Menghadapi kerasnya kehidupan, membuat Aqilla menjadi seorang wanita yang tegar. Semenjak kedua orangtuanya meninggal dalam suatu kecelakaan, membuatnya menjadi pribadi tertutup. Dengan merintis usaha kecil bersama sang adik, untuk membiayai kehidupannya sehari-hari. Dalam kondisi ekonomi yang dibilang sulit, ia tetap bertahan.
Hingga suatu hari, ia dipertemukan dengan seseorang yang selalu berkaitan dengan darah, bahkan membunuh pun adalah kesehariannya. Namun hal itu tersembunyi dibalik kharismanya sebagai salah satu CEO di suatu perusahaan besar.
Bagaimana kelanjutannya?
Apakah yang akan terjadi jika mereka dipertemukan?
Penasarankan, ikuti terus up dari karyanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
Setelah mendengar cerita serta penjelasan dari Sahabatnya itu, Aqilla merasa sedih.
" Hei Qil? Kenapa kamu jadinya melamun? Nggak baik anak perawan ngelamun, nanti kesambet calon laki. Hahaha ". Meyra suka sekali menggoda.
" Aish, mana ada seperti itu. Aku tidak melamun Mey, bagaimana dengan Haykal, Apa dia tau? " Aqilla menundukkan wajahnya.
" Kamu tenang saja Qil, Haykal hanya tau. Kamu sedang ikut denganku keluar kota, aku mengerti apa yang kamu rasakan. " Dengan memeluk dan menggusap bahu Aqilla, Mey paham yang ada di pikiran sahabatnya itu.
" Sudah-sudah, jangan murung begitu. Oh iya, gimana dengan pria sombong itu Qil? Dia jagain kamu kan? Atau dia macem-macemin kamu?". Mey merasa penasaran dengam Akhtar.
" Dia nggak macem-macem Mey. Mey! Aku mau pulang." Suara Aqilla perlahan.
" Iya, nanti kalau dokter udah ngizinin. Oke ." Mey meletakkan tubuhnya untuk duduk di kursi.
" Aku mau pulang sekarang Mey, bantuin." Aqilla sudah mencoba untuk duduk, walaupun menahan rasa sakit pada perutnya.
" Eh ni anak bandel banget kalau di bilangin, kamu itu baru selesai operasi Qilla. Jangan mikirin diri sendiri, nanti kalau ada apa-apa dengan luka itu gimana." Tatapan tajam Meyra berikan, agar Aqilla berhenti dari sifat keras kepalanya.
" Aku sudah nggak papa Mey, lagian lama-lama disini. Aku nggak bakalan sanggup buat bayarnya, bahkan isi tabunganku juga nggak bakalan cukup. " Aqilla terus keras kepala, bahkan infus yang masih melekat ditangannya. Dengan mudahnya ia lepaskan.
" Hei nona keras kepala seperti batu, yang bayar semuanya ini adalah pria sombong itulah. Kamu itu tinggal tiduran aja, sehat dan pulang. Suka bener nyari penyakit baru, nanti keok baru tau rasa. " Gaya meyra dengan ber-acak pinggang.
" Kalau kamu masih mau disini, ya silahkan. Aku mau pulang, oke ". Aqilla berjalan sambil memegangi perutnya.
" Aih, ini dia buah simalakama. Nggak ada rasa tapi ngenes banget, wuh! Kabur, kanur dan kabur ini judulnya ." Mau tidak mau, akhirnya Meyra mengikuti kemauan Aqilla.
Mereka berdua pun akhirnya tiba dirumah Aqilla, Haykal melihat sang kakak pun menjadi bertanya-tanya.
" Kak, katanya lagi diluar kota sama kak Mey. Lagian, kenapa wajah kakak pucat sekali. " Kerutan dikening Haykal menyatu.
" Kakak nggap apa-apa kok dek, hanya sedikit capek aja. Mey, kamu langsung pulang aja dan istirahat. Oke, bye!." Aqilla mendorong tubuh Mey keluar dari rumahnya dan menutup pintu dengan rapat. Ia takut, keberadaan Meyra akan menggundang banyak pertanyaan dari Haykal.
" Busset, baru kali ini gue di usir sama sahabat sendiri. Arrggghhh... Lama-lama kamu buat aku jadi orang gila Aqilla, kebangetan. " walaupun ngedumel, Meyra memahami akan sahabatnya itu. Akhirnya ia pulang, dengan wajah berlipat-lipat.
💐💐💐🌸🌸🌸💐💐💐
" Jas, apalagi kegiatanku setelah ini?." Akhtar telah selesai dengan meetingnya.
" Sepertinya tidak ada lagi tuan, free. Apa ada yang anda inginkan?." Jason seakan membaca pikiran dari tuannya.
" Balik kerumah sakit ." Titah Akhtar yang tidak pernah bisa untuk ditolak siapapun.
" Baik tuan, mari ." Jason menggiringi langkah tuannya menuju lobby dan memasuki mobilnya.
Setibanya dirumah sakit...
Akhtar dengan langkahnya yang panjang, dengan cepat ia sampai di ruangan perawatan khusus. Dan matanya terbuka lebar, setelah membuka pintu ruangan tersebut.
" Kemana wanita itu, cepat kau panggil keamanan." Muka Akhtar sangat merah menahan amarah.
Dengan segera Jason memanggil keamana dan para perawat disana, dan mereka semuanya tidak mengetahui keberadaan wanita itu.
" Bisa-bisanya kalian kecolongan, apa kalian tidak bisa bertugas dengan baik, hah!!! " Suara Akhtar mmenggema didalam ruangan.
Bbuukk...
Bbukk...
Suara pukulan yang Akhtar berikan kepada beberapa penjaga yang berada disana, bahkan ada dari beberapa bodyguardnya juga menjadi samsak.
" Jas, kau urus semuanya ini. Dan temukan wanita itu dalam waktu dua puluh empat jam, jika tidak. Kau tau akibatnya!!!." Tangan Akhtar mengepal dan ia segera berlalu dari ruangan itu.
" Huh, cari mati tu wanita. Aaihh, alamat bakalan nggak tidur lagi hari ini. Nasib, nasib ." Jason segera membereskan tempat itu dan mengerahkan semua anak buahnya untuk mencari wanita tersebut.