Tekhnik meditasi ganda berfungsi untuk mempercepat proses memasuki alam meditasi. Seperti namanya, tekhnik ini hanya bisa dilakukan dengan dua orang dalam hal ini dilakukan oleh pria dan wanita seperti saat ini yang sedang dilakukan oleh Argadana dan Mingrum.
Ningrum di alam meditasi nya sedang berkutat melawan Naga Guntur agar bisa secepatnya menyelesaikan misi terakhir dan membantu Argadana dengan kekuatan bathinnya.
Argadana di sisi lain sedang menghadapi Raja Naga untuk menyelesaikan tugasnya. Di luar dugaan karena kekuatan Kamandaka jauh lebih besar dari sembilan naga, aturan yang ditetapkan alam meditasi yaitu tidak dapat menggunakan jurus yang dipelajari pada orang selain pemegang senjata pusaka naga sebelumnya menjadi tidak berfungsi. Argadana dapat mengerahkan jurus - jurus muara darahnya.
'Jurus Tapak Darah'
Argadana menyerang Raja naga dengan serangan tapaknya yang berhasil dihindari oleh Raja Naga.
Bawahan terkuat Kamandaka itu memberikan serangan balik mematikan dengan ekornya. Yang diserang tidak tinggal diam, Argadana memadukan 'jurus tapak darah' dengan 'jurus sembilan langkah ajaib' untuk bertahan sekaligus melakukan serangan balik.
Liukan ekor dan patukan kepala Raja Naga tidak dapat mengenai Argadana karena keunikan 'jurus sembilan langkah ajaib'. Tubuh pengguna jurus itu akan terlihat seperti orang mabuk, jalan sempoyongan, dan beberapa kali terlihat hendak jatuh tetapi justru jika diserang bisa tiba - tiba menghindar dengan sangat cepat.
Tubuh Argadana bergerak sempoyongan ke arah kanan ketika ekor Raja Naga menyerang sisi kirinya dan dalam hitungan dua tarikan nafas sebuah serangan dari 'jurus pembelah matahari' bersarang di tubuh Raja Naga membuatnya terjajar tiga langkah ke belakang.
"Jurus yang sangat hebat, Tuanku. Tetapi ini masih belum apa - apa. Mari hamba tunjukkan yang kekuatan penuh hamba yang sesungguhnya. Tuanku harap berhati - hati" kata Raja Naga sopan. Tidak lama setelah Raja Naga mengumpulkan seluruh kekuatannya...
Wusss.....
Kesiuran angin menerpa rambut emas Argadana hingga berkibar tertiup angin kencang pengaruh dari hawa kekuatan penuh Raja Naga.
"Raja Naga ternyata sangat kuat. Aku tidak menduka kalau kau sehebat ini, kekuatan penuhmu membuat tubuhku sedikit bergetar. Tetapi jika hanya seperti itu saja, kurasa aku akan bisa mengalahkanmu setelah bertarung lima puluh jurus" kata Argadana tersenyum tanpa menyombongkan diri.
"Mari, Tuan. Perkenalan kita akan diawali dari pertarungan ini setelah pemanasan tadi" kata Raja Naga bersemangat.
"Baik. Kerahkan kemampuan terbaikmu, Raja Naga" seru Argadana.
Berbeda dengan sebelumnya ketika Argadana memulai serangan lebih dulu, kali ini Raja Naga yang lebih dulu membuka serangan dengan dengan kuku - kuku di kedua tangannya yang kokoh dan amat keras.
Titik yang ditujukan serangan itu adalah bagian vital yaitu bagian tenggorokan. Argadana dengan cepat memalangkan tapak tangannya di depan leher untuk menangkap jari - jari Raja Naga dan mematahkannya. Tetapi Raja Naga juga tidak bodoh, ia membatalkan serangannya dan melanjutkannya dengan kibasan melingkar ekornya yang tidak sempat diantisipasi oleh Argadana.
Serangan Raja Naga itu menghantam dengan telak rusuk bagian kiri Argadana membuatnya terdorong lima langkah.
Argadana kembali membentuk kuda - kuda kokoh tangan kiri di tarik kebelakang membentuk siku menutupi sebagian wajahnya, tangan kanan terkepal mempersiapkan 'jurus bulan darah'.
Cuaca yang tadinya terang di tempat itu seketika berubah menjadi gelap, Raja Naga merasa gemetar melihat keanehan jurus calon tuannya yang baru ini. Beberapa detik kemudian cuaca yang gelap tersebut berubah lagi yang tadinya dipenuhi warna hitam gelap kini alam seperti menjadi merah berhiaskan darah.
'Jurus bulan darah' adalah jurus yang mengutamakan kekuatan batin untuk menciptakan ilusi yang dapat mempengaruhi kemampuan bertarung lawan. Jadi wajar saja jika Raja Naga merasa gemetaran, itu karena efek dari ilusi 'jurus bulan darah'.
"Hiaat... "
Argadana melakukan tendangan melingkar mengincar kepala Raja Naga, maka dengan refleks Raja Naga pun menghindari serangan kaki kanan Argadana. Namun ternyata serangan itu hanya tipuan belaka karena begitu Raja Naga menghindar Argadana dengan cepat memutar arah tendangannya.
Karena tidak sempat lagi menghindar Raja Naga terpaksa mengibaskan ekornya untuk menangkis tendangan itu. Namun Raja Naga lagi - lagi terkejut setelah menyadari bahwa tenaga tangkisannya jadi melemah karena sebab yang tidak diketahui oleh Raja Naga. Hasilnya, dalam adu kekuatan Raja Naga kalah telak dan terlempar bergulingan sejauh sepuluh tombak lebih karena tendangan Argadana disertai seperempat bagian dari tenaga dalamnya.
Beruntung di alam meditasi itu rasa sakit, lapar dan lelah tidak ada. Jika tidak, mungkin Raja Naga setidaknya akan terluka dalam karena serangan kuat dan pengaruh dari 'jurus bulan darah' yang dikerahkan Argadana.
"Tuanku sangat luar biasa, hamba merasa takhluk. Tetapi hamba masih ingin mengetahui sampai di mana kekuatan penuh Tuanku. Hamba akan menggunakan jurus terkuat yang hamba milik, harap tuan bersiaplah"
"Baiklah, Raja Naga. Sesuai keinginanmu" sambut Argadana bersemangat.
Raja Naga kembali memfokuskan konsentrasi penuh akan kekuatannya setelah Argadana menarik efek dari 'jurus bulan darah'. Perlahan - lahan tubuh Raja Naga mulai dipenuhi kobaran api berwarna putih, jenis api tertinggi yang ada di dunia. Tingkat panasnya berada di bawah api hitam yang merupakan api neraka. Api putih memiliki tekanan suhu dua tingkat di atas api merah, dan setingkat lebih panas dari api biru sehingga apapun yang ditemuinya pasti akan meleleh tidak terkecuali besi dan logam.
Hanya saja di alam dimensi ini menekan semua rasa sakit sehingga Argadana hanya merasakan sensasi hangat saja dari api putih milik Raja Naga. Mungkin lain lagi halnya jika di dunia nyata, Argadana meskipun memang lebih kuat dari Raja Naga juga akan tetap kerepotan untuk mengalahkannya karena keberadaan api putih itu.
Raja Naga menyerang Argadana dengan semburan api putih yang dengan cepat dihindari oleh Argadana. Murid Sepasang Pendekar Naga itu pun kembali melesat cepat ke arah Raja Naga yang tengah dipenuhi kobaran api putih. Tubuh Argadana seolah menghilang karena tengah mengerahkan jurus ke empat dari ajaran gurunya di lembah neraka yaitu 'jurus tanpa bentuk' yang sangat jarang digunakan oleh Sepasang Pendekar Naga sekalipun. Tinjunya mendarat dengan telak di tubuh Raja Naga tetapi yang terjadi sungguh mencengangkan. Bukan saja serangan Argadana tidak berefek pada Raja Naga, tetapi juga kekuatan penuh dari tinju Argadana dalam pengerahan 'jurus tanpa bentuk' memantul dan berbalik menyerang dirinya.
Argadana bergulingan sebelas tombak jauhnya karena terkena efek balik dari jurusnya sendiri.
"Jika kekuatan Raja Naga sebesar ini, kurasa aku pasti akan kesulitan untuk mengalahkannya jika di dunia nyata. Tetapi di alam dimensi ini aku bisa mengalahkannya dalam lima puluh jurus karena di alam batin semua rasa sakit dan lelah tidak akan terasa. Jadi mungkin aku akan dapat mengalahkannya dengan menggunakan 'ajian gugur gunung' ajaran guru Anung Pramana" kata Argadana membatin.
"Kau sangat kuat, Raja Naga. Di dunia nyata, aku mungkin akan sedikit kesulitan untuk mengalahkanmu, tetapi di tempat ini di mana semua rasa sakit dan lelah tidak dirasakan. Aku masih tetap bisa mengalahkanmu dengan mudah"
"Tuanku terlalu memuji. Padahal jika hamba tidak salah, Tuan belum menggunakan jurus terkuat Tuan" kata Raja Naga merendah.
Argadana memang belum menggunakan jurus terkuatnya yaitu 'jurus pengendali darah'. Hal itu sengaja tidak dilakukan nya karena jurus itu sangat kejam. Meskipun memang Raja Naga tidak merasakan sakit di alam meditasi ini tetapi tetap saja itu adalah jurus yang sangat kejam, dan Argadana tidak menyukai kekejaman.
"Hehe. . . Kalau begitu kau coba dulu 'ajian gugur gunung'ku in"
Argadana menyilanhkan kedua tangannya di depan dada lalu mengalirkan tenaga dalam dari pusarnya ke kedua tangan hingga tangan Argadana berubah warna menjadi hitam legam.
Raja Naga juga ikut mempersiapkan bola api putih berukuran besar yang keluar dari mulutnya.
'Ajian gugur gunung' dilepaskan Argadana dengan kekuatan penuh melepaskan semburat cahaya berwarna hitam pekat melesat cepat ke arah Raja Naga yang juga telah menyemburkan bola api putih dari mulutnya.
Akhirnya kedua energi tenaga dalam itu bertubrukan satu sama lain dan. . .
Duarr.....!!!
Terdengarkah ledakan dahsyat dan dua sosok yang terpental saling berlawanan arah.
Argadana segera melakukan salto dua kali ke belakang untuk mengimbangi kekuatan dorongan yang merupakan efek ledakan yang ditimbulkan oleh ajian pamungkas antara dirinya dan Raja Naga.
Hasil dari pertemuan dua kekuatan tadi adalah Argadana terpental sejauh tujuh tombak sedangkan Raja Naga sejauh delapan tombak. Jadi pertarungan itu dimenangkan oleh Argadana.
"Hamba merasa takhluk, Tuanku" ucap Raja Naga tertunduk.
"Tuan telah menyelesaikan ujian kesempurnaan ilmu Tuan. Sekembalinya tuan dari alam meditasi Tuan semua kemampuan Tuan akan meningkat dua kali lipat dari sebelumnya" kata Raja Naga menjelaskan.
***
Plok... Plok... Plok...
Terdengar suara tepuk tangan dari Raja Mahardika Pradana yang tampak bangga pada cucunya. Bekas Raja Kerajaan Siluman Darah itu lalu berjalan bersama putrinya ke arah Argadana begitu melihat cucunya itu berjalan bersama Raja Naga memasuki istana di dalam dimensi Pedang Siluman Darah. Memang pertarungan mereka dilakukan di alam meditasi, jadi Mahardika Pradana dan Dyah Ayu Pitaloka tidak dapat menyaksikannya secara langsung sebab terhalang oleh dimensi lain yang menutupi alam meditasi. Dan mereka berdua tahu bahwa Argadana tidak akan pergi dari alam itu sebelum dapat mengalahkan Raja Naga. Jadi ketika mereka melihat Argadana keluar bersama Raja Naga mereka tahu bahwa itu artinya pertarungan telah dimenangkan oleh Raja Kerajaan Siluman Darah itu.
"Hahahaha. . ." terdengar suara tawa kegirangan Raja Mahardika Pradana.
"Bagus, cucuku. Kau menyelesaikannya dengan sangat baik"
"Putraku tidak mengecewakanmu kan, ayah?" Dyah Ayu Pitaloka terlihat sangat bangga dengan keberhasilan putranya.
"Yah. . . Benar, putriku. Cucuku tidak mengecewakan aku. Untuk itu sebelum dia pergi dari sini aku akan memberinya oleh - oleh" kata Mahardika tersenyum.
"Apa itu, ayah?" tanya Dyah Ayu Pitaloka
"Hehehe. . . Kalian akan segera mengetahuinya" kata Mahardika berpura - pura misterius.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Budi Efendi
mantap
2023-02-02
1
Harman LokeST
Argadana mendapatkan oleh oleh dari kakeknya
2022-10-23
1
Abdus Salam Cotho
mantap, dapat menguasai pusaka cambuk Raja Naga, sekaligus tambahan dari sang kakek 👍🏿👍🏿👍🏿
2022-10-11
1