Milik Sahabat Ku!

***

***

Pintu kamar terbuka,  sebuah tas tampak terlempar ke kasur di susul oleh tubuh modis seorang gadis, yah Septi. Ia,  membaringkan tubuhnya menatap langit kamar dengan hampa.  Semburat senyuman indah terlukis jelas di wajahnya di iringi dengan kenangan yang baru ia rasakan.

Bagaimana tidak bahagia jika calon mama mertuanya memberikan dukungan besar padanya.  Kali ini,  sang playgirl benar - benar serius untuk menjalin hubungan.  Dikala,  Banyak masalah pasangan terhalau orang tuanya,  Septi mendapatkan berkah dari orang tua calon suaminya. Dapat di pastikan malam ini ia mimpi indah.

***

Pagi - pagi buta Aisyah sudah sampai di sekolah,  wajar saja sih,  memang kebiasaan Aisyah datang tepat waktu. Ia menyusuri koridor yang masih agak gelap, mentari belum begitu memancarkan cahayanya.  Dengan ditemani cahaya Redup itu, Aisyah berjalan ke kelasnya.

Dia sangat terkejut saat mendapati seseorang tengah duduk dan menulis dengan cekatan,  sekali lagi ia menatap cowok itu, memastikan bahwa orang yang ada di kelasnya bukan lah setan.

Dia begitu tertegun,  saat mengetahui cowok yang datang pagi - pagi buta adalah cowok yang dikenal dengan Rajanya murid terlambat.  Yah dia adalah Ikhsan.

"Ikhsan?  Ngapain pagi - pagi buta udah datang? " tanya Aisyah berjalan mendekati Ikhsan.

"Buat apa lagi Syah?  Kalo bukan buat ngerjain PR pak tua itu." sahutnya masih menatap buku MTK di hadapan nya.

"Maksud lo pak Gilang?? "

"Ada lagi selain dia kah?? Btw, lo bantuin gue jelasin lah, bukan nyontek yah.  Contek menyontek itu gak baik."

"ppfffttt... lo ini,  ada - ada aja deh."

Tawa kecil Aisyah di ikuti senyuman manis Ikhsan. Aisyah mengajari Ikhsan,  yah lebih tepatnya Ikhsan yang pura - pura gak ngerti.  Sebenarnya sih Ikhsan ngerti cuma pengen ambil kesempatan aja. Cowok mah gitu,  banyak modus nya,  yah kan?

Maaf yah Syah. Kalo tau kaya gini,  gue mending gak ngerti apapun.

Batin Ikhsan menatap gadis manis yang tengah menjelaskan materi pelajaran tentang Limit padanya. Dapat di simpulkan si Ikhsan satu dari sekian banyak nya mahluk bucin di indonesia.

***

"Sial!  Gue telat!  Akhhh!! Ini semua karna mobil tersita!  Semua karna nilai gue turun! " makinya sangat kesal,  makian ini benar - benar tidak sesuai dengan bibirnya yang tipis yang di padukan dengan wajah cantik nya. Dia baru saja turun dari Angkot dan berlari menuju ke arah sekolah,  sembari merutuki nasib nya,  dan sedikit memaki kesialan hari ini.

"Maki aja terus!  Orang salah sendiri kok! " sahut seseorang berdiri di samping motornya,  masih menggunakan helm hitam merah yang berada tepat di hadapan Septi.

"lo ngomong sama gue? " tanya Septi bingung saat menyadari bahwa hanya ada mereka berdua di tempat itu.

"Kalo gak ngomong sama lo, gue ngomong sama siapa lagi?!  yah kalii Sama setan! "

"Mungkin aja kan." sahutnya santai menaikkan kedua bahunya.

Cowok itu membuka perlahan helm nya, memperbaiki tatanan rambut nya,  yah dia adalah si tampan nan cuek Andra.

"Andra?!!!"

"iyah gue,  udah naik yok."

"kok lo naik motor? "

"karna gue gak jalan kaki."

"Anak usia tiga tahun pun tau kalau cuma gitu doang. "

"Artinya lo lebih bodoh dari anak usia tiga tahun."

"Akh.. Sakit!" desis Andra saat Septi mencubit lengan nya.

"Salah sendiri bikin gue kesel!!" sahutnya memanyun kan mulutnya,  menandakan kekesalan yang ada. Andra yang melihat ekspresi Septi begitu menggemaskan tak tahan untuk tersenyum,  ekspresi kesal nya yang di pantulkan kaca spion nya.

***

Hari telah cerah, mentari telah naik sepenuh nya.  Dan mata pelajaran akan segera di mulai.  Namun, Andra dan Septi masih belum kelihatan. Bahkan saat jam pelajaran pertama selesai.  Guru yang masuk segera keluar karna mata pelajaran nya telah habis.

"Tumben telat Ceng? " tanya Ikhsan saat Septi dan Andra masuk secara bersamaan.

"Apa sih kutu aerr! Berisik tau gak! "

"Dih,  terlambatnya bareng nie... Ekhm ekhmm Pj dong"

"Diem gue bilang!  Heran yah gue, kok Aisyah bisa betah sih ngomong sama elo! "

"Don't call me,  Gue sibuk !!" sahut Aisyah yang memang lagi terlihat konsentrasi mengerjakan tugas nya.  Dengan memainkan pena nya,  terlihat cerdas dan menggemaskan secara bersamaan menambah semangat belajar Ikhsan.

"Oh, pantes lo San gak terlambat. Ternyata karna Aisyah." sambar Andra yang memang sudah agak akrab dengan Ikhsan.  Sebenarnya ini karna Ikhsan yang terlalu rempong.

Aisyah berhenti memikirkan soal yang sedari tadi memenuhi pikiran nya.  Fokusnya kembali pada ucapan Andra.  Kembali lagi. Hati yang tersayat.  Sangat sakit dan sesak.

"Kan cocok sih,  elo sama Septi.  Gue sama Aisyah? Ye kan? "  Celetuk Ikhsan santai.

"Emang Aisyah mau sama kutu aer kaya lo?! " sambar Septi merangkul pundak Aisyah.

"eitttsss...  Lo kira si Andra mau sama kaleng rombeng kaya lo! "

"Gue mau kok." sahut Andra dengan nada santai.

"kedengaran nya menarik nih gosip kalian pada,  sampai ganggu kekonsentrasian gue." sahut Aisyah menutup buku nya. Tertawa kecil menatap para sahabat nya ini.  Tawa canda terdengar nyaring dari barisan mereka. Semua nya kelihatan Sangat ceria dan bahagia. Bahagia?  Apakah Aisyah juga?

Yah kebahagiaan mereka berbanding terbalik dengan kebahagiaan Syifa yang sedari tadi mendengar suara nyaring itu.  Semakin kuat suara nya semakin Syifa terpukul.  Semakin berisik suara nya smakin Syifa merasa kesepian.

Kenapa mereka kelihatan sangat bahagia saat mereka hanya berempat?  Dan kenapa gue ngerasa iri saat gue punya belasan sahabat yang selalu ada buat gue?  Nggak mana mungkin gue iri!  Gue punya belasan sahabat. Mereka bilang Aisyah lah yang menggoda Ikhsan?  Tapi sejak gue masuk kelas ini,  gue sadar satu hal.  Bahwa,  Ikhsan lah yang selalu mengejar Aisyah. Nggak mungkin kan Fera dan yang lainnya bohongin Gue??

Batin Syifa yang sudah mencengkram erat bolpoin yang di pegang nya. Ia merasa tersulut emosi saat mendengar tawa empat orang itu.  Tawa mereka bagaikan irama yang membakar hati Syifa.

***

Ayoo like,  komen,  and vote yah

Jangan lupa follow me too