Seluruh Rakyat Berkabung

Suasana di alun - alun istana Kerajaan Siluman Darah sangat ramai pagi ini. Semua rakyat berkumpul menimbulkan suara hiruk - pikuk. Hal ini tiada lain karena pada hari ini akan diadakan penobatan raja Kerajaan Siluman Darah yang baru sebagai penerus tampuk kekuasaan yang sebelumnya dipegang oleh Ratu Dyah Ayu Pitaloka.

Penjagaan sekitar istana dijaga ketat oleh prajurit - prajurit yang terlihat sangar.

Para petinggi - petinggi Kerajaan berkumpul di panggung yang terias indah. Mulai dari patih, penasehat, mentri, dan seluruh pejabat tinggi lainnya ada di sana.

Di tengah - tengah mereka terdapat dua kursi berukuran besar nanti indah, duduklah Ratu Dyah Ayu Pitaloka dan Lalu Argadana.

Dyah Ayu Pitaloka tampak sangat anggun dengan pakaian emasnya, begitu juga dengan Argadana yang tampak gagah dengan tubuhnya yang terlatih dengan baik sejak kecil.

"Para rakyatku yang berbahagia!!!" terdengar suara seorang sepuh menggelegar merambah seantero istana karena disertai dengan tenaga dalam tinggi. Itu adalah suara Patih Girinda yang menjadi pembawa acara.

"Pada hari ini kita akan menyelenggarakan acara penobatan Raja Kerajaan kita yang baru dengan penyerahan mahkota Kerajaan Siluman Darah dan Pedang Siluman Darah sebagai simbol kekuasaan penuh."

Patih Girinda berhenti sebentar sembari menatap seluruh hadirin yang datang.

"Baiklah kita akan mulai saja acara penobatannya. Mohon Ibunda Ratu dan yang mulia calon raja Kerajaan Siluman Darah untuk memulai ritual penobatan"

Dyah Ayu Pitaloka dan Lalu Argadana kemudian maju ke tempat yang telah disediakan. Lalu Argadana kemudian berlutut di hadapan Dyah Ayu Pitaloka setelah saling berhadapan - hadapan dengan ibundanya.

Dyah Ayu Pitaloka mengambil mahkota kebesaran yang dibawakan oleh seorang petugas pelaksana penobatan kemudian memasang sikap siap meletakkan mahkota di atas kepalanya.

"Dengan disaksikan oleh sang penguasa alam semesta, dan seluruh rakyat Kerajaanku tercinta. Aku Ratu Kerajaan Siluman Darah menyerahkan tampuk kekuasaan kepada putraku"

Dyah Ayu Pitaloka menjeda sejenak orasinya untuk memberikan kesempatan seluruh hadirin untuk menyimak dan menghayati seluruh prosesi penobatan tersebut.

"Ananda Lalu Argadana. Sudah siapkah engkau untuk memikul semua beban penderitaan maupun kemakmuran rakyat Kerajaan Siluman Darah?"

"Ananda telah siap, Ibunda Ratu"

"Maka terimalah mahkota kebesaranmu, ananda Raja Siluman Darah"

Dyah lalu memasangkan mahkota kebesaran di kepala Argadana yang dilanjutkan dengan penyerahan pusaka pedang siluman darah.

Setelah penerima pusaka pedang siluman darah Lalu Argadana berdiri tegap mengangkat pedang siluman darah yang memancarkan aura yang sangat mengerikan itu di atas kepalanya.

"Para rakyatku semuanya. Aku tidak begitu memahami tentang hakikat seorang pemimpin" kata Argadana memulai pidatonya.

"Hanya saja yang aku ketahui adalah sebuah negeri itu bukan tentang luas wilayah kekuasaannya, melainkan tentang rakyatnya"

Argadana berhenti sejenak menyapukan pandangannya ke seluruh rakyat yang berdiri takjub di hadapannya.

"Oleh karena itu aku, Lalu Argadana. Sebagai raja siluman darah akan mengabdikan seluruh hidupku demi kemaslahatan seluruh rakyatku. Tetapi, para rakyatku sekalian. Aku pun juga bukan makhluk sempurna. Kelak jika aku ada berbuat keliru, jangan segan - segan untuk menegurku demi menghidupkan dan memakmurkan Kerajaan kita bersama"

Duarrr.....!!!

Salakan petir menggelegar di siang hari itu seolah merestui penobatan raja yang baru.

Seluruh rakyat dan para pejabat tinggi berlutut.

"Sembah hormat kami, yang mulia Raja Siluman Darah. Semoga yang mulia tetap sehat dan panjang umur" kata mereka serempak.

"Bengkitlah, dan berbahagialah selalu kalian semua wahai rakyat negeriku"

Seru Argadana menjawab sembah hormat rakyatnya.

"Hidup yang mulia Raja Siluman Darah...!!!"

"Hidup...!!!"

"Hidup yang mulia Raja Siluman Darah...!!!"

"Hidup...!!!"

###

Saat ini Argadana bersama Dyah Ayu Pitaloka sedang menghadiri pertemuan dengan seluruh petinggi Kerajaan Siluman Darah.

"Ada apa Ibu tiba - tiba mengadakan pertemuan ? Apakah ada masalah?" Argadana bertanya dengan nada penasaran karena setelah seminggu dia memerintah di kerajaannya sang ibu tiba - tiba mengadakan pertemuan mendadak yang melibatkan seluruh pejabat tinggi istana.

"Anakku, Ibu rasa sudah saatnya kamu mengetahui semuanya" Seperti biasa Dyah selalu tersenyum ketika berbicara dengan putranya itu.

"Sebenarnya Ibu sudah lama menderita penyakit aneh yang perlahan - lahan menggerogoti energi kehidupan Ibu. Karena itulah Ibu selalu mendesakmu melatihmu dengan keras agar secepat mungkin menjadi kuat. Dan kamu saat ini sudah melampaui harapan Ibu. Ibu sangat bangga padamu, nak"

Argadana bagai disambar petir mendengar penuturan sang Ibu yang tidak dapat dipercayainya.

"I... Ibu jangan bercanda. Aku tidak pernah melihat Ibu sakit, Ibu pasti bercanda kan?" kata Argadana.

"Heii... Kalian semua, ayo cepat katakan Ibu berbohong kan?" Argadana berteriak panik.

"Mohon ampun, yang mulia. Kami tidak berani berbohong kepada Raja kami" jawab Patih Girinda.

"Kami sudah lama merahasiakan semua ini dari yang mulia sambil mencari cara untuk mengobati Ibu Suri. Tetapi sampai saat ini pencarian kami tidak juga membuahkan hasil"

"Benar, yang mulia." jawab para petinggi yang lain membenarkan penjelasan Patih Girinda.

"Apakah benar - benar tidak ada cara untuk dapat menyembuhkan penyakit itu, Ibu?" Argadana mulai merengek pada Dyah.

Memang, Argadana telah menjadi seorang raja. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa meskipun dia dapat bersikap lebih dewasa tidak seperti kebanyakan anak seusianya, di balik itu dia tetaplah masih anak yang baru berumur sepuluh tahun yang batinnya bisa tergoncang kapan saja ketika menyangkut keselamatan sang Ibu.

Dyah Pitaloka menggeleng pelan sambil mengusap kepala putra tercintanya.

"Nak, kamu harus tumbuh besar menjadi pribadi yang tegar. Ingatlah! Kamu sekarang adalah seorang raja, dan seorang raja pantan memperlihatkan airmatanya di hadapan rakyat. Kamu tidak lupa ajaran Ibu itu kan?"

Argadana seketika menyeka airmatanya dengan lengan bajunya.

"Ananda tidak akan menangis, Ibu" katanya kemudian sambil memasang senyum yang dipaksakan

"Nak. Energi kehidupan Ibu semakin terkikis. Ibu tidak keberatan untuk meninggalkan dunia ini, tetapi Ibu tidak ingin mengalami kematian yang sia - sia. Kemarikan Pedang Siluman Darahmh, nak" minta Dyah Ayu Pitaloka.

Argadana segera menurut perintah ibunya.

"Mulai sekarang berjanjilah untuk tidak pernah memperlihatkan airmatamu, anakku." Argadana hanya menjawab dengan anggukan karena tidak sanggup bersuara.

"Sebelum energi kehidupan Ibu lenyap sepenuhnya Ibu akan menggunakan Ajian Lebur Raga lalu menjadi roh pusaka siluman darah. Dengan begini Ibu akan terus dapat melindungimu di sisimu, anakku. Dan dengan adanya jiwa Ibu di dalam badan pusaka pedang siluman darahmu kau dapat melenyapkan atau memunculkan wujud pedang siluman darah hanya dengan kau memikirkannya saja"

"Kamu tenanglah. Kamu masih akan dpat bertemu dengan Ibu setelah Ibu lenyap, meskipun hanya dalam bentuk jiwa. Kamu tinggal mengerahkan kekuatan batinmu ke pedang siluman darah dan Ibu akan datang menemuimu selama periode waktu setengah hari."

"Bb.. Benarkah, Ibu? Itu artinya dengan ilmu lebur raga itu ibu tidak lenyap seutuhnya" mata Argadana terlihat berbinar - binar

"Benar, anakku. Nah sekarang kau bersiaplah. Ibu akan mulai menggunakan ajian lebur raga."

Dyah Ayu Pitaloka menoleh kepada sesepuh - sespuh Kerajaan dan para bawahannya memberikan pesan terakhir.

"Kalian semua para abdiku. Aku telah memberitahu kalian semua sebelumnya tentang putraku yang akan menjalani takdirnya. Dia akan melakukan perjalanan yang sangat panjang. Dan aku berharap agar kalian mewakili putraku memerintah negeri ini dengan baik dan adil sampai masanya tiba nanti dia akan kembali untuk memerintah negeri ini lagi."

"Baik, Ibu Suri. Kami akan mematuhi perintah dengan segenap jiwa raga kami" jawab para petinggi serempak

"Dan khusus untukmu, Panglima Thalaba. Kau akan menyertai perjalanan rajamu dengan bentuk terkuatmu, yaitu harimau putih untuk menjaga keamanan putraku dari marabahaya"

"Sebuah kehormatan bagi hamba untuk dapat menyertai perjalanan yang mulia raja. Hamba berjanji akan melindungi yang mulia raja dengan nyawa hamba sendiri, Ibunda Ratu" jawab Panglima Thalaba.

Sebagai kaum siluman tentu saja Thalaba dapat merubah bentuk tubuhnya menjadi seperti apapun yang dikehendakinya. Bahkan seluruh kaum siluman memiliki kemampuan seperti itu, kecuali Argadana tentunya. Karena dia merupakan setengah manusia.

"Kalau begitu aku bisa meninggalkan kalian dengan tenang. Putraku, kau harus tabah menjalani takdir yang sudah dipersiapkan untukmu. Ibu selalu menyayangimu, anakku" Dyah Ayu Pitaloka tersenyum sangat lembut. Senyuman terakhir untuk putranya, sementara Argadana sendiri semakin tak kuat menahan gemuruh di hatinya yang dia berusaha sekuat tenaga untuk menahan air mata yang hendak merebak keluar dari pelupuk matanya.

Dyah Pitaloka lalu memejamkan matanya membaca mantra untuk menggunakan ilmu Ajian Pecah Raga. Dalam lima tarikan nafas kemudian tubuh Dyah Ayu Pitaloka terselimuti cahaya keperakan menyilaukan. Setelah itu perlahan - lahan tubuh bercahaya itu terpecah menjadi serpihan - serpihan kecil seperti debu yang melayang masuk ke dalam badan pusaka pedang siluman darah.

"Ibu, pergilah dengan tenang. Putramu ini berjanji akan menemukan ayah secepat mungkin dan menceritakan padanya bahwa Ibu selalu merindukannya" Akhirnya hujan itupun tak dapat dibendung, mengalir di pipi Argadana.

Seluruh rakyat berkabung mendengar berita kematian Dyah Ayu Pitaloka yang mereka cintai. Wanita cerdas dan baik yang pernah memimpin mereka dengan bijak, kini telah tiada.

"Ibu Ratu adalah sosok pemimpin yang sempurna. Semoga beliau mendapatkan ketenangan selamanya!!"

Doa - doa dipanjatkan oleh semua kalangan lapisan masyarakat untuk sosok yang pernah memimpin mereka dengan bijak dan tanpa pilih kasih.

Terpopuler

Comments

Budi Efendi

Budi Efendi

lanjutkan

2023-02-01

1

Abang Lon

Abang Lon

lanjuuuut thor

2021-12-28

1

Rahmaa Dewii

Rahmaa Dewii

menyimak trs.....

2021-11-13

3

lihat semua
Episodes
1 Perpisahan
2 Lalu Argadana
3 Ilmu Serat Darah
4 Seluruh Rakyat Berkabung
5 Memulai Perjalanan
6 Ajian Lintah Maut
7 Menjadi Murid Sepasang Pendekar Naga
8 Ramuan Tubuh Kebal Racun
9 Ujian Dari Dewi Obat
10 Menyembuhkan Putri Kerajaan Bima
11 Keinginan Raja Bima
12 Rintangan Dalam Perjalanan Pulang
13 Peri Malam
14 Getaran Aneh
15 Teknik Meditasi Ganda
16 Bertemu Kakek
17 Misteri Pedang Siluman Darah
18 Kekuatan Penuh Raja Naga
19 Jurus Rahasia Terakhir Ilmu Muara Darah
20 Adu Tanding Guru Dan Murid
21 Uji Kepandaian
22 Di Kedai Pak Shomad
23 Si Tangan Seribu
24 Ilmu Naga Guntur: Tubuh Petir
25 Pendekar Sakti Tongkat Mustika
26 Kedahsyatan Pusaka Cambuk Raja Naga
27 Bertarung Bersama Si Tangan Seribu
28 Bertarung Bersama Si Tangan Seribu 2
29 Perjalanan Baru
30 Perguruan Belibis Putih
31 Perguruan Belibis Putih 2
32 Kematian Deboq Kao
33 Wisesa
34 Pengasuh Harimau
35 Pengasuh Harimau 2
36 Ketua Besar Perguruan Siluman
37 Sang Pewaris
38 Berkumpulnya Seluruh Anggota Anak Naga
39 Pusaka Jubah Setan
40 Geger Rimba Persilatan
41 Menemukan Harta Karun
42 Ajian Seribu Naga
43 Jelang Ulang Tahun Putri Ningrum
44 Saudara Angkat
45 Pendeta Sinting
46 Keributan
47 Keributan 2
48 Argadana vs Ningrum
49 Perguruan Bayangan Malam
50 Kejutan Dari Argadana
51 Macao
52 Pendatang Dari Tempat Yang Sangat Jauh
53 Senjata Bedil dan Bom
54 Bedil Dan Bom
55 Bedil Dan Bom 2
56 Pemuda Aneh Pembawa Sial
57 Ajian Dewa Linglung Pemikat Nasib
58 Mengorek Informasi
59 Pecahan Kelemahan
60 Pertemuan
61 Kuntum Cinta Yang Merekah
62 Pendekar Tangan Hitam
63 Pendekar Tangan Hitam 2
64 Masa Kelam Sembilan Naga
65 Pengumuman
66 Kekuatan Sisik Naga Iblis
67 Bumi Terbelah Bala' Menimpa
68 Jurus Rahasia Pembunuh Naga
69 Masa Lalu Pendekar Sejoli Pembunuh Naga
70 Sepasang Pendekar Suci dari Lembah Hitam
71 Pendekar Abadi
72 Pendekar Abadi 2
73 Kematian Yang Mengenaskan
74 Kemunculan Raja Naga
75 Datu Gumi vs Sakra
76 Datu Gumi vs Sakra II
77 Hamba Putra Dyah Ayu Pitaloka
78 Kedatangan Raja Sangkala
79 Berita Kematian Panglima Askar
80 Bantuan Dari Anak Naga
81 Panggilan Raja Naga
82 Si Naga Kembar
83 Ningrum Vs Iblis Tongkat Baja
84 Harga Diri Seorang Pendekar
85 Argadana Vs Sepuluh Pendekar Taring Maut
86 Terbunuhnya Sepuluh Pendekar Taring Maut
87 Kemunculan Sepasang Pendekar Naga Dari Lembah Neraka
88 Pendekar Cambuk Naga Vs Singa Maruta
89 Gugup
90 Naga Iblis
91 Argadana VS Naga Iblis
92 Terbunuhnya Naga Sejati
93 Mendapatkan Seluruh Kekuatan Naga Sejati
94 Raga Semesta
95 Tubuh Raja Iblis
96 La Huda Terbunuh
97 Pernikahan Panglima Besar
98 Kereta Hantu
99 Nona Beracun
100 Klan Tokugawa
101 Surat Pesan Dari Sepasang Pendekar Naga
102 Jurus Angin Teluk Neraka
103 Kusir Setan
104 Merasa Bersalah
105 Kemarahan Yalina
106 Terimalah Pedang ku...!!!
107 Melawan Klan Tokugawa
108 Badai Petir Akhirat
109 Kekuatan Kutukan Darah Jendral Thalaba
110 Hancurnya Klan Tokugawa
111 Serangan Sembilan Ninja
112 Raja Teluh
113 Mengajarkan Ilmu Pukulan Naga Murka
114 Keanehan Ningrum Dan Yalina
115 Tuan Muda Klan Sakamoto
116 Kusir Setan Mulai Berulah
117 Jurus Pedang Pemusnah
118 Ningrum Vs Choziro
119 Meminta Tangan Kiri Sebagai Tebusan
120 Klan Koga
121 Anak Muda Vs Anak Tua
122 Dekrit Raja Siluman Darah
123 Perompak Hulu Ka Ryu
124 Shiroto Yagami
125 Lalu Hambali
126 Serangan Ninja Klan Koga
127 Hidup Mulia Atau Mati Syahid?
128 Jurus Pedang Raja Angkuh
129 Kekuatan Perasaan
130 Akhir Dari Penyerangan
131 Istri Pilihan Yalina Dan Ningrum Untuk Argadana
132 Pengelana Pedang Darah
133 Acnologia
134 Pertarungan Persahabatan
135 Argadana VS Fujihira Fukiaezu
136 Jurus Pedang Akhirat
137 Rencana Klan Koga
138 Serangan Di Tengah Hari
139 Dewa Topan Pelahap Jiwa
140 Kedatangan Pangeran Kenshin Fukiaezu
141 Perpecahan Perserikatan Samurai
142 Murid Pertama
143 Strategi Penyerangan
144 Prajurit Abadi
145 Iblis Api
146 Perang Dimulai
147 Tombak Emas
148 Kekuatan Bayangan Seribu Naga
149 Jurus Gabungan Sepasang Pendekar Suci
150 Ling Yun
151 Bencana Tak Terduga
152 Murid Murtad
153 Kematian Sang Guru
154 Saatnya Membalas Dendam
155 Rahasia Wu Qin Feng
156 Pertarungan Dua Raksasa
157 Tombak Pemburu Arwah
158 Bagian Dari Rencana Guru
159 Batal Mati
160 Fang Zi Jing
161 Karya Terburuk Wu Qin Feng
162 Kematian Liu Tong
163 Argadana VS Duo Raksasa
164 Jentikan Serat Dewi
Episodes

Updated 164 Episodes

1
Perpisahan
2
Lalu Argadana
3
Ilmu Serat Darah
4
Seluruh Rakyat Berkabung
5
Memulai Perjalanan
6
Ajian Lintah Maut
7
Menjadi Murid Sepasang Pendekar Naga
8
Ramuan Tubuh Kebal Racun
9
Ujian Dari Dewi Obat
10
Menyembuhkan Putri Kerajaan Bima
11
Keinginan Raja Bima
12
Rintangan Dalam Perjalanan Pulang
13
Peri Malam
14
Getaran Aneh
15
Teknik Meditasi Ganda
16
Bertemu Kakek
17
Misteri Pedang Siluman Darah
18
Kekuatan Penuh Raja Naga
19
Jurus Rahasia Terakhir Ilmu Muara Darah
20
Adu Tanding Guru Dan Murid
21
Uji Kepandaian
22
Di Kedai Pak Shomad
23
Si Tangan Seribu
24
Ilmu Naga Guntur: Tubuh Petir
25
Pendekar Sakti Tongkat Mustika
26
Kedahsyatan Pusaka Cambuk Raja Naga
27
Bertarung Bersama Si Tangan Seribu
28
Bertarung Bersama Si Tangan Seribu 2
29
Perjalanan Baru
30
Perguruan Belibis Putih
31
Perguruan Belibis Putih 2
32
Kematian Deboq Kao
33
Wisesa
34
Pengasuh Harimau
35
Pengasuh Harimau 2
36
Ketua Besar Perguruan Siluman
37
Sang Pewaris
38
Berkumpulnya Seluruh Anggota Anak Naga
39
Pusaka Jubah Setan
40
Geger Rimba Persilatan
41
Menemukan Harta Karun
42
Ajian Seribu Naga
43
Jelang Ulang Tahun Putri Ningrum
44
Saudara Angkat
45
Pendeta Sinting
46
Keributan
47
Keributan 2
48
Argadana vs Ningrum
49
Perguruan Bayangan Malam
50
Kejutan Dari Argadana
51
Macao
52
Pendatang Dari Tempat Yang Sangat Jauh
53
Senjata Bedil dan Bom
54
Bedil Dan Bom
55
Bedil Dan Bom 2
56
Pemuda Aneh Pembawa Sial
57
Ajian Dewa Linglung Pemikat Nasib
58
Mengorek Informasi
59
Pecahan Kelemahan
60
Pertemuan
61
Kuntum Cinta Yang Merekah
62
Pendekar Tangan Hitam
63
Pendekar Tangan Hitam 2
64
Masa Kelam Sembilan Naga
65
Pengumuman
66
Kekuatan Sisik Naga Iblis
67
Bumi Terbelah Bala' Menimpa
68
Jurus Rahasia Pembunuh Naga
69
Masa Lalu Pendekar Sejoli Pembunuh Naga
70
Sepasang Pendekar Suci dari Lembah Hitam
71
Pendekar Abadi
72
Pendekar Abadi 2
73
Kematian Yang Mengenaskan
74
Kemunculan Raja Naga
75
Datu Gumi vs Sakra
76
Datu Gumi vs Sakra II
77
Hamba Putra Dyah Ayu Pitaloka
78
Kedatangan Raja Sangkala
79
Berita Kematian Panglima Askar
80
Bantuan Dari Anak Naga
81
Panggilan Raja Naga
82
Si Naga Kembar
83
Ningrum Vs Iblis Tongkat Baja
84
Harga Diri Seorang Pendekar
85
Argadana Vs Sepuluh Pendekar Taring Maut
86
Terbunuhnya Sepuluh Pendekar Taring Maut
87
Kemunculan Sepasang Pendekar Naga Dari Lembah Neraka
88
Pendekar Cambuk Naga Vs Singa Maruta
89
Gugup
90
Naga Iblis
91
Argadana VS Naga Iblis
92
Terbunuhnya Naga Sejati
93
Mendapatkan Seluruh Kekuatan Naga Sejati
94
Raga Semesta
95
Tubuh Raja Iblis
96
La Huda Terbunuh
97
Pernikahan Panglima Besar
98
Kereta Hantu
99
Nona Beracun
100
Klan Tokugawa
101
Surat Pesan Dari Sepasang Pendekar Naga
102
Jurus Angin Teluk Neraka
103
Kusir Setan
104
Merasa Bersalah
105
Kemarahan Yalina
106
Terimalah Pedang ku...!!!
107
Melawan Klan Tokugawa
108
Badai Petir Akhirat
109
Kekuatan Kutukan Darah Jendral Thalaba
110
Hancurnya Klan Tokugawa
111
Serangan Sembilan Ninja
112
Raja Teluh
113
Mengajarkan Ilmu Pukulan Naga Murka
114
Keanehan Ningrum Dan Yalina
115
Tuan Muda Klan Sakamoto
116
Kusir Setan Mulai Berulah
117
Jurus Pedang Pemusnah
118
Ningrum Vs Choziro
119
Meminta Tangan Kiri Sebagai Tebusan
120
Klan Koga
121
Anak Muda Vs Anak Tua
122
Dekrit Raja Siluman Darah
123
Perompak Hulu Ka Ryu
124
Shiroto Yagami
125
Lalu Hambali
126
Serangan Ninja Klan Koga
127
Hidup Mulia Atau Mati Syahid?
128
Jurus Pedang Raja Angkuh
129
Kekuatan Perasaan
130
Akhir Dari Penyerangan
131
Istri Pilihan Yalina Dan Ningrum Untuk Argadana
132
Pengelana Pedang Darah
133
Acnologia
134
Pertarungan Persahabatan
135
Argadana VS Fujihira Fukiaezu
136
Jurus Pedang Akhirat
137
Rencana Klan Koga
138
Serangan Di Tengah Hari
139
Dewa Topan Pelahap Jiwa
140
Kedatangan Pangeran Kenshin Fukiaezu
141
Perpecahan Perserikatan Samurai
142
Murid Pertama
143
Strategi Penyerangan
144
Prajurit Abadi
145
Iblis Api
146
Perang Dimulai
147
Tombak Emas
148
Kekuatan Bayangan Seribu Naga
149
Jurus Gabungan Sepasang Pendekar Suci
150
Ling Yun
151
Bencana Tak Terduga
152
Murid Murtad
153
Kematian Sang Guru
154
Saatnya Membalas Dendam
155
Rahasia Wu Qin Feng
156
Pertarungan Dua Raksasa
157
Tombak Pemburu Arwah
158
Bagian Dari Rencana Guru
159
Batal Mati
160
Fang Zi Jing
161
Karya Terburuk Wu Qin Feng
162
Kematian Liu Tong
163
Argadana VS Duo Raksasa
164
Jentikan Serat Dewi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!