untuk masuk, seseorang memanggil Renne dan menghentikan langkah kakinya.
“Tunggu, maukah kau bergabung dengan party kami? Kami kekurangan seorang pemain untuk melakukan quest.”
“Tidak, cari orang lain saja.” Renne berbalik dan melangkah masuk.
Renne tak ingin mempercayainya, sejak keberadaan Dyon yang mengetahui Dewi Kematian, itu sudah cukup untuk menjadi alasan agar tidak mempercayai orang lain. Bagaimanapun, tak ada yang akan tahu jika mereka adalah suruhan dari Dyon dan menjadi waspada serta tak mempercayai orang adalah sebuah keharusan, penduduk juga termasuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
John Singgih
menjadi paranoid...
2021-03-01
0
Orpmy
gw mulai berpikir jika Dion itu bukan pemain. karena nggak diijinkan mati
2020-08-30
2
Riski Aditya
MC bego, bunuh aja langsung pake nanya segala, gini nih klau MC nya cwe, malas sdh bacanya, pling kek gini2 lgi kedepannya
2020-06-20
2