"Anak Set*n..!!!" umpat kesebelas penjahat itu terkejut sambil mengucak - ucak matanya yang terkena debu.
Sementara Ningrum hampir pingsan melihat seekor Harimau putih mengaum di sebelahnya. Tetapi dia sedikit bernafas lega setelah Argadana menoleh dan tersenyum padanya.
"Adik tenanglah, aku dan Paman Belang akan menolongmu" katanya tersenyum polos.
"Terima kasih. Tapi kakang harus segera pergi, mereka itu penjahat - penjahat yang kejam. Kakang bisa berada dalam bahaya nanti" kata Ningrum yang merasa khawatir tanpa sadar memanggil Argadana dengan sebutan Kakang.
"Bocah cari mati. Bunuh dia, dan tunggangannya juga biar mampus sekalian" perintah Warok Seto murka.
Sepuluh anggotanya kemudian bergerak hendak menyerang Argadana. Namun belum sampai sepuluh langkah mereka terlempar karena raungan Jendral Thalaba membawa angin ribut menerpa mereka.
"Bangs*t... Tidak berguna, hanya bocah saja tidak bisa kalian atasi" umpat Warok Seto kemudian bersiap menyerang.
"Jendral Thalaba menggeram menggetarkan nyali Warok Seto dan sepuluh orang anggotanya yang memang sudah mulai jatuh mental bertarungnya.
" Paman Belang, paman jaga adik ini saja. Orang - orang jahat itu aku yang lawan" suara Argadana mencegah Harimau putih Jendral Thalaba yang telah memasang sikap siap tarung. Jendral Thalaba lalu mundur ke sisi Ningrum dengan tampang angkernya.
"Harimau itu memang kuat, tapi bocah ini tidak mungkin mengalahkan keroyokan kita. Cepat gunakan barisan samber nyawa" teriak Warok Seto mengomando pasukannya.
Seketika saja sebuah barisan formasi bertarung telah terbentuk, Argadana dikepung sebelas orang bersenjatakan golok besar di tangan kanan masing - masing orang nya.
"Hiaaatttt......"
Teriakan nyaring sebelas orang menyerang Argadana terdengar merambah ke seantero tempat itu, sementara yang diserang tampak tidak bergerak sama sekali.
Semua anggota Perampok Lembah Haksa tersenyum melihat Argadana yang seperti anak kambing menyerahkan diri untuk dimangsa sekumpulan Harimau.
Tepat ketika senjata - senjata mereka menyentuh kulit tubuh Argadana keterkejutan besar terlihat di wajah Perampok Lembah Haksa yang memucat bagai mayat.
"Ajian Lintah Maut" ucap mereka berbarengan mengejutkan dua orang penguntit Argadana tadi yang tidak lain adalah Anung Pramana dan Kasih Pertiwi yang dijuluki Sepasang Pendekar Naga
Kasih Pertiwi segera hendak ambil tindakan begitu melihat ilmu aneh yang digunakan anak yang mereka kuntit secara diam - diam.
"Anak itu menggunakan ilmu terlarang, kakang. Kita tau ilmu itu adalah ciptaan Dewa Racun Sesat dari Kerajaan Sakra yang terkenal sangat bobrok akhlaknya. Jika tidak kita habisi sekarang, besok - besok pasti akan menjadi momok besar dunia persilatan"
Kesal Kasih Pertiwi ketika pergerakannya ditahan oleh suaminya.
"Ini tidak sesederhana yang kau lihat, dinda. Perhatikan baik - baik!" Kata Anung Pramana menenangkan sang istri.
"Ilmu Lintah Maut ciptaan Ki Sungsang Geni itu setiap kali digunakan akan menebarkan serbuk racun berwarna kuning yang dapat menyerap kering darah lawannya"
Kasih Pertiwi terlihat mulai tenang setelah menyadari perbedaan ilmu yang digunakan oleh Argadana dengan Ki Sungsang Geni alias Dewa Racun Sesat.
Sementara di sisi lain Argadana terkejut mendengar ilmu Aji Serat Darah miliknya disebut dengan ilmu lintah maut. Wajahnya tiba - tiba memerah menahan amarah. Dia teringat pesan Ibunya sebelum keberangkatannya dari Kerajaan Siluman Darah bahwa dua ratus tahun yang lalu ada salah satu Penasihat Siluman Darah yang berkhianat. Dan dari cerita itu jugalah dia mengetahui bahwa bangsa siluman pada umumnya memiliki umur yang panjang, dari penjelasan itu pula dia mengetahui bahwa ibunya ternyata sudah berumur sekitar dua ratus enam puluh tahun. Hanya saja, yang membuat sang ibu terlihat masih sangat muda tidak lain adalah karena Dyah Ayu Pitaloka sewaktu berumur dua puluh lima tahun pernah memakan 'buah waktu' sehingga dia dapat menahan kemudaannya meski telah berusia ratusan tahun.
Penasihat itu bernama La Huda, demi merebut kekuasaan yang kala itu dipegang oleh Dyah Ayu Pitaloka sang Penasihat sampai bekerja sama dengan musuh seperti Kerajaan Siluman Buaya Putih dan Kerajaan Beruk Selaksa bahkan sampai manusia pun ikut ambil bagian di dalamnya. Pasukan manusia itu adalah murid yang telah dididik nya secara diam - diam. Untuk kelangsungan rencananya dia bahkan mencoba membuat satu ilmu yang mirip dengan Ilmu Serat Darah yang hanya dapat dikuasai oleh pemilik garis keturunan penguasa Kerajaan Siluman Darah dengan bantuan. Akhirnya terciptalah Ilmu Lintah Maut.
Sifat ilmu tersebut memang hampir sama dengan ilmu serat darah, namun yang berbeda adalah ilmu serat darah masih dapat dikendalikan oleh pemiliknya dalam menyerap tenaga dalam lawan untuk dijadikan tenaga dalam sendiri, ini merupakan cara memperkuat diri dengan cara yang instan namun sangat jarang digunakan karena dianggap jurus pengecut.
Di sisi lain ilmu lintah maut hanya dapat menempel saja tanpa ada efek menghisap tenaga dalam, sebab itu lah pengguna lintah maut selalu membarengi ilmu itu dengan tenaga dalam racun berwarna kekuningan yang berfungsi untuk melemahkan tenaga dalam lawan namun tidak bersifat mengalirkan tenaga dalam musuh pada penggunanya seperti halnya ilmu serat darah.
Pasukan Kerajaan Siluman Darah digempur dari berbagai sisi. Namun karena kecerdasan Dyah Ayu Pitaloka dan Kekuatan Siluman Darah berhasil menghancurkan kepungan tersebut.
Karena kalah telak La Huda pun melarikan diri ke dunia manusia setelah berhasil mencuri sembilan buah senjata pusaka naga dari ruang penyimpanan senjata karena tidak dapat menemukan letak disimpannya pedang siluman darah. Dyah Ayu Pitaloka melakukan pengejaran ke dunia manusia selama ratusan tahun namun berakhir tanpa hasil, justru dalam pengejarannya ia bertemu Lalu Askar Wirajaya yang dalam keadaan terluka parah.
Jadi ketika dia hendak pergi Ibunya sempat berpesan agar kelak jika dia menemukan orang bernama La Huda si pengkhianat Kerajaan tersebut dia harus menghukumnya sesuai dengan aturan Kerajaan Siluman Darah, yaitu hukuman mati.
***
Setelah menyerap hampir sepersepuluh tenaga dalam kesebelas Perampok Lembah Haksa Argadana tiba - tiba menghentakkan kaki kanannya ke tanah dengan keras.
Tiba - tiba bumi bergetar bagaikan gempa, sekejap kemudian sebelas orang yang menyerang Argadana terlempar sejauh lima tombak dalam keadaan luka ringan karena memang Argadana tidak menggunakan tenaga dalam tinggi dalam serangannya.
"Aku beri kalian kesempatan hidup, tapi katakan padaku di mana orang yang menguasai ilmu lintah maut itu" kata Argadana.
"Bocah sombong, baru menguasai secuil ilmu kau sudah berani temberang di depan kami yang sudah berpengalaman" Warok Seto geram namun merasa ragu untuk melanjutkan serangan setelah merasakan salah satu ilmu yang paling ditakutinya.
"Haa... Kalian mungkin ingin yang lebih dari itu agar kalian mau membuka mulut" Argadana lalu mengangkat tinggi tangannya sejajar dengan bahu.
Dalam satu tarikan nafas kemudian telapak tangan hingga sikunya berubah warna menjadi putih keperakan.
"Ilmu pukulan ini mungkin pertama kalinya muncul di dunia persilatan. Jadi siapapun yang dapat mengenali dan menyebutkan nama jurus ini aku akan berguru padanya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Musa Torpas
cerita bagus enak di baca
2024-02-03
0
Budi Efendi
lanjutkan
2023-02-02
1
༄⍟Mᷤbᷡah_Atta࿐
"Buah waktu" (Cersil Nusantara) atau "Pil Kecantikan" (Cersil daratan China) fungsinya sama. 👏👏👏😁😁
2022-10-28
0