Tidak berapa lama setelah meminum pil obat yang diberikan Ningrum, Gandari membuka matanya dan tiba - tiba memuntahkan darah berwarna kehitaman yang cukup banyak. Lantai yang terkena darah kehitaman tiba - tiba mengeluarkan asap berbau menyengatkan.
"Putriku..." Panik Raja Bima
"Pil obatnya sudah mulai bereaksi, jika Putri Gandari hanya memetik setangkai saja seharusnya sebentar lagi akan memuntahkan darah hitam yang terakhir" kata Argadana.
Dan benar saja, Gandari kemudian memuntahkan darah berwarna kehitaman lagi yang menghasilkan asap dan mengeluarkan bau menyengat.
Setelah muntahan darah kedua itu barulah nafas Gandari perlahan mulai stabil kembali. Wajahnya yang semula pucat kini telah kembali memerah.
Raja Bima tersenyum senang.
"Putriku..."
Teriak seorang wanita tiba - tiba dari arah pintu masuk kamar Gandari. Wanita itu tidak lain adalah permaisuri Raja Bima, Ratu Harnum Diyu. Wanita itu langsung saja menubruk tubuh putrinya yang telah terlihat kembali cerah setelah mengeluarkan semua racun di tubuhnya.
"Yang mulia. Saya sudah menyiapkan obat - obat untuk pemulihan Tuan Putri Gandari. Saya sarankan agar seminggu ini Tuan Putri Gandari sebaiknya jangan dulu banyak bergerak untuk membantu pemulihannya. Obat ini diminumkan dua kali sehari setelah makan" kata Argadana menjelaskan cara pakai obat tersebut. Setelah hari ke delapan, in sya allah Tuan Putri akan sembuh seperti sedia kala.
"Nak, aku benar - benar berterimakasih. Berkat kalian ratuku dapat tersenyum kembali setelah sekian lama tampak murung karena sakit putri kami"
"Ahh... Kami hanya melakukan apa yang seharusnya kami kerjakan sebagai seorang tabib, yang mulia. Dapat membantu yang mulia juga sudah merupakan kehormatan bagi kami untuk dapat berkenalan dengan sosok seorang raja seperti yang mulia" kata Argadana.
Raja Bima hanya tersenyum haru, tanpa sadar air mata mengalir di pipinya karena bahagia.
"Nak, di mata rakyat aku ini memanglah seorang raja. Tetapi di depan keluargaku, aku hanyalah seorang ayah yang tidak lepas dari kehawatiran akan keadaan putrinya" Raja Suwaka Gandara Putra mengusap airmatanya.
"Aku tidak menarik sumpahku, nak. Putri Ningrum, mulai hari ini aku umumkan aku mengangkat Putri Ningrum sebagai putri angkatku. Dan kau nak Argadana, aku pun tidak akan menjilat ludahku sendiri. Jika suatu saat kelak setelah kalian dewasa, dan kau menginginkan putriku Gandari sebelum dia berusia genap dua puluh enam tahun maka kau dapat menikahinya."
"Kami sangat berterimakasih atas kemurahan hati yang mulia Raja Bima" kata Argadana dan Ningrum bersamaan.
"Kalian tidak perlu sesungkan itu mulai sekarang. Ningrum, kau sekarang adalah putriku, jadi panggil aku ayah seperti layaknya anak - anakku yang lain. Argadana juga bisa memanggilku paman mulai sekarang" kata Raja Suwaka Gandara Putra gembira.
"Baik, ayah"
"Baik, paman"
***
"Ayah... Ibu ... "
Panggil Gandari lemah berusaha bangun dari pembaringannya.
"Kau masih lemah, nak. Sebaiknya jangan banyak bergerak dulu" kata Ratu Harnum Diyu.
"Tapi aku ingin tahu siapa yang telah menyelamatkan aku, ibu. Aku ingin berterimakasih secara langsung padanya"
"Kau tunggu di sini dulu. Ibu akan bawakan mereka padamu"
Ratu Harnum Diyu keluar sebentar lalu kembali membawa Argadana dan Ningrum disusul oleh Raja Bima, ayahnya beserta Patih Ashlan.
"Putriku, mereka berdua inilah orang yang telah menyelamatkanmu" kata Harnum Diyu kemudian.
"Benarkah mereka yang menolongku, ayah? Aku lihat usia mereka tidak beda jauh dariku, jadi apakah mereka ini tabib terkenal?" tanya Gandari polos.
Raja Bima hanya tersenyum menanggapi pertanyaan putrinya yang seolah - olah tidak percaya.
"Mereka adalah murid dari seorang tabib paling handal, anakku"
Suwaka Gandara Putra membelai lembut rambut putri bungsunya itu.
"Perkenalkan, wanita ini bernama Ningrum. Dia anak kandung Raja Kurawa dari Kerajaan Sampang Daru. Karena dia lebih tua setahun maka mulai sekarang dia menjadi kakak angkatmu"
"Kakak. Terimakasih sudah mengobatiku" Gandari berkata sambil menundukkan kepalanya tanda menghormat.
"Sama - sama adik Gandari" jawab Ningrum pula.
"Dan ini adalah Argadana, kakak seperguruan Ningrum"
"Ah... Terimakasih, kakak"
"Sama - sama, adik Gandari"
"Kelak setelah kau dewasa kau harus mengejarnya agar dia mau menikahimu, Gandari" kata Raja Bima sambil tertawa terkekeh.
"Ayah. Ayah bicara apa? Kami bahkan masih anak - anak" kata Gandari dengan wajah memerah.
"Hahhaa. . ."
***
"Paman, penyakit adik Gandari sudah sembuh. Kami berdua mohon pamit pulang, karena guru berpesan agar kami segera kembali begitu pengobatan telah selesai"
Argadana meminta izin pulang kembali ke Lembah Neraka untuk memberitahu guru mereka bahwa ujiannya telah berhasil.
Raja Bima awalnya ingin agar kedua murid Dewi Obat itu tinggal lebih lama di istana tetapi dengan banyak alasan Argadana menolak hingga akhirnya Raja Bima menyerah juga dan hanya bisa memberikan plat perintah berwarna emas kepada Argadana dan juga Ningrum agar kelak jika mereka hendak memasuki wilayah Kerajaan Bima mereka dapat menghindari pemeriksaan yang tidak perlu.
Kepulangan Argadana dan Ningrum diiringi seluruh anggota keluarga kerajaan.
Selepas kepergian kedua bocah itu Raja Suwaka Gandara Putra mengirimkan surat dan beberapa kotak besar sebagai tanda terimakasih kepada Raja Kerajaan Sampang Daru, Raja Kurawa atas bantuan Putri Ningrum yang telah menyembuhkan putrinya. Surat Raja Bima tersebut juga berisi tentang keinginan Raja Bima untuk menjalin hubungan kerja sama antara dua kerajaan demi meningkatkan perekonomian.
Hal itu langsung disetujui oleh Raja Kurawa yang begitu bahagia tidak terkira karena putri kecilnya diam - diam ternyata telah memberikan suatu manfaat besar bagi kerajaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Budi Efendi
mantap
2023-02-02
1
Harman LokeST
pulang ke tempat tinggalnya
2022-10-23
1
Raka Afidien
makin poolllllll 👍
2022-07-10
1