Di alam meditasi
Ningrum menghantam tubuh keras Naga Guntur dengan sepuluh kali serangan bertubi - tubi menggunakan rangkaian 'jurus tanpa bentuk' yang dipadukan dengan 'jurus umbak secara
Lima pukulan dan lima tendangan menghantam telak tubuh Naga Guntur membuat tubuh besarnya terlempar tiga tombak ke belakang.
Tanpa disadari olehnya tenaga dalam Ningrum telah meningkat beberapa tingkatan, bahkan hampir menyamai kekuatan Sepasang Pendekar Naga. Hal itu merupakan kelebihan tersendiri dari tekhnik meditasi ganda di mana dua orang yang menggunakan tekhnik tersebut tenaga dalamnya akan meningkat dengan sangat cepat tanpa perlu bermeditasi sampai berpuluh - puluh tahun seperti kebanyakan pendekar pada umumnya.
"Kekuatanmu bertambah pesat seiring waktu, bocah manusia. Mungkin setelah kau keluar dari tempat ini nantinya kau sudah akan menjadi sekuat Kasih Pertiwi yang sekarang sebab aku melihat kau memiliki bakat yang lebih besar darinya" Puji Naga Guntur.
"Terimakasih atas pujiannya, tapi aku masih belum bisa berhenti sebelum mengalahkanmu"
Ningrum kembali mengatur kuda - kudanya bersiap melancarkan serangan terkuat.
***
"Cucuku, selamat karena telah berhasil mengalahkan Raja Naga dan mendapat persetujuannya untuk menjadikanmu sebagai majikannya menggantikan posisi Kamandaka" kata Mahardika Pradana sambil bangun dari singgasananya.
"Sebagai hadiah atas kemenanganmu, kakekmu ini akan menurunkan jurus rahasia terakhir dalam 'kitab muara darah'. Jurus ini bahkan ibumu pun tidak pernah mempelajarinya karena terlalu kejam. Jadi kakek memutuskan untuk melenyapkan jurus ini waktu itu" Raja Mahardika Pradana berhenti sebentar.
"Tetapi kakek fikir akan sangat disayangkan jika ilmu peninggalan leluhur kita ini sampai tidak memiliki pewaris. Jadi jurus ini akan kakek wariskan kepadamu. Kemarilah. . ."
Raja Mahardika Pradana menyentuh kening Argadana dengan jari telunjuk dan jari tengahnya. Seketika sebuah jurus sederhana terlintas di fikiran Argadana.
Kakek nya lalu menjelaskan
"Jurus itu bernama 'jurus manggala yudha'. Jika jurus itu kau kerahkan dengan telapak tangan akan mengeluarkan sebuah cakram kecil transparan. Serangannya tidak dapat dilihat tetapi hawanya dapat dirasakan. Efek jurus ini akan langsung membunuh lawan di tempat tanpa lawanmu menyadari karena kematiannya sangat cepat. Tekhnik ke duanya jika kau kerahkan dengan bentuk tinjuan akan mengeluarkan sebentuk pedang kecil yang juga transparan. Efeknya juga sama dengan yang pertama tadi" Argadana tercengang mendengar penjelasan panjang lebar dari kakeknya itu.
"Sebegitu mengerikannya jurus ini, pantas saja ibu tidak pernah mau mempelajarinya" Kata Argadana dalam hati.
"Baiklah, karena kakekmu sudah memberikan jurus itu ibu juga akan memberikan hadiah untuk keberhasilanmu" kata Dyah Ayu Pitaloka tidak mau kalah.
"Kemarilah, nak"
Argadana mendekat ke arah ibunya dan Dyah Ayu Pitaloka juga melakukan hal yang sama dengan Raja Mahardika Pradana.
Sebuah ingatan kemudian muncul di kepalanya tentang sebuah tekhnik memanipulasi waktu. Tekhnik yang hanya dapat dilakukan oleh seseorang yang pernah memakan buah waktu dan orang yang masih memiliki garis darah dari keturunannya.
"Kau mewarisi garis darah keturunan ibu, jadi kau pasti bisa menguasai tekhnik itu" kata Dyah Ayu Pitaloka
"Nah, sekarang kau tinggal memasang segel darah di dahi Raja Naga dan semua ras para naga akan menjadi pengikutmu."
Raja Mahardika Pradana kemudian mengajarkan cara menyematkan segel darah di dahi Raja Naga.
Setelah semua proses segel darah selesai dilakukan seluruh tekhnik - tekhnik yang dikuasai Raja Naga masuk ke dalam ingatan Argadana menambah perbendaharaan pengetahuannya. Dari segel darah tersebut Argadana dapat memanggil Raja Naga untuk keluar dari pusaka Cambuk Raja Naga ke dunia manusia. Argadana bahkan dapat mempraktekkan semua ilmu - ilmu yang di kuasai oleh raja dari ras para naga itu. Ilmu tersebut bernama 'Tubuh Raja Api'
"Semua yang kami punya telah kau Terima, cucuku. Sudah saatnya kau membantu calon istrimu. Hehehe. . ." tawa mengekeh terdengar dari Raja Mahardika Pradana ketika mengucapkan kata 'calon istri'.
"E,eh. . . Kakek bicara apa? Di.. Dia itu cuma adik seperguruanku" kata Argadana. Wajahnya memerah karena jengah digoda oleh sang kakek. Sementara Dyah Ayu Pitaloka hanya tersenyum melihat putranya salah tingkah di hadapan sang kakek.
"Kau jangan berbohong pada kakekmu ini, cucuku. Kakekmu ini walau sudah tua tapi juga pernah muda dulu. Kau pasti menyukai gadis adik seperguruanmu itu kan?"
"Ee... Emmm.... Tapi, aku tidak yakin dia akan membalas perasaanku. Lagi pula, aku hanyalah orang yang tidak punya asal usul jelas di matanya" kata Argadana merunduk karena merasa rendah diri.
"Hehehe. . . Bagaimana kalau dia juga menyukaimu?" senyuman ibu dan kakeknya semakin melebar.
"Eh. . ." hanya keluhan yang terdengar dari mulut Argadana karena tersudutkan.
"Pergilah, dan bantu dia. Maka semua itu akan terjawab kan" perintah Dyah Ayu Pitaloka.
"E.. Emmm. . . Baiklah. Ibu, kakek, Raja Naga. Aku pamit dulu"
"Berjuanglah, cucuku. Kau pasti bisa, lagi pula kau juga adalah pemuda yang tampan. Tidak mungkin dia tidak menyukaimu. Hehehe. . ."
***
"Aku sudah tidak tahu berapa lama aku bertarung melawan Naga Guntur. Tetapi aku belum juga dapat mengalahkannya, bagaimana cara untuk menaklukkan Naga ini sebenarnya?" batin Ningrum
"Ayo, bocah manusia. Kerahkan lagi semua kemampuanmu, perasaan semua kekuatan yang ada di tubuhmu."
Naga Guntur sebenarnya sudah merasa takluk dengan keteguhan gadis di depannya ini. Tetapi sengaja tidak memperlihatkan kelemahannya pada Ningrum agar Ningrum dapat mengeluarkan potensi penuhnya di alam meditasi sehingga ketika dia keluar nanti di dunia nyatanya maka kekuatan dan keteguhannya akan menjadi yang sulit dicari bandingannya di dunia persilatan.
Ningrum hampir tenggelam dalam keputusasaan karena tidak kunjung dapat menaklukkan Naga Guntur, namun cuaca di alam tersebut mendadak berubah mendung. Hanya terlihat kegelapan, bahkan Ningrum tidak dapat melihat telapak tangannya sendiri.
"Apa lagi ini?" Ningrum mengeluh dalam hati.
'Tekhnik Muara Darah: Jurus Bulan Darah'
Ucap Naga Guntur bergetar.
"Itu artinya yang terpilih telah ditemukan, aku juga bisa merasakan aura milik Raja Naga"
Duarrr...!!!
Duarrr...!!!
Salakan petir bergantian berturut - turut saling membalas di langit alam meditasi. Ningrum merinding menyaksikan fenomena aneh tersebut.
Setelah beberapa lama cuaca normal kembali, terlihat di udara melayang turun sosok pemuda tampan bertubuh tegap berisi. Rambutnya berwarna kuning berkilauan seperti emas. Di tangannya tergenggam sebuah pedang merah memancarkan aura yang sangat mencekam dan dari ujung pedang tersebut selalu meneteskan darah. Pemuda itu adalah Argadana, pemuda yang dipilih Raja Naga untuk menjadi tuan mereka yang selanjutnya menggantikan Kamandaka yang telah meninggal beberapa ratus tahun yang lalu.
"Kakang. . ." panggil Ningrum melihat Argadana melayang turun di depannya. Ningrum memasang senyum terbaiknya melihat sang pujaan hati tampak tersenyum memancarkan wibawa seorang pemimpin.
"Kakang sudah berhasil menaklukkan Roh Pusaka Raja Naga?" tanya Ningrum kemudian. Argadana mengangguk.
"Benar, dinda. Sekarang aku datang untuk membantumu" kata Argadana sebelum mengalihkan perhatiannya pada Naga Guntur.
Naga Guntur dia sejenak menajamkan matanya menatap ke arah Argadana. Ketika Argadana maju selangkah Naga Guntur sontak saja merendahkan tubuhnya melata mengambil sikap bersujud di hadapan Argadana.
"Terimalah hormat hamba, Tuanku" kata Naga Guntur serendah mungkin. Argadana hanya membalas dengan anggukan.
"Bangkitlah, Naga Guntur. Aku mengerti apa yang kau risaukan. Jadi gunakan kekuatan penuhmu, biar ritual penyempurnaan ilmu cepat selesai" kata Argadana setengah memerintah.
Ningrum maju ke depan dan berhenti tepat di samping kiri Argadana. Kedua insan muda itu saling berpandangan dan mengangguk bersamaan.
Argadana dan Ningrum saling berpegangan. Pedang Siluman Darah miliknya menghilang begitu saja dari tangannya sesuai kehendak sangat pemilik. Penyatuan tenaga dalam keduanya menimbulkan gelombang kekuatan yang sangat dahsyat.
Setelah menyatukan hati dan segenap konsentrasi mereka kedua murid Sepasang Pendekar Naga itu melepaskan kekuatan gabungan keduanya.
'Pukulan Naga Murka'
Hawa tenaga dalam berwarna merah kehitaman melesat menghantam bola petir yang disemburkan Naga Guntur dengan kekuatan penuh.
Duarrr....!!!!
Ledakan keras mengakhiri benturan kedua pukulan. Naga Guntur terlempar dua puluh tombak ke belakang, sedangkan Ningrum dan Argadana hanya terjajar tiga langkah ke belakang.
Dengan demikian maka dalam pertarungan tersebut Naga Guntur mengakui kekalahannya.
"Karena Raja Naga telah memilih tuannya, pastinya gadis ini adalah pasangan meditasi ganda Tuan. Maka untuk melengkapi kekuatan meditasi ganda, gadis manusia ini akan menjadi majikan hamba seperti pesan suamiku, Raja Naga. Mohon Tuan membimbing Nyonya muda untuk membuat segel darah di dahi hamba" pinta Naga Guntur yang ternyata merupakan ratu atau permaisuri Raja Naga.
Begitulah... Di dalam alam meditasi Ningrum berhasil membuat segel darah seperti yang diajarkan Argadana di dahi Naga Guntur. Dengan demikian semua ilmu yang dikuasai naga itu masuk pula ke dalam tubuh Ningrum sehingga Ningrum akan dapat pula menggunakan kekuatan Naga Guntur yang sebelum - sebelumnya tidak pernah diberikan pada generasi sebelum mereka termasuk Dewi Obat. Ilmu itu bernama 'Tubuh Petir'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Budi Efendi
lanjutkan thorrr
2023-02-02
1
Harman LokeST
seeeeeeeeeeeeeeemmmaaaaaaaaaannngggaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaTtttttttttttttttttt teeeeeeeeerrrrrrrrrrruuuuuuuusssssssss author
2022-10-23
1
Abdus Salam Cotho
mantap, sepasang pendekar, sepasang kekasih, dan kelak juga sepasang suami istri 👍🏿👍🏿👍🏿
2022-10-11
1