Sepekan setelah masa berkabung pasca kepergian sang Ibunda Argadana sudah mulai dapat menerima keadaan.
"Lagipula aku juga masih bisa bertemu dengan Ibu walaupun hanya bisa beberapa kali saja dalam dua bulan." Argadana menghibur dirinya sendiri.
Memang Dyah Ayu Pitaloka tidak akan mudah bisa menampakkan dirinya karena akan sangat menguras tenaga batin Argadana, sehingga Argadana hanya dapat memanggil keluar jiwa Ibunya dari dalam badan pusaka pedang siluman darah sekitar dua kali dalam sebulan.
Argadana memulai persiapannya untuk melakukan perjalanannya menuju dimensi manusia untuk mencari sosok ayah kandungnya, Lalu Askar Wirajaya.
Setelah berpesan kepada seluruh abdi Kerajaan Siluman Darah agar menjalankan pemerintahan dengan bijak selama petualangannya, Argadana dan Thalaba meninggalkan Kerajaan diiringi doa - doa kebaikan dari seluruh rakyatnya menuju dimensi dunia manusia.
***
Seorang bocah perempuan berpakaian serba hijau sedang berlari kencang menggunakan ilmu meringankan tubuh. Sesekali dia terlihat menoleh ke belakang seolah - olah tengah melarikan diri dari kejaran hantu.
Bocah itu tampak baru berusia sekitar 9 tahun. Gambar anggrek berwarna ungu di dada kiri pakaian hijaunya menandakan bahwa dia merupakan murid Perguruan Anggrek Ungu, salah satu perguruan terbesar aliran putih di Kerajaan Sampang Daru.
Wajahnya berbentuk bulat telur dengan kulit berwarna putih, mirip penampilan seorang bangsawan. Karena nafas yang terengah - engah dan tenaga yang mulai mengendur akhirnya bocah perempuan itu tersungkur. Ia berusaha bangkit sekuat tenaga, namun...
"Ningrum...!!"
Teriak seorang pria tua berwajah angker dengan sepuluh orang yang tidak kalah seram di belakangnya.
"Akhirnya ketemu juga kau. Kesempatanku untuk membalas dendam pada si bangsa*t Raja Kurawa itu datang juga. Hehehe... " Pria tua itu tertawa mengekeh membuat ciut nyali gadis kecil tadi. Gadis kecil itu tau benar bahwa lelaki tua angker yang mengejarnya ini adalah seorang gembong tokoh aliran sesat yang namanya sangat ditakuti di Kerajaan Sampang Daru.
Dia bernama Warok Seto, berasal dari Lereng Haksa. Bersama dengan sepuluh orang adik seperguruannya menjadi kelompok perampok yang paling ditakuti. Karena ilmu silat mereka begitu tinggi dunia persilatan menjuluki mereka Perampok Lereng Haksa.
"Kalian orang - orang jahat, kenapa bersikeras memburuku?" tanya gadis kecil tersebut.
Sebelas Perampok Lereng Haksa menyeringai seram menakuti gadis yg di panggil Ningrum tersebut. Lalu salah seorang dari mereka yang bernama Darta menjawab pertanyaan Ningrum dengan santai
"Gadis kecil. Kulitmu putih halus begini, kalau dijual di tempat perbudakan pasti akan sangat mahal. Hahaha... "
"Benar, gadis kecil. Dan ini juga hitung - hitung untuk mmembalas si bangs*t Raja Kurawa itu. Biar dia tahu rasa akibatnya karena telah berani mengganggu pekerjaan kami. Hmhh.... " celetuk seorang lagi yang bernama Sugriwa.
Bukan tanpa alasan mereka memburu Ningrum yang merupakan putri Raja Kurawa, penguasa Kerajaan Sampang Daru.
Di awal - awal kemunculan Perampok Lembah Haksa di dunia persilatan, mereka telah mengukir nama yang menggetarkan keberanian banyak orang dengan ilmu tingkat tinggi yang mereka miliki. Mereka merampok, membunuh, bahkan memperkosa gadis - gadis desa. Para penduduk yang merasa resah akhirnya melaporkan hal itu kepada pemerintah setempat namun hasilnya nihil.
Kekejaman mereka semakin menjadi - jadi. Adipati merasa putus asa karena tidak mampu menangani para Perampok Lembah Haksa lalu mengadukan permasalahannya kepada raja yang kemudian mengirimkan prajurit - prajurit tangguh dalam jumlah besar.
Perampok Lembah Haksa lari tunggang - langgang karena tidak sanggup menghadapi serangan bertubi - tubi pasukan khusus prajurit kerajaan. Hal tersebut menyulut dendam mereka terhadap Kerajaan Sampang Daru.
Hari ini anggota kawanan Perampok Lembah Haksa berniat mencari kedai tempat mereka makan dan kebetulan bertemu Ningrum yang mereka ketahui merupakan putri Raja Kurawa sehingga timbullah ide untuk membalas Raja Kurawa dengan menculik putrinya.
Ningrum yang ketika dalam perjalanan pulang ke perguruan bersama lima orang kakak seperguruannya merasa terkejut karena tiba - tiba dihadang sekelompok perampok berwajah seram.
Lima orang saudara seperguruan Ningrum berusaha melawan sebelas perampok tersebut untuk memberi peluang Ningrum melarikan diri, namun mereka tentu saja bukan tandingan Perampok Lembah Haksa. Hanya dalam beberapa gebrakan saja lima orang anggota Perguruan Anggrek Ungu tak sadarkan diri semntara. Para gembong aliran sesat itu lalu mengejar Ningrum untuk ditangkap dan dijual.
***
"Paman Belang, apakah mereka adalah orang - orang jahat yang seperti dikatakan Ibu?"
Seorang bocah lelaki berumur sekitar sepuluh tahun terlihat seperti berbicara dengan dirinya sendiri karena tidak ada satupun orang di sampingnya yang bisa dia ajak berbicara. Hanya saja penampilannya sedikit nyentrik karena warna rambutnya yang begitu berbeda dari warna rambut kebanyakan orang.
Jika warna rambut orang kebanyakan adalah warna hitam, maka rambut bocah itu berwarna kuning mengkilat seperti emas terpapar cahaya matahari.
Dan yang lebih menganehkannya lagi adalah binatang tunggangannya bukanlah seekor kuda atau keledai seperti umumnya masyarakat maupun pendekar di daerah tersebut melainkan seekor Harimau putih berukuran hampir sebesar anak sapi.
"Berarti kita harus menolong anak perempuan itu, Paman Belang. Karena kata Ibu jika kita melihat ada orang menjahati orang lain maka kita harus menghentikannya" ternyata yang diajak berbicara oleh si bocah adalah harimau putih yang menjadi tunggangannya.
Maka jelaslah sudah bahwa bocah itu memang adalah Lalu Argadana bersama Jendral Thalaba yang telah merubah bentuk tubuhnya menjadi seekor Harimau berwarna putih sesuai pesan terakhir Dyah Ayu Pitaloka. Agar tidak terlalu terlihat mencolok Jendral Thalaba hanya berbicara kepada Argadana dengan ilmu memindahkan suara, sehingga yang hanya Argadana saja yang dapat mendengarnya ketika berbicara.
"Ayo, Paman. Cepat kita tolong dia. Kelihatannya sangat takut pada orang - orang jahat itu" kata Argadana lagi.
Jendral Thalaba pun melesat cepat melebihi kecepatan anak panah hingga dalam waktu beberapa tarikan nafas saja mereka telah tiba di belakang gadis kecil Ningrum.
Kedua mekhluk berbeda jenis itu tidak menyadari bahwa sekitar tiga puluh tombak di belakang mereka ada dua orang pria dan wanita mengikuti secara diam - diam.
Dua orang itu salah satunya adalah pria berjubah putih yang rambutnya telah di penuhi uban berusia sembilan puluhan. Ikat kepala berwarna hijau melingkar di kepalanya. Di belakang punggung orang itu terlihat sebatang cambuk berwarna hitam pekat dengan gagang berbentuk kepala naga. Dia bernama Anung Pramana.
Sedangkan yang satunya lagi adalah wanita berusia sekitar delapan puluh tahun berpakaian serba hijau dan terlihat pedang dengan sarung berbentuk indah berwarna putih kebiruan menggantung di pinggangnya. Namanya Kasih Pertiwi.
Mereka berdua adalah suami istri berjuluk Sepasang Pendekar Naga. Keduanya sangat ditakuti baik oleh kawan maupun lawan. Hal itu tidak lain karena kedua pendekar aliran putih ini merupakan pendekar yang sepak terjangnya dulu sempat menggegerkan dunia persilatan lima puluh tahun lalu yang bahkan sepasang datuk aliran sesat nomor satu aliran hitam pun terbunuh di tangan keduanya.
Nama gelar mereka pun melambung selama dua puluhan tahun. Setelah perang besar aliran hitam dan putih yang memakan korban jutaan nyawa dimenangkan oleh aliran putih berkat ketinggian ilmu keduanya, mereka memutuskan untuk mengundurkan diri dari dunia persilatan hingga lama - kelamaan nama mereka mulai dilupakan di dunia persilatan.
"Kakang, anak itu sepertinya tidak biasa. Aku dapat melihat dari postur tubuhnya dia memiliki kualitas tulang yang kuat. Mungkin dia bisa menerima semua ilmu kita" Kasih Pertiwi mengutarakan pendapat seraya menoleh pada suaminya.
Anung Pramana mengangguk setuju.
"Aku sependapat denganmu, Dinda" kata Anung Pramana yang terdengar sedikit bergetar suaranya menimbulkan keheranan di benak istrinya.
"Ada apa, kakang? Aku dengar nada bicaramu sedikit aneh" tanya Kasih Pertiwi.
"Aku merasakan tekanan yang sangat besar dari tubuh Harimau itu, sepertinya binatang yang ditunggangi bocah itu kemungkinan sejenis hewan siluman" jawab Anung Pramana.
"Dan lagi bocah itu terlihat penuh rahasia. Tidak mungkin ada anak kecil biasa yang dapat menjinakkan binatang buas seperti Harimau itu. Bahkan lebih mustahil lagi orang tuanya tidak mencari anak ini, dia tidak mungkin tersesat kan?"
"Benar juga"
"Biar lebih jelasnya kita ikuti dulu anak itu. Kita lihat bagaimana sepak terjangnya, aku yakin bocah itu setidaknya memiliki bekal kemampuan yang cukup"
"Baiklah. Ayo... "
***
"Aurggghhhh.... "
Ningrum dan sebelas Perampok Lembah Haksa terkejut bukan kepalang saat seekor Harimau putih yang tampak ganas dan besarnya sangat tidak lumrah tiba - tiba datang membawa kepulan debu saking cepatnya mengaum keras menghalangi niat Perampokan Lembah Haksa untuk menculik Ningrum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Mbak Shity
lanjut terus🥰
2024-03-18
0
Budi Efendi
lanjutkan thorrr
2023-02-01
1
Harman LokeST
perjalanan pertama langsung menolong orang dari penculikan
2022-10-23
1