Plak... Plak...
Bunyi dua tapak saling beradu di udara terdengar nyaring.
"Ayo, nak. Serang ibu dengan sungguh - sungguh" seru seorang wanita berambut emas kepada pemuda tanggung lawannya yang juga berrambut emas. Itu tidak lain adalah Dyah Ayu Pitaloka dan Argadana yang sedang berlatih ilmu silat.
Pertarungan keduanya terus berlangsung sengit. Sementara hutan tempat mereka berlatih telah tidak karuan bentuknya, ada pohon yang tercerabut dari akarnya dan ada pula bebatuan yang hancur lebur terkena imbas tenaga dalam tinggi dari keduanya.
Des..
Duaarrr...!!!
Ledakan memekakkan telinga terdengar ketika kepalan tangan mereka beradu. Kedua ibu dan anak itu pun sama - sama terlempar sejauh lima tombak ke belakang akibat benturan tenaga dalam yang berimbang.
"Sudah cukup, anakku. Ibu sudah tidak kuat lagi.. Hah.. Hahh... " Dyah Ayu Pitaloka tersengal nafasnya meladeni serangan Argadana yang demikian gencarnya
"Bagaimana, ibu? Ibu mengaku kalah?" seru Argadana tersenyum.
"Kau sudah melampaui ibu, anakku" Dyah Ayu Pitaloka tersenyum puas.
"Dengan kekuatanmu sekarang ibu yakin kamu sudah bisa mengendalikan Pedang Siluman Darah" sambungnya dengan bangga.
"Pedang Siluman Darah? Pedang macam apa itu, ibu?" tanya Argadana Penasaran.
Dyah kemudian membelai lembut putra semata wayangnya yang kini telah berusia genap sepuluh tahun tersebut. Terpancar kebanggaan dari pandangan matanya.
Bakat dan kekuatan tubuh Lalu Argadana luar biasa. Dyah Ayu Pitaloka dulu menghabiskan waktu lima belas tahun untuk menguasai seluruh ilmu yang terdapat di Kitab Muara Darah, sedangkan putranya hanya memerlukan waktu kurang dari sepuluh tahun. Dengan demikian rampunglah semua harapan Dyah pada putranya. Hanya tinggal satu lagi tujuan terakhirnya yang akan segera dia capai setelah Argadana berhasil menyempurnakan ilmunya kali ini.
Adapun ilmu - ilmu yang terdapat di dalam Kitab Muara Darah adalah:
Jurus tapak darah
Jurus pembelah mata hari
Jurus bulan darah
Jurus Pengendali Darah
Jurus Sembilan Bulan
Jurus Sembilan Matahari
Jurus Nafas Siluman (Ilmu Meringankan Tubuh)
Ada juga pukulan aji kesaktian:
Pukulan api salju
Pukulan pembalik matahari
Pukulan gerhana matahari
Pukulan gerhana bulan
Ke semuanya dari ilmu - ilmu tersebut telah berhasil dikuasai Argadana dengan sempurna. Dia hanya perlu pengalaman saja untuk melengkapi kemampuan bertarungnya.
"Anakku. Pedang Siluman Darah adalah pedang pusaka lambang Kerajaan Siluman Darah kita. Setelah nanti kau mewarisi pedang itu, maka itu artinya kau telah menggenggam tampuk kekuasaan di Kerajaan ini." jelas Dyah Ayu Pitaloka lemah lembut.
"Sebulan lagi dari hari ini kita akan lakukan upacara penobatanmu menjadi raja, dan setelah kau mendapatkan Pedang Siluman Darah barulah kau boleh mencari ayahmu. Sekarang kita pulang dulu, nanti di istana ibu akan ceritakan semuanya tentang ayah kandungmu" ajak Dyah Ayu Pitaloka sambil tersenyum.
"Baik, ibu"
Mereka berdua kemudian pulang dengan wajah ceria.
***
"Ibu, apakah ayahku wajahnya tampan?" tanya Argadana polos. Dyah Ayu Pitaloka membalasnya dengan senyum lebar sebelum menjawab
"Yaah... Tidak ada satu pun di dunia yang bisa membuat hati ibu tergetar selain dia. Ayahmu adalah Panglima hebat di Kerajaan yang bernama Kerajaan Datu Gumi. Waktu itu.... "
Dyah Ayu Pitaloka menceritakan semua kisah tentang awal pertemuan hingga akhir perpisahannya dengan kekasihnya, Panglima Muda Lalu Askar Wirajaya.
"Wahhh.... Jadi ayah bukan orang jahat, ibu?"
"Benar, anakku. Ayah dan ibumu terpisah karena kodrat kami sebagai bangsa manusia dan siluman tidak bisa bersatu."
"Jadi ibu, apakah aku termasuk manusia atau siluman?" tanya Argadana.
"Darah ayah dan ibumu mengalir di tubuhmu, anakku. Itu artinya kau setengah manusia, setengah siluman"
"Oooo....." Argadana menjawab singkat dengan mulutnya membentuk huruf 'O'
"Nah, semua tentang ayahmu sudah ibu ceritakan. Sekarang berbaliklah, ibu akan memberikan hadiah kenang - kenangan untukmu"
Argadana menurut saja perintah ibunya tanpa mengetahui bahwa hadiah yang akan dia Terima merupakan seluruh kekuatan sang ibu.
Ya, Dyah Ayu Pitaloka berniat memberikan seluruh tenaga dalam miliknya kepada putra semata wayangnya, Argadana. Dengan demikian tinggal beberapa langkah lagi semua tujuannya akan tercapai.
"Jangan menolak hawa yang masuk ke tubuhmu, anakku"
"Baik, ibu"
Dyah Ayu Pitaloka meletakkan tangannya di punggung Argadana. Beberapa tarikan nafas kemudian terasa hawa hangat mulai memasuki tubuh Argadana. Lama kelamaan terasa panas, tubuh Argadana seperti terbakar.
Dyah Ayu Pitaloka memiliki tenaga dalam yang sangat besar. Tak tanggung - tanggung semuanya diberikan pada Argadana secara berlebihan sehingga menyebabkan membesarnya syaraf - syaraf penampungan tenaga dalam di tubuh Argadana. Hasilnya, tenaga dalam Dyah Ayu Pitaloka terserap seluruhnya dalam waktu singkat. Argadana tidak menyadari bahwa proses penyaluran tenaga dalam itu adalah untuk membuka syaraf Siluman Darah miliknya yang tertutup karena dia merupakan perwujudan manusia setengah siluman.
Syaraf Siluman Darah adalah ciri khusus yang hanya dimiliki oleh kaum Siluman Darah. Dan itu juga merupakan kelebihan Siluman Darah dari siluman lain. Seluruh kaum siluman darah memiliki kemampuan yang terbilang aneh yaitu dapat menyerap tenaga dalam lawan melalui sentuhan fisik ketika lawan menyerang dengan tenaga dalam. Hal inilah yang membuat Kaum Siluman Darah menjadi siluman terkuat, Rajanya para siluman.
Wajah Dyah terlihat pucat setelah menyalurkan seluruh tenaga dalamnya pada Argadana. Namun dia tersenyum puas, usahanya membuahkan hasil yang tak sia - sia.
"Argadana, anakku. Ibu telah menyalurkan seluruh tenaga dalam ibu kepadamu, untuk membuka simpul yang menutup syaraf siluman darah milikmu. Jadi dengan begitu kamu telah menguasai ajian pamungkas yang merupakan ciri khas kaukaum kita, bangsa Siluman Darah. Ilmu itu bernama Ilmu Serat Darah" kata Dyah Ayu Pitaloka mengejutkan putranya.
"Dengan ilmu itu kamu dapat menyerap seluruh tenaga dalam bahkan aura kehidupan musuhmu. Intinya selama musuhmu menggunakan tenaga dalam untuk menyerangmu, kau akan tetap dapat menyerapnya ketika terjadi kontak fisik. Nah, untuk sebulan ini kau akan mempelajari cara menggunakan ilmu ini"
"Bulan depan kau akan aku nobatkan menjadi raja Kerajaan Siluman Darah yang baru. Jadi persiapkanlah dirimu dari sekarang" Kata Dyah Ayu Pitaloka serius.
"Iya, ibu." jawab Argadana santun
###
Di balai istana Kerajaan Siluman Darah
"Ratu, apakah keputusan Ratu sudah tidak dapat lagi dirubah?"
Seorang pria berambut putih gagah bertanya dengan nada hormat pada Dyah Ayu Pitaloka. Dia adalah salah seorang penasehat Kerajaan Siluman Darah, Gumara Wirayuda.
"Dengan menggunakan ajian lebur raga tubuh Ratu akan hancur. Mohon difikirkan kembali keputusannya, Ratu"
"Aku tak dapat menolak keinginan putraku untuk bertemu ayah kandungnya, Paman Gumara"
"Keputusan ini sudah kufikirkan baik - baik. Setelah penobatannya nanti, putraku akan memulai perjalanan nya di dunia manusia. Dan Kerajaan ini akan aku titipkan kepada kalian semua. Putraku akan kembali lagi ke singgasana ini memimpin Kerajaan setelah dia menemukan wanita yang akan menjadi permaisurinya nanti. Sampai saat itu tiba, tolong jaga Kerajaan ini sebaik mungkin" pesan Dyah kepada seluruh bawahannya yang hadir dalam pertemuan itu.
"Kami mengerti, Ratu!!! "
jawab para bawahan Dyah serempak.
"Baiklah. Kalau begitu pertemuan ini aku cukupkan sampai di sini. Terimakasih atas kehadiran kalian" tutup Dyah membubarkan pertemuan hari itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Budi Efendi
lanjutkan mantappp
2023-02-01
0
🇮🇩RATU LANGI🇮🇩
di alam siluman nama ajian ny SERAT DARAH ....
klau di alam manusia_Ajian SERAT JIWA y thoorrrr.....
🤭🤭⚔️
2022-10-31
0
Harman LokeST
next author
2022-10-23
1