Dosenku Suamiku

Farhan dan Fadila memberi tumpangan pada Fitri. Sementara motor Fadila di bawa pulang oleh Ukma yang kebetulan baru hendak pulang. Dalam perjalanan pulang, Fadila melirik Fitri lewat kaca spion mobil. Nampak Fitri menggeram kuat karena wanita itu ingin berduaan dengan Farhan tapi karena ada Fadila maka Fitri hanya bisa duduk di kursi belakang.

"Aku bukan wanita lemah yang seperti Kak Fitri bayangkan. Mamaku Amrita, wanita yang pernah melabrak wanita lain. Jika aku hanya diam saja, itu berarti aku bukan anak Mama Amrita" batin Fadila.

"Fitri, di mana kamu tinggal?" tanya Farhan.

"Di Btp Kak" balas Fitri.

"Kamu nggak salah?" Farhan mengusap wajahnya dengan kasar. Pria itu sejak tadi belum makan dan Fitri, wanita itu sungguh tidak tahu malu. Bagaimana tidak, Btp dan alamat tempat tinggal Farhan tidak searah.

"Maafkan saya, Kak" balas Fitri menunduk.

"Jangan ulangi lagi, Fitri. Saya bukan adikmu tapi dosen mu. Kesalahanmu hari ini saya maafkan tapi tidak dengan lain kali" kata Farhan mengingatkan. Pria itu merasa seperti sedang dipermainkan dan tidak dihargai. Andai Farhan adalah pria ugal-ugalan, sudah pasti dia akan menurunkan Fitri di jalan.

"Baik, Kak" balas Fitri.

.

.

Farhan memarkirkan mobilnya di depan rumah megah nan asri. Terlihat dua mobil avanza, satu warna putih dan satu warna merah. Juga ada motor matic warna hitam dan motor scoopy warna merah. Bukan hanya itu saja, di depan rumah tersebut hampir dikelilingi CCTV.

"Terima kasih ya Kak atas tumpangannya" ucap Fitri tersenyum lebar. Lalu melambaikan tangannya pada Farhan dan Fadila.

Dengan terpaksa Farhan mengulas senyum manisnya. Lalu kembali melanjutkan perjalanannya. Bukan melanjutkan perjalanan melainkan kembali ke kampus karena tempat tinggal Farhan dekat dengan kampus.

"Hahahahaha" tawa Fadila pecah. "Rasain, terlalu baik sih!" ledeknya menjulurkan lidah.

"Dasar anak balita" ledek Farhan tersenyum simetris.

"Biarin. Aku anak balita tapi nggak mudah dibodohi. Lah Om, udah tua tapi masih mau dibodohi sama Kak Fitri. Nggak punya uang apa? Orang rumahnya megah kayak gitu" balas Fadila meledek suaminya habis-habisan.

"Hahahahaha" Farhan tertawa lepas. "Ledek terus, tunggu sampai tamu kamu pergi, aku pastikan kamu nggak akan bisa jalan" sambungnya tersenyum mesum.

"Dasar laki-laki mesum!" ketus Fadila

.

.

.

Farhan memarkirkan mobilnya di depan rumah blok A2/1. Dia dan Fadila bergegas keluar dari mobil. Langkah kaki keduanya terhenti saat mendengar suara kicauan burung namun bukan burung. Keduanya mengedarkan pandangan, dilihatnya seorang pria muda tersenyum ke arah mereka.

"Om Dosen, adik sepupunya cantik ya. Boleh minta nomornya nggak?" goda Nakollas, anak tentangga mereka yang umurnya beda dua tahun dengan Fadila. Nakollas lebih tua dari Fadila. Jika Fadila berumur delapan belas tahun maka Nakollas berumur dua puluh tahun.

"Nggak boleh!!" ketus Farhan menatap tajam Nikollas. Sementara Fadila melambaikan tangannya pada Nikollas.

"Kita berteman ya, Kak..." teriak Fadila.

Farhan membulatkan mata. Menatap satu muka istrinya. "Kamu. Kamu mau berteman dengan anak Bu Hima yang mesum itu? Tidak akan kubiarkan!" seru Farhan lalu membuka pintu rumah.

Fadila berlari masuk ke dalam rumah. "Yeah... Om Farhan cemburu. Om Farhan cemburu.." ledek Fadila berjoget sesukanya lalu masuk ke kamar

Farhan hanya bisa menggeleng menyaksikan tingkah kekanakan istrinya. "Aku tidak mungkin memarahinya. Aku yang datang melamarnya sekalipun aku tahu dia masih polos dan seperti anak-anak. Ya Allah, sepertinya aku sedang menjaga anak balita" gumam Farhan seraya melangkah masuk ke kamar.

"Om, ayo kita mandi. Setelah itu kita makan. Kasihan anak-anak ku sudah lapar" ajak Fadila bergelayut di lengan suaminya.

"Cacing saja dianggap anak" sindir Farhan. Seketika terdiam dan tersenyum mengembang.

"Fadila Sayang ayo kita mandi bersama" sambung Farhan tersenyum mesum.

"Nggak jadi mandi bersama" kata Fadila berlalu masuk ke kamar mandi.

"Loh, kenapa?" tanya Farhan sebelum Fadila menutup pintu kamar mandi.

"Karena Om lama menjawab" balas Fadila tersenyum meledek.

"Tapi sekarang aku sudah mau" kata Farhan cemberut.

"Ayo cepat! Mau mandi nggak!" ketus Fadila saat suami tampannya itu masih berdiri di sisi tempat tidur.

"Iya Sayangku..." balas Farhan berlari masuk ke dalam kamar mandi tanpa membuka baju kemejanya.

Untuk pertama kalinya Farhan dan Fadila mandi bersama setelah dua hari mereka tinggal serumah dan tidur di kamar yang sama. Sekalipun Fadila malu namun ia menepisnya karena wanita itu sadar diri, dia sudah menikah dan semua apa yang dia miliki adalah milik suaminya. Kecuali uang tabungannya, motor pemberian Papanya dan pakaiannya.

"Jangan ditutup, aku sudah melihatnya"

"Dasar suami mesum! Om, jangan sentuh dibagian situ! Geli tahu"

"Sebentar saja. Lama kelamaan juga nggak akan terasa geli lagi"

"Sudah aku bilang jangan sentuh disitu!"

"Hahahaha. Tapi enak kan?"

"Enak apanya, yang ada aku kayak orang kesetrum!"

"Bilang aja enak dan mau nambah"

"Sorry strawberry lah ya, aku nggak akan minta tambah"

Itulah percakapan mereka saat sedang mandi. Entah apa yang keduanya lakukan di dalam. Yang pasti, itu adalah hal lumrah yang sering dilakukan pasangan suami istri. Setelah mandi, keduanya ke luar mengenakan handuk.

"Aku menyesal mengajak Om mandi bersama. Orangnya mesum!" ketus Fadila. Berjalan mengambil pakaian ganti di dalam lemari.

"Hahahahaha" tawa Farhan pecah. Pria itu merasa gemes melihat istrinya mengumpat dan cemberut.

"Kamu mau ke mana?" tanya Farhan dengan bingung saat melihat istrinya meraih handle pintu kamar mandi.

"Mau pakai baju" balas Fadila.

"Di sini saja. Aku sudah melihatnya dan sudah menghapal bentuknya. Nggak ada yang nggak aku hapal" kata Farhan kembali menggoda istrinya.

Fadila tersenyum membenarkan perkataan suaminya. Namun ia ingin membalas godaan suaminya. Dengan gontai ia berjalan dan berdiri di depan suaminya. Melepas handuknya tanpa menatap suaminya.

"Nggak apa-apa, Fadila. Dia suami kamu. Nggak masalah jika dia melihat semuanya" batin Fadila serileks mungkin.

"Huh! Dasar istri mesum. Bisa-bisa dia menggodaku saat dia sedang kedatangan tamu!" umpat Farhan.

Fadila tak menghiraukan umpatan suaminya. Ia terus mengenakan satu persatu serba serbi yang harus ia kenakan. Setelah selesai, ia mengedipkan mata lalu berkata. "Cepat temui aku di meja makan. Anak-anakku sudah marah"

Setelah Farhan mengenakan celana dan baju kaos. Pria itu menghampiri istrinya di meja makan. Keduanya pun makan siang di waktu sore. Usai makan, Fadila ke luar di depan rumah lalu duduk di kursi.

"Hai calon istri" panggil Nikollas berdiri di depan rumah Farhan sambil mengendarai sepeda.

"Fadila... Cepat masuk ke dalam rumah..!" teriak Farhan. Pria itu menggeram kuat melihat Nikollas menggoda istrinya.